'11

134 13 1
                                    

Kini jam menunjukan pukul 6 sore. Namun Dara tak kunjung menampakan batang hidungnya. Padahal acara sudah selesai 2 jam lalu. Sedangkan Ayra ia semakin khawatir terhadap gadis itu.

"Ray, kok Dara belum pulang ya? tadi katanya izin sebentar."

"Umma, tenang ya?."

"Ga bisa, ini udah mulai larut."

"Ay, tenang dulu nanti mas cari Dara. Sekarang masuk mas mau ke masjid dan kamu sholat dulu." titah Imam yang barusan keluar dari kamar. Imam memang  menginap di rumah Ayra, dan ia berniat pulang ke Semarang lusa. Setelah Rayyan meminang gadis yang ia sukai.

"Hem, iya mas."

"Ray, ke masjid sama abba." ucap Imam.

"Baik ba."

Setelah sholat maghrib, Imam dan Ayra sedang mencoba mencari Dara. Namun hasil nya tetap 0, mereka tak dapat menemukan gadis itu. Raut wajah cemas terlihat sangat jelas di wajah cantik Ayra. Imam yang melihat itu, ia meraih tangan Ayra kemudian ia kecup.

"Sayang, yang tenang ya?"

Ayra menoleh "Ga bisa mas, Dara sekarang pasti lagi hancur."

Imam mengernyitkan keningnya "Hancur? mas lihat gadis itu baik-baik saja."

"Itu sebelum Rayyan mengatakan akan meminang gadis impiannya."

"Maksud kamu? Dara menyukai Rayyan?"

"Ya, Dara menyukai Rayyan sebelum Rayyan pergi ke Cairo, dia rela menunggu putra kita 4 tahun dan menolak beberapa lelaki yang ingin meminangnya dengan alasan masih ingin fokus kuliah. Namun Ayra tau, alasan dia menolak beberapa pria termasuk Zayyan adalah dia sedang menunggu Rayyan, mas."

Imam hanya menghela nafas, "Anak kita ganteng si, kaya abbanya."

Ayra kesal mendengar itu, ia memukul lengan kekar Imam yang sedang menyetir itu.

"Mas ih, Ayra lagi ga bercanda."

Imam hanya terkekeh saja.

**

Di sini, di depan deburan ombak yang tenang. Dara duduk meringkuk memeluk lututnya, menyembunyikan wajahnya pada sela-sela lutut yang terbalut abaya itu. Sudah 2 jam lebih ia, duduk berdiam disini. Ia hanya ingin ketenangan, agar berisik dikepalanya redam.

Ia meraih ponselnya, terlihat banyak sekali notif yang masuk. Dari Rayyan dan juga umma Ayra, namun Dara hanya mengabaikan.

Ia membuka satu foto yang mungkin tak bisa ia ulangi lagi.

Ini adalah foto mereka yang sengaja umma foto tanpa mereka tau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini adalah foto mereka yang sengaja umma foto tanpa mereka tau. Ini adalah momen ketika umma mengajak jalan-jalan mereka karena mereka lulus dengan nilai terbaik. Disini pula Rayyan mengatakan janji yang kini ia ingkari.

Tanpa tersadar, buliran bening mulai turun dari mata indahnya. Ia tersenyum gentir melihat foto diponselnya.

"Sebuah epilog tanpa prolog,Aku mulai mengenang masa baik, waktu baik, kenangan baik. Membenci itu melelahkan dan aku takkan pernah bisa. Aku akan mengingatmu sebagai seorang yang pernah ku banggakan. sebagai seorang yang pernah membahagiakan. Terlepas dari hilangnya harap, aku hanya ingin mengucapkan TERIMAKASIH ATAS SEGALANYA."

"Bagus juga puisi lo." Suara itu...

Dara segera mengusap air matanya, ia menoleh kesamping. Betapa terkejutnya dia, ketika mendapati Rayyan yang sudah berada di sampingnya. Bagaimana Rayyan mengetahui keberadaan Dara? karena Rayyan melacak keberadaan Dara melalui nomor teleponnya.

Tanpa mengatakan apapun, Dara langsung pergi begitu saja. Meninggalkan Rayyan sendirian, rasa malu+sakit campur aduk sekarang.

"Dar tunggu gue" teriaknya mengejar Dara.

Namun Dara tak menghiraukan, ia tetap berlari menyusuri pantai. Namun panjang langkah kaki Rayyan jauh lebih dari Dara, hingga kini Rayyan mampu menghentikan Dara.

"Pergi, gue ga mau melihat lo lagi, Rayyanza Al-Ghafari." ujar Dara dingin.

"Dih siapa lo ngatur-ngatur hidup gue."

Dara merasa kesal dengan Rayyan, ia pijak kaki Rayyan dengan sepatunya.

"Nyebelinnya ga ilang-ilang." gerutu Dara.

"Yang kenceng dong, biar gue denger." ledek Rayyan.

"Ih apaan si Ray, pergi sana."

"Dih ngatur, lo juga pulang nyusahin umma aja." ucapnya tanpa berpikir panjang.

Buliran bening kembali turun dari mata indah Dara, sungguh kata-kata Rayyan tadi membuat hatinya seperti tergores belati. Dia hanya diam dan menunduk, hal itu tentu membuat Rayyan gelagapan.

"Dar Dar, maafin ga bermaksud." ucapnya

"APASI PERGI LO, KEHADIRAN LO CUMA BIKIN GUE SAKIT ATI TAU GA!" Sarkas Dara dengan nada tinggi.

"Dar? ini lo?" ucap Rayyan tak percaya.

"Sok tersakiti, basi tau ga?!" setelah mengatakan itu Dara segera bergegas pergi dari sana. Dan Rayyan tak lagi mengejar gadis itu.

"Maaf..."



RAYYANZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang