Disini, Dara mencoba mencari teman-temannya, namun hasilnya nihil. Ia tak menemui seorang pun di sana. Berulang kali ia mencoba menghubungi Zayyan juga tak bisa.
"Hiks dimana sii." gerutunya sembari berjalan menyusuri danau.
Ia melihat, keindahan danau itu "Cantik." gumamnya.
"Seperti kamu Dar." tiba-tiba suara itu datang dari belakang.
Dara pun terkejut, ia menoleh ternyata dibelakangnya sudah ada Zayyan dan juga teman-temannya.
"Ih apasi." balas Dara seraya tersenyum.
"Kenapa menyuruh saya kesini?" tanya Dara.
"Kita ada sesuatu untuk bu ketu kita." ucap Vellyn.
"Hah? apa?"
"Ikut kita yuk, tapi matanya harus ditutup dulu."
Dara pun hanya diam menuruti, dia mulai dituntun menuju suatu tempat.
Mereka pun sudah tiba ditempat tujuan "Udah boleh dibuka?" tanya Dara.
"Dengan hitungan mundur."
Ikat tali tersebut, Zayyan yang melepaskan dengan iringan hitungan mundur.
"Tiga..."
"Dua..."
"Satu..."
Dan Dara pun mulai menyesuaikan cahaya dimatanya, terlihat sedikit blur. Namun ia bisa melihat apa yang ada dihadapannya sekarang.
Dara shock, ia menutup mulutnya dengan telapak tangannya, sedangkan Zayyan ia tersenyum tulus.
"Dar? do you want to be my wife?" ucap Zayyan yang bersimpuh didepan Dara dengan mengeluarkan cincin permata yang sangat cantik.
"Kamu menyiapkan semua ini untuk saya?"
"Ya, seperti yang kamu lihat."
"Maaf saya tidak bisa Zay..."
Jawaban Dara membuat mereka yang berada di sana kaget, ia tak menyangka cowok se romantis Zayyan harus Dara sia-siakan. Begitupun dengan Zayyan, raut wajah kecewa tercetak jelas di wajah tampannya.
"Karena lelaki itu?"
"Ya, saya mencintainya tolong mengerti." ucap Dara.
Zayyan menundukan kepalanya, ia diam sesaat.
"Saya akan menghargai keputusanmu, tapi jangan melarang saya mencintaimu karena saya tidak akan bisa melakukannya." ucap Zayyan, membuat mereka yang berada disana tambah terkejut, ini semua sangat diluar ekspetasi mereka.
Zayyan pun pergi tanpa permisi, diikuti bubarnya teman-teman yang membantu Zayyan menyiapkan ini.
"Maaf, maafkan saya..." lirih Dara merasa bersalah, namun perasaan juga tidak bisa dipaksa kan?
Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya padahal cuaca sedang tidak mendung. Dara tak memilih meneduh, ia memilih untuk hujan-hujan di sini.
Ia memilih duduk, melihat danau yang kejatuhan air hujan.
"Arghhhhhhhhhhh" ia berteriak, mengeluarkan apa yang akhir-akhir ini berisik dikepalanya.
"Kenapa gue, kenapa gue yang terlihat jahat disini."
Buliran bening pun mulai membasahi pipinya bersamaan dengan air hujan.
"RAY GUE SAYANG LO RAYYYY"
Dara mulai menangis dengan histeris dibawah air hujan, ia meluapkan semua yang berisik di kepalanya.
Ia membiarkan air hujan membasahinya, seakan paham, kini hujan pun semakin deras dan langit mulai petang.
"Mana janji lo Ray, mana!" ucapnya disela-sela isak.
30 menit kemudian...
Setelah puas menangis, Dara mulai bangkit. Dilihat juga hujan yang mulai reda. Digantikan dengan matahari yang mulai menyinari danau itu.
Dara melihat ada sepasang angsa yang mulai masuk kedalam danau tersebut, terlihat sangat serasi.
Tanpa tersadar angsa itu membentuk sebuah love yang menambah kesan cantik pada danau tersebut.
"Angsa, kalian lucuuu hehee." teriaknya yang diakhiri kekehan namun masi sedikit sesegukan.
Baginya, melihat keindahan alam adalah salah satu obat penenang nya. Tak terasa langit pun mulai berubah warna menjadi oren. Senja terlihat sangat indah di danau ini. Ia akan menjadikan danau ini adalah tempatnya ketika sakit hati.
Dan angsa tadi mulai menepi, Dara pun juga akan pergi dari sini.
"Haii angsa, kalian lucu tau semoga kalian panjang umur ya. Mulai sekarang kalian temen Dara, besok-besok lagi kalo Dara kesini kalian juga ikut kesini ya. Haha lucu banget si, panjang umur yaa."
Ia berdialog dengan kedua angsa yang sedang berjalan menepi, angsa itu juga tak galak.
"Dara pamit dulu ,dadaaa." ucapnya yang mulai berjalan menjauh dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYYANZA
Teen FictionRayyanza sosok ketua geng motor di Bandung yang bersifat dingin. Ia tak pernah bertegur sama dengan wanita kecuali ibunya