'11

114 13 10
                                    

"Abang?" tanya Ayra tak percaya. Rayyan hanya mengangguk saja. Sedangkan Dara, badannya sudah sangat lemas, kakinya pun sudah bergetar hebat. Dengan sekuat hatinya ia menahan agar air matanya tidak menetes. Mendongak, memberanikan diri untuk menatap Rayyan.

"Sama siapa bang? kok mendadak?"

Rayyan tersenyum "Umma, abang menyukai gadis di Al-Ahzar. Dia termasuk gadis yang memiliki banyak prestasi disana.  Abang sudah mengaguminya 2 tahun ini umma. Dan kini abang mempunyai niat baik untuknya, dia gadis dari Indonesia yang juga berasal dari Bandung."

Degg

Bagaikan ribuan belati menyayat palung hatinya yang paling dalam. Rasa sakit perih menjadi satu. Bahkan untuk bernafas pun rasanya sangat sulit. Bagaimana bisa, rasa yang ia jaga selama 4 tahun ini kalah dengan wanita yang ia temui di sana. Dimana saat ingin pergi, Rayyan berjanji akan kembali dan meminangnya.

"Tunggu gue Dar, gue akan kembali dan menikah dengan lo."

Kata-kata itu selalu berada di benak Dara. Ternyata perjuangannya selama ini sia-sia.

"Umma, Dara izin ke kamar mandi." tanpa persetujuan Umma, Dara berlalu bergitu saja.

"Dar..." panggil Ayra, ia paham jika Dara menyukai Rayyan sejak masih di bangku SMA. Ayra hanya menghela nafas saja, ia tak mungkin menghalangi kebahagiaan sang anak.

"Tanyakan kepada abba mu sayang."

"Jika itu terbaik untuk kamu, abba setuju Ray. Namun kamu yakin dia terbaik untuk mu?"

"Rayyan yakin ba." jawabnya mantap.

"Baiklah, namun abba minta kamu sholat istiqarah dulu ya?"

Rayyan mengangguk bahagia.

Sedangkan disisi lain, air mata yang sejak tadi Dara tahan kini terjun tanpa izin.
Ia menangis sejadi-jadinya didalam kamar mandi itu. Ia nyalakan kran air, agar siara isaknya tak terdengar.

"Arghh Ray..." teriaknya histeris.

"Kenapa Ray kenapa? apa salah ku Ray?"

"Aku juga manusia, aku juga ada hati Ray. Untuk apa ucapanmu 4 tahun silam. Lelaki macam apa kamu Ray." ucapnya dengan suara isakan yang semakin kencang.

"Mama..." lirihnya.

"Mama, peluk Dara mama.."

"Rasanya sesak sekali ma..."

Tiba-tiba rasa pening menyeruak dikepalanya.

Ia membasuh wajahnya, kemudian keluar dari kamar mandi itu. Namun tenaganya tak sekuat tadi, saat ingin keluar dari pintu kamar mandi, ia terjatuh dan pingsan disana.

Tak lama, Zayyan datang niat nya ingin ke kamar mandi. Namun didepan pintu ia lihat gadis yang tergeletak didepan pintu kamar mandi.

"Astagfirullah." ujarnya ketika melihat siapa yang pingsan.

"Dar, bangun Dar!?" ucapnya tanpa menyentuh Dara. Namun Dara tak kunjung bangun, ia bingung harus ngapain.

Ia pun berteriak meminta tolong, namun tak ada jawaban dari siapapun. Karena keadaan darurat, ia pun menggendong Dara ala bridal style.

 Karena keadaan darurat, ia pun menggendong Dara ala bridal style

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pov Zayyan

Dalam hati Zayyan tak berhenti berucap istighfar. Ini benar-benar darurat, saat perjalanan ke ruang kesehatan, Zayyan bertemu dengan Rayyan yang sedang menggendong Raka. Matanya memerah kala melihat Dara digendong Zayyan.

"Kenapa ini?!" ucapnya menahan emosi. Ia terlalu egois. "Maaf tadz, Dara saya temukan tadi pingsan di depan pintu kamar mandi, saya permisi."

Rayyan mengikuti dimana Zayyan membawa Dara. Sebenarnya, tatapan sinis Rayyan tadi karena ia melihat Dara dan Zayyan bercengkrama. Bisa dibilang ia cemburu, tapi perkataan tadi didepan umma dan abbanya?

Setelah sampai, di ruang kesehatan Dara segera ditangani oleh PMR yang ada disana. Sedangkan Rayyan dan Zayyan masih setia menunggu.

Tak berselang lama Dara pun tersadar. Ia mengerjabkan matanya menyesuaikan cahaya yang ada.

"Syukurlah kamu sudah sadar Dar." ucap Zayyan tampak khawatir. Sedang kan Rayyan, hatinya sudah memanas.

Dara melihat sekelilingnya kala melihat Rayyan, rasa perih itu kembali menyerbak didalam dadanya.

Ia memalingkan wajah dari mereka berdua, bahkan ucapan Zayyan tadi Dara abaikan.

"Keluar, tinggalkan saya sendiri di sini." ucapnya dingin dan menahan air mata.

"T-tapi Dar?"

"Keluar!" ucapnya dingin.

Mereka pun hanya menghela nafas saja, dengan berat hati Zayyan keluar dari ruangan. Meninggalkan Rayyan, Raka dan Dara saja. Namun Raka sudah tertidur digendongan Rayyan.

Saat Dara berbalik badan, ia terkejut kala Rayyan masih di sana, ia pikir Rayyan sudah keluar dengan Zayyan tadi.

Dengan cepat ia menghapus sisa air mata yang ada. Ia pura-pura tidur saja, namun suara Rayyan membuat nya kembali membuka mata.

"Maksud lo apaan mau aja digendong-gendong yang bukan mahram." ucapnya sinis.

"Keluar, biarkan saya sendiri disini."

"Lo kenapa si?"

"Keluar, saya bilang keluar ya keluar!" ucap Dara dengan nada tinggi, hingga membuat Raka terbangun dan menangis.

"Ah, maaf dek kaka terbawa suasana." ucap Dara kepada Raka. Anak kecil itu hanya diam tak menjawab.

"Berubah lo Dar, lo bukan Dara yang gue kenal. Kecewa gue sama lo." ucap Rayyan sebelum keluar dari ruangan itu.

Pecah sudah air mata yang Dara tahan dari tadi, ia menggigit selimut untuk menyalurkan rasa sakitnya.

"Sakit Ray sakit..." lirihnya

RAYYANZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang