"Selalu sama.."
Dua kata itu membuat Levi sukses menaruh perhatian, dan Tuan Rall tengah memandangnya sekarang.
"Selalu sama. Dia pasti tidak lupa mencantumkan namamu didalamnya. Kurasa kau juga berhak untuk membaca surat darinya."
"Tidak perlu. Tidak ada artinya jika aku tidak mendengar langsung darinya."
Tuan Rall kembali tersenyum, "Aku mengerti. Aku hanya berharap kalian tidak memiliki penyesalan yang tertinggal."
Levi hanya terdiam, tak bergeming. Namun, tanpa sadar tangannya sudah mengepal kuat di bawah.
"Putrimu tewas dibawah perintahku. Maafkan aku."
Pria paruh baya itu kembali menelisik. Safir itu tidak setajam seperti biasa, terlihat lebih kosong. Namun, ia tahu lelaki itu tetap terlihat tenang.
"Tidak ada yang salah disini. Kalian memutuskan untuk menjalaninya, dan ini adalah jawabannya. Aku yakin Petra akan memahami dan menerimanya."
Levi menatap lamat lelaki tua itu sejenak, tanpa berucap sepatah kata.
Hingga Tuan Rall menghela nafas sembari sedikit memajukan tubuhnya dari sandaran kursi.
"Adakalanya kita harus menurunkan ego dan menjadi lemah, karena itulah seorang manusia. Jika mereka ada yang berkata seseorang tidak memiliki perasaan, mereka salah besar," ucapnya lembut.
Sejemang suasana kembali menghening, dan lagi-lagi Levi hanya bisa menelan semua kalimat yang pria itu ucapkan.
"Mereka tidak bisa kembali. Dia.. tidak bisa kembali. Tapi, akan selalu hidup disini." Tuan Rall menaruh tangannya di dada. Nadanya seperti mulai bergetar didengarnya. "Setidaknya itu yang kupercaya sampai nanti.."
Levi tidak melepaskan pandangannya, seolah benar-benar terpaku.
Terhenyak, tertegun, kelu dan dibuat terdiam, tak mampu menjawab hanya mampu mendengar.
Sampai pada titik pria tua itu tak bisa lagi menahannya. Tangisnya keluar begitu saja, dan ia tetap berusaha memberikan senyuman terbaik.
"Terimakasih.. kau telah mencintai putriku."
Kenapa? Kenapa rentetan memori itu terputar kembali?
Dari sekian banyak memori, kenapa harus yang itu?
Tampaknya otaknya tengah mengkhianati sang empunya, namun entah itu sebuah memori yang baik atau buruk. Padahal tubuhnya tengah terjatuh semakin dalam, seakan membelah air biru secara perlahan. Dan perlahan air biru jernih itu berubah menjadi warna merah pekat dalam pandangannya.
Ah, mungkin dirinya merasa bersalah telah mengotori warna indah itu, karena tumpahan darah dari beberapa bagian tubuhnya.
Suara hujan yang sebelumnya terdengar jelas di telinganya pun turut memudar, bahkan tak terdengar lagi.
Dan.. kali ini terlintas bayangan sosok gadis yang mungkin sudah sekitar 4 tahun lamanya pergi meninggalkannya, tanpa pernah ia lihat lagi, membuatnya pernah menaruh harapan kosong dengan bodohnya.
Harapan.. seandainya gadis itu masih hidup..
Senyum itu.. senyumnya selalu membawa ketenangan. Netra almond nya yang selalu memancarkan tatapan kehangatan. Kehadirannya yang tanpa sadar Levi selalu mencarinya.
Tak pernah ia lupakan.
Aku tidak ingin melihatmu dalam keadaan buruk, sangat tidak ingin. Jika kau mengkhianatinya, maka aku akan bersedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟐
Fanfiction"𝙰𝚙𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚊𝚔𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊𝚖𝚞? 𝚂𝚊𝚢𝚊𝚙 𝚙𝚞𝚝𝚒𝚑 𝚍𝚒 𝚙𝚞𝚗𝚐𝚐𝚞𝚗𝚐𝚖𝚞, 𝚊𝚔𝚞 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊. 𝙰𝚔𝚞 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚞 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊, 𝙻𝚎𝚟𝚒." -𝙿𝚎𝚝𝚛𝚊 𝚁𝚊𝚕𝚕 "𝙰𝚙�...