4

228 30 1
                                    

🌗🌖🌕🌘🌔



Jisoo..

Gadis itu masih terlelap, padahal matahari mulai meninggi. Menggulung diri dengan selimut, sungguh ia ingin bermalas-malasan di hari pertama ia menjadi seorang istri.

Tunggu!

Istri?!

Jisoo membuka matanya lebar. Kesadaraannya ia raih paksa!
Matanya mengedar awas melihat isi kamar.

Bukan kamarnya!!

Astaga!! Jisoo bodoh!

Jisoo menjitak dahinya sendiri. Kenapa bisa sampai lupa bahwa dirinya kini menjadi seorang istri??

Jisoo kembali mengedar, suaminya tidak ada. Mungkinkah di kamar mandi??

Jisoo mengetuk kamar mandi dan tidak mendapat sahutan. Lalu indra penciumannya mengendus aroma dari luar kamar.

-

"Aishh! Kenapa sulit sekali." gumam seorang pria berbadan tegap dengan kaos singlet itu.

"Gosong!"

Pria tegap itu terkejut saat satu suara muncul dari balik tubuhnya.
Rupanya ia belum terbiasa kalau sekarang ia tak lagi tinggal seorang diri. Melainkan tinggal bersama istrinya, Kim Jisoo.

Jisoo buru-buru mengambil alih spatula dari tangan Namjoon, suaminya.
Lalu meletakkan telur gosong itu ke piring.

Jisoo mengernyit saat matanya melihat 5 telur ceplok gosong di dalam piring. Lalu memandang suaminya dan menggeleng.

Namjoon hanya tersenyum kikuk.
Niatnya ingin membuat sarapan sehat untuk mereka tapi apa daya, otak cerdasnya tidak berfungsi di dapur.

Jisoo mengecilkan api di kompor, lalu mulai menuang telur ke dalam teflon.
"Menggoreng telur itu harus dengan api kecil, karena telur cepat matang." tutur Jisoo di sela aktifitasnya.

Namjoon berpikir,
"Bukankah api sama saja?"

"Apa?"

"Tidak apa." sahutnya dengan tawa canggung.

"Kenapa tidak membangunkanku?" tanya Jisoo heran.

"Aku tidak ingin mengganggumu, pasti kamu lelah setelah hampir semalam suntuk bebenah perabot kamar." tutur Namjoon jujur.

Jisoo menggeleng,
"Tidak, karena aku istrimu sekarang." jawab Jisoo sambil meletakkan sarapan pada piring Namjoon.

Entah kenapa hatinya berdesir saat Jisoo berkata bahwa dia adalah istrinya. Sebelumnya Namjoon berpikir bahwa Jisoo akan menjaga jarak dengannya. Karena memang pernikahan ini atas perjodohan, dan Namjoon siap jika hal itu terjadi.

Namun.. fakta mengatakan sebaliknya. Jisoonya benar-benar berperan sebagai istri untuknya.

"Maaf.."

Jisoo mendongak,

"Maafkan aku karena aku tidak hadir saat acara pertunangan kita." Namjoon menatap lurus kearah Jisoo.

Jisoo tersenyum.
"Tidak apa, awalnya aku berniat kabur saat pertunangan. Tapi lihat sekarang.. aku sudah menjadi istrimu." ujarnya di selingi tawa.

"Jadi kau menerimanya?"

"Apa maksudmu?"

emm,,
"Menerimaku menjadi suamimu?"




Satu bulan kemudian..



"hoek!"

"hoek!"

Namjoon terbangun saat mendengar suara gaduh dari kamar mandi.

"Jisoo?" di ketuknya pintu kamar mandi namun tak mendapat respon.

ceklek!

Jisoo keluar dari kamar mandi dengan wajah lesu. Membuat Namjoon khawatir.

"Mual lagi?" tanya Namjoon sambil merangkul Jisoo, menuntunnya ke tempat tidur mereka. Jisoo mengangguk lemas.

"Sepertinya kita perlu ke dokter." ujar Namjoon yang sudah meraih coat-nya.

Jisoo menggeleng lemas.

Namjoon kembali duduk di samping Jisoo.
"Sudah 3 hari loh kamu mual terus. Takutnya masuk anginnya semakin parah." ujar Namjoon lembut.

Jisoo mendengus, "Mau teh panas saja boleh?" pinta Jisoo memelas. Jujur, Jisoo tak ingin Namjoon membawanya ke dokter.

Jisoo takut di suntik :(

Namjoon menghela pasrah,
"Yasudah sebentar, tapi kalau masih terus mual kita ke dokter ya?" finalnya yang di angguki oleh Jisoo.

Jangan berpikir kalau Jisoo hamil ya..

Bahkan mereka saja belum pernah melakukannya meski sudah satu bulan menikah.

Namjoon juga tak memaksa Jisoo. Jadi Namjoon tak ingin Jisoo merasa terbebani karena title istri yang melabelinya.

Bahkan.. ciuman saja mereka belum pernah. Hanya sedikit skinship, memeluk dan mengecup kening dan pipi.

Selebihnya belum.

Doakan ya..



to be continue

I Love You! |Namsoo|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang