"Kenapa.."
Kedua netra almond itu melebar sempurna. Sepasang mata itu sekarang hanya terfokuskan pada sebuah pandangan dihadapannya. Otaknya seakan memberi perintah kepada tubuhnya untuk membeku tak bergeming.
Sebuah tangan yang tengah mengarahkan senjata tembak yang lubangnya telah mengeluarkan asap, diduga itu merupakan hasil dari dua tembakan peluru yang terdengar sebelumnya.
Pemegang senjata itu, seorang pria yang sedang menolehkan kepalanya dengan senyuman di wajah. Senyuman pada rahang yang tetap tegas dan alis tebalnya yang sedikit terangkat.
Pemilik netra almond itu kini mengalihkan tatapannya dengan tubuh gemetar pada seorang gadis yang terbaring dengan simbahan darah yang berasal dari bagian perutnya. Nafas gadis itu tersengal-sengal, dengan suara rintih kesakitan yang keluar dari mulutnya yang sesaat kemudian juga memuntahkan darah.
"Emma.."
Suara-suara tangisan anak panti dan cemas para pengasuh juga kini menjadi fokus atensinya. Anak-anak saling berpeluk ketakutan di dalam kereta kuda, sembari menatap nanar ke arah sang pria pemegang handgun.
"Dia.. kenapa menembak Kak Emma.."
Dan beberapa detik kemudian seakan dunia berhenti berputar sejenak, waktunya ia menerima suatu kenyataan telak, bahwa pengkhianatan itu benar-benar terjadi.
Sang pengkhianat telah menunjukkan keberadaannya, sudah waktunya.
Dilihatnya Oluo juga sudah mengarahkan lubang senjata tembaknya kepada sang pengkhianat, dengan wajah yang menahan amarah dan gemertak gigi yang terkatup erat.
"Deric!!"
Pria yang dipanggil namanya masihlah mempertahankan posisi tubuh. Saat itu mereka hanya saling bertukar tatap, seakan satu sama lain sedang mencoba bertukar pikiran.
Lagi-lagi pria itu tersenyum. Apa yang tidak ditampakkannya selama ini ia tunjukkan. Tidak pernah terlihat sebelumnya sifatnya yang seperti ini.
Bahkan, untuk sekadar berbicara banyak kalimat, Deric jarang menunjukkannya.
"Apa kalian berdua sudah selesai berbicang? Lihat, sampai akhirnya aku menemukan celah sebenarnya untuk menunjukkan diri."
"Jawab aku. Kenapa.. kenapa kau melakukannya?" Petra menggelengkan kepala, berharap apa yang ia hadapi saat ini merupakan kebohongan.
"Kenapa? Sejak awal tujuanku memang begini dan berbeda denganmu, Ketua-Tidak. Mantan Ketua."
"Jadi.. ini adalah kau yang sebenarnya. Kau lebih busuk di dalam, dasar brengsek!" teriak Oluo geram.
Deric tersenyum miring dan tertawa, "Terimakasih karena kalian berdua telah menyelamatkanku waktu itu. Tapi, sejak dulu aku telah terlahir sebagai agen ganda. Loyalitasku terbagi ke banyak orang. Namun, loyalitas utama jatuh pada siapa yang memberiku lebih banyak keuntungan."
"Jadi, kau mau mengatakan bahwa berada di pihak kami memberimu lebih banyak kerugian?" balas Oluo.
Deric terdiam, tidak membenarkan maupun menyalahkan. Kala itu ia lebih mengalihkan atensi kepada Petra yang tanpa ragu berjalan ke arah kereta kuda berisikan suplai dan barang, lalu mengeluarkan segulung perban putih.
Kemudian, gadis itu melangkah menghampiri Emma yang terbaring lemas di tanah. Kesadarannya sebentar lagi akan hilang dan Petra sangat mengetahui itu. Tangan Emma menggenggam tangannya.
"Jangan.. jangan menyelamatkanku.. hahh.. hhah.. kau tahu ini akan.. pulih sendiri nanti. Kau akan-"
"Luka adalah luka. Ini harus tetap dirawat, Emma."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟐
Fanfiction"𝙰𝚙𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚊𝚔𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊𝚖𝚞? 𝚂𝚊𝚢𝚊𝚙 𝚙𝚞𝚝𝚒𝚑 𝚍𝚒 𝚙𝚞𝚗𝚐𝚐𝚞𝚗𝚐𝚖𝚞, 𝚊𝚔𝚞 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊. 𝙰𝚔𝚞 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚞 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊, 𝙻𝚎𝚟𝚒." -𝙿𝚎𝚝𝚛𝚊 𝚁𝚊𝚕𝚕 "𝙰𝚙�...