─ 02 ʿ

264 77 2
                                    

Malam itu terasa semakin malam. Hujan di luar semakin deras, hawa dingin menyelimuti Yunho yang berada di dalam kamar asramanya seorang diri. Dia tidak berkemas untuk pulang ke kampung halamannya, karena dia tak mempunyai rumah. Yunho hanyalah pemuda yang tumbuh di panti asuhan bersama Jongho.

"Mereka akan pulang ke rumah. Biasanya hanya kita yang menetap di asrama sebesar ini, Jongho. Tapi kali ini, aku sendirian. Benar-benar sendirian." Monolog Yunho.

"Jongho, bisakah kamu mendengarku?" Tanya Yunho dengan suara yang bergetar.

Gemuruh petir menggelegar keras. Membuat Yunho sedikit terkejut. Keterkejutannya tidak sampai itu, karena lampu tiba-tiba padam.

"Petirnya besar sekali sampai membuat mati lampu." Gumam Yunho.

Kegelapan membuat seolah waktu berhenti, Yunho tak bisa melihat apapun, petir terus bergemuruh membuat kilatan cahaya yang menembus jendela kamarnya. Tangan Yunho berusaha mencari ponselnya.

"Mengapa di waktu yang tidak tepat ini, benda itu selalu hilang!" Yunho kesal karena tak menemukan keberadaan ponselnya itu.

Yunho beranjak dari ranjangnya, dia meraba-raba meja belajar untuk mencari ponselnya.

tok tok tok

Ketukan tajam terdengar dari arah pintu. Yunho dengan kesulitan berjalan dalam kegelapan, dia berusaha membuka pintu kamarnya.

Setelah membuka pintu, Yunho tidak bisa melihat apapun di luar sana.

"Halo? Siapa di sana?" Tanya Yunho dan tidak ada yang menjawabnya.

Dengan kesal, dia langsung menutup pintu dengan keras. Yunho tidak takut, tapi dia kesal karena sudah membuang waktu untuk hal yang tidak berguna.

"Sepertinya tadi aku salah dengar."

tok tok tok

Ketukan tajam itu terdengar lagi, tapi arahnya bukan berasal dari pintu kamar. Arahnya berasal dari lemari. Begitu tajam dan sangat keras.

Yunho mematung sejenak sebelum tangannya yang bergetar mencoba untuk meraih pintu lemari. Dia ragu untuk membukanya, kini rasa takut mengelilingi Yunho.

Dengan keberanian yang entah dari mana, Yunho membuka lemarinya itu, tapi lagi-lagi tak menemukan apapun. Hanya pakaiannya dan tidak ada yang aneh.

"Yunho.."

Suara itu terdengar lirih, tapi sangat jelas di telinga Yunho.

"Yunho, ini aku.."

Yunho mendengar jelas hal itu, kedua kakinya mendadak lemas dan tak sanggup berdiri lagi, dia terjatuh. Yunho mengenali suara itu, suara yang menemaninya sejak kecil.

"Sahabatku.."

"Buatlah pendapatmu sendiri, jangan dengarkan mereka, mereka penipu, mereka penjilat, mereka pembunuh!"

"Jangan dengarkan mereka!"

"Mereka penipu!"

"Mereka pembunuh!"

"Yunho!"

Yunho terbangun dengan nafas yang tersengal-sengal, dadanya terus naik turun dengan cepat. Yunho merasakan sesak yang luar biasa. Dia mencoba mengatur nafasnya perlahan.

"Hanya mimpi.."

Yunho menyibak selimutnya, beranjak dari ranjang, lalu pergi mencuci muka. Membasuh wajahnya dengan kasar, bayang-bayang sosok Jongho muncul saat Yunho menutup mata.

highway to hellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang