"Hanji-san! Lepas landas kapal akan dimulai satu jam lagi!"
"Bailklah!" jawab Hanji. Ia kemudian beralih pada anggota pasukannya untuk memberikan perintah selanjutnya. "Seperti yang kalian dengar. Segera periksa peralatan kalian."
"Siap!"
Sementara itu, pria bersurai undercut yang kini tengah duduk sembari berkutat pada peralatannya sedang merintih sekaligus merasa kesal. Pasalnya ia harus beradaptasi kembali dengan Manuver 3D menggunakan tangan kiri. Namun, ia tetap berusaha menggunakan tangan kanannya.
Andai ia tidak lengah saat itu, ini tidak akan terjadi. Ia tidak menyadari bahwa Zeke sudah siap mati.
Itu bukanlah masalah besar baginya, apapun yang terjadi. Prajurit dengan predikat intensitas banyak pengalaman sepertinya memiliki berbagai cara untuk melakukan sesuatu. Itu tidak menurunkan kemampuannya.
"Dua jari saja sudah cukup. Bukan masalah."
Tepat setelah itu, semua orang berfokus pada kegiatan berpamitan pada gadis Leonhart itu yang memutuskan untuk tidak ikut ke medan perang. Nyatanya, Annie lebih memilih untuk kembali kapal milik Azumabito bersama Gabi dan Falco.
Namun, entah kenapa sang mantan Kapten Pasukan Elite itu masih enggan menerima apa yang telah dilakukan Annie tempo dulu kepada regunya.
Lebih tepatnya, ia belum bisa melupakannya.
Kejadian yang begitu cepat dan nyata diterima secara gamblang oleh penglihatan dan pendengarannya. Sesak, menyesakkan, begitu yang ia rasakan.
Ironisnya, waktu mengharuskan keduanya kembali bertemu, karena satu kejadian dan kesamaan kewajiban. Dan seluruh alasan dibaliknya yang telah mereka ketahui satu sama lain, segalanya berubah.
Petra dan Oluo yang masih memiliki kehidupan, tapi tidak dengan Eld dan Gunther.
Bagaimanapun mereka semua sama-sama berstatus dan berperan sebagai pejuang, tak terelakkan. Jika bukan karena tujuan dan peran yang sama, mungkin Levi sudah membunuh Annie sejak lama.
Terlebih, seorang Ackerman diyakini hanya mematuhi suatu perintah mutlak bagai janji.
Kesadaran akan lahirnya konflik lain juga menjadi alasan. Sudah terlalu banyak konflik yang mereka hadapi sampai sekarang. Kematian dan kehidupan, mereka sudah berkali-kali menghadapi dan menerimanya.
Pada akhirnya saat itu Levi hanya bisa memberikan sorot mata safirnya yang begitu tajam, tanpa berniat melambaikan tangannya seperti yang lain lakukan untuk memberikan salam pamit pada gadis itu dengan mereka yang ingin segera terjun ke medan perang.
Hal lainnya yang dilihat adalah ketika Hanji tengah mencoba meyakinkan dan mengkonfirmasi Pieck dan Reiner terkait keikutsertaan mereka ke medan perang untuk menghentikan guncangan tanah. Dan pada akhirnya, mereka sadar dan percaya bahwa ini semua adalah tugas terakhir yang diberikan Komandan Magath pada mereka.
Begitupun dengan para pasukan pengintai, yakin bahwa ini semua juga merupakan keinginan terakhir Keith Shadis.
Kedua pria itu telah mengorbankan diri dalam peristiwa ledakan kapal untuk menghalau para Yeagerist yang tersisa, tepat saat sebelum mereka berlayar ke Odiha. Sesak sedih atas kejadian itu tak akan melupakan jasa mereka.
Levi menghela nafasnya sejenak, "Seperti biasa, cintamu terhadap Titan bertepuk sebelah tangan ya, Hanji."
Tentu Hanji paham dengan maksud lontaran kalimat itu. Mereka dengan para pejuang Marley.
"Yah, kita akan segera akur."
Keduanya kini mengangkat wajah, memandang langit yang kala itu mulai membiru memasuki peralihan jam pagi ke siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟐
Fanfiction"𝙰𝚙𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚊𝚔𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊𝚖𝚞? 𝚂𝚊𝚢𝚊𝚙 𝚙𝚞𝚝𝚒𝚑 𝚍𝚒 𝚙𝚞𝚗𝚐𝚐𝚞𝚗𝚐𝚖𝚞, 𝚊𝚔𝚞 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊. 𝙰𝚔𝚞 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚞 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊, 𝙻𝚎𝚟𝚒." -𝙿𝚎𝚝𝚛𝚊 𝚁𝚊𝚕𝚕 "𝙰𝚙�...