Kota Lakua. Tempat tujuan mereka sudah terlihat di depan mata. Suasana hening nan sunyi menyelimuti, diiringi hembusan angin kencang yang seakan turut menyambut kedatangan mereka.
Lakua merupakan kota industri tempat pembuatan senjata militer sekaligus sebagai military base milik Marley. Tentu penghuni dominan dalam kota ini adalah para prajurit, tapi tak sedikit juga yang sudah berkeluarga dan menghasilkan beragam penghuni lainnya.
Namun, semenjak terjadinya guncangan tanah, kota ini layaknya kota mati dalam sekejap. Hanya segelintir orang yang berani menginjakkan kaki kembali disana, termasuk mereka.
"Orang-orang pasti sudah lari ke arah Selatan, begitupun yang dari Odiha, karena kota ini pun tidak jauh darisana." Oluo menyimpulkan itu setelah dirinya mengedarkan pandangan sebentar. "Setidaknya, ini cukup jauh dari arah kedatangan guncangan tanah."
"Tapi, tetap tidak akan bertahan lama. Kemungkinan hanya sampai besok pagi, namun itu sudah lebih baik dengan kita pindah kesini," tukas Petra meyakinkan.
"Ketua, sepertinya markas dan gudang peralatan militer ada di pusat kota. Kemungkinan sekarang ini kita masuk dari Timur dan masih cukup jauh untuk kesana. Apa sebaiknya kita mencari tempat singgah yang dekat dari pusat?" tanya Emma.
Gadis bersurai hazel yang ditanya menggelengkan kepala, "Tidak. Jika kita memilih tempat singgah di pusat, besar kemungkinan daerah itu merupakan incaran dan target banyak orang mengingat itu merupakan gudang peralatan militer. Itu akan jadi berbahaya untuk anak-anak juga."
"Itu berarti kita harus segera mencari tempat bersinggah di sekitar sini saja, atau jika tidak memungkinkan dan menemukannya kita bisa memeriksa daerah Selatan," imbuh Anneliese. "Kalau begitu, ayo Josh!"
Joshua mengangkat sebelah alisnya, terheran dengan perilaku temannya itu. "Hah? Kenapa kau mengajakku?! Dan sejak kapan kau menjadi cukup bersemangat begitu?"
"Anneliese, kenapa kau membiarkan aku dengan orang yang tidak punya mulut itu?!" Emma melontarkan umpatan sindiran sembari melihat ke arah Deric lewat lirikan ekor matanya. "Lebih baik aku bersama-"
"Ckckck, tidak tidak. Kau dan Deric sekali-kali harus bersama. Jadi, kali ini aku bersama dengan Joshua dulu, ahahaha!"
Tepat setelah itu tanpa aba-aba, Anneliese memacu kudanya dan meraih tali kuda milik Joshua sehingga memaksa kuda itu mau tak mau terpacu. Joshua dibuat terkejut karena itu dan berakhir pria itu meneriaki Anneliese.
Sementara Emma memasang wajah cemberut kepada Petra. "Petra-san, lihatlah? Aku tidak mau bersama orang aneh itu! Kau harus memberi pelajaran kepada Anneliese!"
"Kenapa aku harus melakukannya? Aku sangat setuju dengannya karena kau dan Deric memang jarang bersama dan selalu berakhir kau mengejeknya. Untuk kali ini bertugas dengannya tidak masalah, bukan?" jawab Petra sambil mengulum senyum.
"Iya Kak Emma! Lagipula Kak Deric cukup tampan, lho!"
"Hei, diamlah! Dasar kalian ini!"
Sahutan dari salah satu anak panti sontak membuat anak-anak lainnya ikut tertawa, tak terkecuali para pengasuh. Memang itu adalah faktanya bahwa Deric memiliki paras wajah yang cukup tampan. Ciri khas dari pria itu adalah alisnya yang sedikit tebal dan rahang yang tegas, menambah kesan "patut dikagumi" pada dirinya.
"Kau lihat? Bahkan, anak-anak saja mengerti, Emma," cibir Oluo ikut terkekeh menyeringai.
Emma menghela nafas panjang sembari berkacak pinggang, "Masalah buatku. Tapi, tidak ada pilihan lain. Lihat saja, aku akan membalas Anneliese lain kali. Kalau begitu aku pergi dulu."
Kuda milik Emma dan Deric pun melengang pergi, pastinya dapat ditebak, momen itu diakhiri dengan Emma yang kembali menggerutu dan mendelik tak suka kepada pria yang kali ini menjadi partner nya dalam bertugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟐
Fanfiction"𝙰𝚙𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚊𝚔𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊𝚖𝚞? 𝚂𝚊𝚢𝚊𝚙 𝚙𝚞𝚝𝚒𝚑 𝚍𝚒 𝚙𝚞𝚗𝚐𝚐𝚞𝚗𝚐𝚖𝚞, 𝚊𝚔𝚞 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊. 𝙰𝚔𝚞 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚞 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊, 𝙻𝚎𝚟𝚒." -𝙿𝚎𝚝𝚛𝚊 𝚁𝚊𝚕𝚕 "𝙰𝚙�...