Sebilah pisau berada dalam genggaman sebuah tangan. Namun, itu belum terayun atau dipakai untuk apapun. Sosok yang setia memegangnya tengah berdiri dengan tubuh gemetar, membiarkan hembusan angin meniup helaian rambut karamel miliknya. Terdengar pelan pola nafas yang tidak teratur.
Tubuh tak bernyawa itu, tergantung bebas di hadapannya.
"G-Gunther!"
Sebelah tangannya menangkup telinganya tiba-tiba, terasa berdenging. Suara-suara itu terdengar begitu jelas, mengitari kepalanya.
"Sekarang serang lehernya!"
Mulut besar itu meraup lahap dan menggigit setengah tubuh itu.
"Eld!"
Nafasnya terengah-engah. Suara itu miliknya, jelas tergiang, membuatnya semakin gemetar. Tanpa sadar pisau itu semakin erat digenggamnya. Rasa takut menggerayangi tubuh dan pikiran.
Langkah makhluk besar itu, mengejarnya semakin cepat. Kaki besar itu semakin menghampirinya, hendak menginjak tubuhnya.
JRAASSHH!!!
"Seharusnya aku sudah mati."
"Petra?.."
"Kau.. masih hidup?"
Suara parau pria itu dapat didengar. Levi. Levi nya.
Pria yang dulu menghabiskan hampir setiap hari untuk menemaninya. Pria yang menjadi bagian atas penuhnya pikirannya.
Pria yang menjadi alasannya juga.. untuk bertahan.
Ia benar-benar melihatnya dengan nyata.
Kenapa dunia mempertemukan mereka dalam waktu dan keadaan yang seperti ini?
Netra hazelnya memberanikan untuk menoleh, tidak ingin menatap lama safir penuh kesedihan itu. Gejolak perasaan menguasainya kala itu, begitu kalut. Namun, ia sadar bahwa ia telah melukai pria itu.
Tangis pelan terdengar kemudian. Tangannya meremas erat dadanya dan memukulnya beberapa kali, begitu sesak. Tubuhnya seakan mengendalikannya untuk melakukannya, namun hatinya begitu enggan.
Tanpa sadar ia mengayunkan pisau ke arah lehernya, namun seruan panggilan seketika menghentikannya.
"Petra!"
"Le..vi? Levi?"
Tampak pria pemilik nama Bozado tengah memandang khawatir sekaligus terkejut. Ia telah melihat dan menghadapi kondisi Petra yang seperti ini, sudah terjadi beberapa kali. Namun, kali ini berbeda. Alasan perbedaannya tentu sudah terlihat, karena kejadian semalam yang mempengaruhi.
Petra memanggil nama kapten. Gadis itu terlihat lebih emosional.
Pria itu memutuskan untuk mendekati perlahan, cara yang sama yang ia lakukan ketika melihat Petra dalam keadaan ini.
"Selangkah lagi kau mendekat-"
"Aku tidak akan mundur, Petra. Aku akan terus menghampirimu seperti biasa."
"Jangan mendekaattt!!!!" jerit Petra sambil mengarahkan ujung pisau tajam itu pada Oluo.
Gadis itu berteriak kesakitan, mulai memegang kepalanya begitu erat. Netra almond nya yang redup itu pun semakin mengeluarkan bulir-bulir bening kesedihan yang terisak, yang hampir setiap waktu dengan bangga mengiringi hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟐
Fanfiction"𝙰𝚙𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚊𝚔𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊𝚖𝚞? 𝚂𝚊𝚢𝚊𝚙 𝚙𝚞𝚝𝚒𝚑 𝚍𝚒 𝚙𝚞𝚗𝚐𝚐𝚞𝚗𝚐𝚖𝚞, 𝚊𝚔𝚞 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊. 𝙰𝚔𝚞 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚞 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊, 𝙻𝚎𝚟𝚒." -𝙿𝚎𝚝𝚛𝚊 𝚁𝚊𝚕𝚕 "𝙰𝚙�...