4 tahun kemudian...
Ya, semua berlalu begitu cepat. Hingga kini mereka sudah kembali asing seperti semula.
Dara, wanita itu kini kuliah disalah satu Universitas dan mengambil fakultas hukum.
Dan Rayyan, ia masih stay di Mesir. Pasalnya ia ingin melanjutkan sekolahnya di Al-Ahzar Cairo. Sedangkan Ayra, ia masih di Indonesia. Bahkan selama Rayyan di Cairo, Dara lah yang menemaninya dan untuk biaya kuliah Dara, Ayra lah yang menanggung semua.
Dan untuk semua, planning perjodohan Ayra dan Bu Serly, itu semua gagal.
Namun, setelah kecelakaan itu Dara banyak berubah. Ia sekarang lebih baik dari Dara-Dara sebelumnya. Bahkan kini, ia sedang memegang komunitas Islamic di kampusnya.
Lihat saja, kini ia sedang sibuk membuat planning kegiatan untuk acara Maulid Nabi. Ia dan tim berencana untuk mengadakan acara majelis untuk umum dengan menghadirkan habib dan kyai besar.
Dan dia, Zayyan pria dingin yang mengangumi Dara sejak masuk Universitas.
Ia juga sebagai, wakil ketua dalam komunitas yang Dara pegang."Zayy, kamu sudah tau siapa saja habib yang akan kita hadirkan dalam acara nanti?" Tanya Dara kepada Zayyan.
Zayyan mengangguk, "Saya sudah menghubungi beliau."
"Siapa beliau?"
"Kyai dari pondok besar yang berada di Semarang."
Dara hanya mengangguk "Hanya itu?"
"Tidak, saya juga mengundang ustad muda yang sedang belajar di Cairo, Mesir."
"Baiklah, saya percayakan semua kepadamu. Kalau begitu saya permisi.
Dan kini, hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Dimana acara itu akan segera dimulai.
Dan kimi, Ayra sedang duduk dibangku paling depan bersama dengan Dara."Umma tau ga ini nanti ada kyai besarnya loh." ucap Dara antusias.
"Emang iya? siapa kyai itu Dar?"
"Emm Dara kurang tau, tapi dia dari Semarang."
Ayra hanya mengangguk.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..."
Serangkaian, acara pun telah terlaksana. Dan kini mereka tinggal mendengarkan tausiyah dari Kyai besar tadi.
Tim hadroh pun dengan kompak melantunkan sholawat ketika kyai tadi berjalan menuju panggung.
Saat Ayra, melihat kyai tadi ia seperti tidak asing dengan matanya. Karena kyai itu menggunakan masker, sehingga hanya terlihat matanya saja. Terlihat kyai itu juga masih muda, umurnya hampir setara dengan Ayra.
Hingga tiba saatnya, kyai tadi membuka masker yang menutupi separuh wajahnya.
Degg
Jantung Ayra berdetak lebih kencang dari biasanya, kaki dan tangannya pun bergetar hebat. Hal itu tentu membuat Dara khawatir.
"Umma, umma kenapa umma."
Ayra hanya diam tak menjawab, ia mengigit bibir bawahnya guna menyembunyikan isak.
Dia bertemu dengan seseorang yang sudah kurleb 20 tahun tak ia jumpai kehadirannya.
Kyai tadi adalah Imam, mantan suami Ayra dan abba dari Rayyan.
Ayra menggenggam tangan Dara dengan begitu erat, membuat Dara semakin bingung.
"Umma yang tenang ya, ada apa umma." tanya Dara hati-hati.
"Lelaki itu Dar..."
"Lelaki mana Umma?" tanya Dara tak paham.
"Dia abbanya Rayyan Dar.." lirih Ayra, tepat setelah mengatakan itu air mata Ayra menetes.
Degg, Dara pun terkejut bukan main. Jadi lelaki itu adalah abbanya Rayyan. Ia memeluk Ayra dari samping guna menenangkannya.
Sedangkan Imam, ia juga tak lepas pandang dari wanita dengan balutan abaya di depannya.
Hatinya campur aduk, ia ingin cepat-cepat menyelesaikan tausiyah ini, dan menghampiri wanita itu.
Hingga tausiyah itu selesai, ada anak kecil berumur 5 tahun menghampiri Imam di atas panggung dan memanggilnya dengan sebutan abbi.
Dan Ayra yang menyaksikan itu pun, ia tak kuasa menahan air matanya.
"Allah..." lirihnya dengan air mata yang deras mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYYANZA
Teen FictionRayyanza sosok ketua geng motor di Bandung yang bersifat dingin. Ia tak pernah bertegur sama dengan wanita kecuali ibunya