7

4K 303 61
                                    

Lisa pov

Konser Jennie dimulai dan aku hanya diam menonton dari samping. Penonton sangat liar saat dia tampil di atas panggung. Jennie terlihat sangat keren, jauh melampaui perilaku psikotik dan obsesifnya terhadap ku.

Jika aku tidak tahu sifat aslinya, aku mungkin akan senang melihatnya sebagai idola dan mungkin..mungkin saja... mengaguminya dan menjadi penggemarnya.

Unnie kemudian menghampiriku dan menyuruhku duduk di belakang panggung. Aku menghela nafas dan mengikutinya. Sekarang, aku hanya duduk di kursi belakang panggung tanpa ada yang bisa diajak bicara.

Aku mulai merindukan Seulgi, meskipun dia sangat membuatku kesal, dia tetap temanku dan aku memperlakukannya seperti saudara ku sendiri. Aku menarik nafas dalam-dalam untuk meluapkan kekesalanku.

"Hei lis, kamu diam sepanjang hari, ada apa?" Rosé duduk di sampingku sementara aku menghela nafas.

"Tidak apa-apa" aku menggelengkan kepalaku tetapi dia tampak tidak yakin.

"Ayolah, aku bisa melihat ada sesuatu yang mengganggumu. Kamu bisa memberitahuku apa saja loh" kata Rosé dan aku menatapnya dengan air mata mengalir di sudut mataku.

"Jennie ingin berhubungan seks denganku malam ini dan kurasa aku belum siap untuk itu. Aku tidak ingin pertama kali bersama seseorang yang tidak kucintai." Kataku dan mulai terisak, Rose langsung memelukku.

"Kamu bisa mencoba memberitahunya bahwa kamu belum siap. Dia ingin kamu mencintainya jadi mungkin dia akan mengerti. Mungkin..." kata Rose tidak yakin juga dan aku menggelengkan kepalaku.

"Kurasa dia tidak akan berubah pikiran jika aku memberitahunya. Dia selalu menuntut sejak awal dan meskipun aku memberitahunya dan menunjukkan padanya bahwa aku tidak ingin apa pun yang dia lakukan padaku, dia akan tetap bersikeras dan melakukan apa yang dia inginkan." kataku dan Rose terdiam. Dia tahu aku benar.

"Teerima kasih semuanya!" Teriak Jennie saat dia mengakhiri pertunjukannya dan berlari ke belakang panggung dengan penuh keringat. Kepala nya dengan gelisah menengok kiri dan kanan. Saat mata nya menemukanku senyum nya berkembang 10x lipat dan disaat bersamaan senyumnya langsung sirna saat melihatku dalam pelukan Rosé.

"Yah!!! Apa-apaan ini?!" Teriak Jennie dan meraih pergelangan tanganku menarikku menjauh dari temannya saat dia memelukku erat-erat di dadanya.

"Kamu tidak diizinkan menyentuhnya!" teriaknya membuat Rosé tersentak.

"Maaf, aku hanya menghiburnya, dia terlihat sedih." Rose mencoba menjelaskan tetapi Jennie hanya memutar matanya.

"Aku tidak ingin mendengar alasanmu Rose, jadi tolong tinggalkan kami sendiri sebelum aku kehilangan kesabaran." Jennie meludah dan Rosé segera pergi. Sebelum itu dia mengirimkan tatapan permohonan maaf

Jennie menatapku, dan mendudukan kami di bangku "kenapa kamu sedih?" tanyanya sambil menarikku ke pangkuannya. Dengan gugup aku menunduk dan menggigit bibirku. Apakah dia akan marah jika aku memberitahunya? Dia pasti akan melakukannya, tapi setidaknya aku bisa mencoba. Aku berjuang dengan pikiran aku

"Sayang, ada apa?" tanya Jennie

"Kurasa aku belum siap berhubungan seks denganmu," kataku akhirnya dan dia menatapku dengan kesal.

"Kamu tidak bisa mengatakan itu, aku berusaha keras untuk mengendalikan diri dan tidak mengklaimmu dulu. Aku ingin dihargai dan mendapatkan keistimewaan oleh tubuhmu malam ini." Dia berkata berusaha menyembunyikan agresinya saat aku melihat ke bawah. Aku tahu dia tidak akan mendengarkanku

"Jangan khawatir, aku akan memandumu dan aku berjanji akan membuatmu merasa baik" kata Jennie dan aku hanya bisa mengangguk. Aku tidak ingin berdebat dengannya lagi, bagaimanapun juga dia akan menang.

IDOL SCARY OBSESSION (JL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang