─ 04 ʿ

227 72 5
                                    

Garis polisi menutup area kamar Wooyoung, para polisi dan tim forensik sudah berkerumun di dalam kamar.

San dan Yeosang baru saja selesai di interogasi oleh detektif di sana.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Seonghwa.

"Kami harus ikut ke kantor polisi dan menjelaskannya di sana. Astaga, bisa-bisanya aku terseret dalam masalah ini." Ucap San.

"Maksudnya, kami." Yeosang mengkoreksi ucapan San.

"Siapa yang tega melakukan hal ini? Pertama Jongho dan sekarang Wooyoung, apakah ini sebuah kebetulan?" kata San.

Seonghwa menggeleng, "sepertinya tidak. Setelah aku pikir-pikir, ada sesuatu yang aneh. Jika kalian lihat lebih detail, Jongho dan Wooyoung kehilangan anggota tubuh yang sama, mereka berdua kehilangan kedua bola mata. Bukannya itu pembunuh yang sama?"

"Wah! Benar, benar sekali! Kenapa aku baru menyadarinya.." Yeosang sedikit terkejut dengan perkataan Seonghwa.

"Padahal ini baru satu hari kematian Jongho, tapi kita sudah kehilangan teman untuk kedua kalinya. Pelaku yang membunuh Jongho bahkan belum ditemukan, apa pelaku sedang mengincar teman-teman kita? Atau bahkan kita semua sedang diincar? Lalu apa motifnya.." banyak pertanyaan yang terlontar dari mulut Seonghwa.

Seonghwa sedih ketika mendengar jika Wooyoung dibunuh, padahal baru beberapa menit yang lalu ia mengunjungi kamar Wooyoung. Seharusnya ia lebih lama menunggu di kamar Wooyoung.

Diam-diam salah satu di antara mereka menyunggingkan senyum tipis dan tidak ada yang menyadarinya.

"Pak! Kami menemukan surat di tempat sampah, sepertinya korban baru saja menerima sebuah surat."

Salah satu inspektur polisi menghampiri detektif dengan membawa benda yang ia temukan.

Detektif itu langsung menyambar kertas tersebut dan membacanya hingga akhir.

"Sepertinya ini bukan surat biasa, ini sebuah peringatan. Amankan itu!" seru sang detektif.

San tak sengaja mengintip dan membaca isi kertas itu sampai dahinya mengerut.

"Gaya tulisan yang tidak asing."

Detektif itu menoleh, "kau tau siapa yang menulisnya anak muda?" tanyanya.

San lantas menggeleng. "Ah tidak, hanya mengira-ngira saja. Banyak orang yang saya temui dengan gaya tulisan seperti itu." Jawabnya. "—termasuk salah satu temanku." Lanjut San dalam batinnya.

Investigasi terus berlanjut hingga berjam-jam lamanya. Mayat Wooyoung sudah dibawa untuk dilakukan otopsi.

Yeosang dan San dibawa ke kantor polisi untuk menjelaskan kronologi yang mereka lihat.

Seonghwa tetap berada di TKP bersama detektif dan polisi lainnya. Otaknya terus berputar-putar, ia ingin mengakui sesuatu pada polisi mengenai Wooyoung.

"Pak, bisakah kita bicara empat mata?" tanya Seonghwa pada detektif itu.

Detektif itu mengangguk. Mereka pergi dari depan kamar Wooyoung.

"Sebelumnya siapa namamu?" tanya detektif itu.

"Seonghwa, Park Seonghwa."

Detektif itu mengangguk, "perkenalkan nama saya Suho. Sebenarnya saya sedang menangani kasus pembunuhan juga, belum satu minggu saya menemukan dua mayat. Aneh sekali bukan?"

"Apa kasus yang anda tangani sebelumnya bernama Jongho?" tanya Seonghwa dengan ragu.

Detektif Suho mengangguk, "bagaimana kau tau?"

highway to hellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang