─ 09 ʿ

197 70 10
                                    

Yeosang menyeret mayat Hongjoong ke dalam rumahnya.

Rumah Yeosang terbilang klasik sederhana bak rumah bergaya Eropa. Besarnya bangunan tersebut, dengan kemuraman dan kesunyiannya yang mencekam.

Ketika masuk ke dalam rumahnya—akan di sambut oleh koleksi-koleksi yang Yeosang pajang.

Termasuk salah satu koleksi yang Yeosang sangat sukai.

Yaitu mata manusia asli.

Banyak sekali mata manusia dengan manik yang indah terpajang cantik di sana. Yeosang menyukai bola mata dengan warna yang indah, ia tidak segan-segan mengambil bola mata dari pemiliknya.

Yeosang senang melakukan hal itu.

Bahkan mata kedua orang tuanya terpajang di sana. Orang tua Yeosang sudah mati, ia yang membunuhnya. Yeosang berbohong pada San—orang tuanya tidak bekerja, tapi sudah mati dan hanya mata mereka yang tersisa, lalu ia pajang untuk memenuhi salah satu koleksinya.

Yeosang menghempaskan mayat Hongjoong dengan kasar. Ia menyeka pelipisnya yang dibasahi oleh keringat.

"Menyusahkan sekali! Sebesar apakah dosanya sampai badannya saja berat?!" Yeosang menggerutu.

Pandangannya beralih pada lantai rumahnya yang kotor oleh darah dari tubuh Hongjoong.

Yeosang berniat untuk membersihkannya terlebih dahulu, ia tidak suka rumahnya menjadi kotor hanya karena mayat yang tidak berguna.

Dengan langkah kaki yang tegas, tungkai Yeosang berjalan hendak mengambil kain pel.

Setelah Yeosang mengambil kain pel, ia kembali pada mayat Hongjoong. Dan detik itu juga retinanya melebar seketika.

Mayat Hongjoong tidak ada di tempatnya.

prang!

Suara benda terjatuh yang asalnya dari lantai atas. Lantas, Yeosang berlari ke atas sana, ingin mencaritahu.

"Bagaimana jika Hongjoong bisa hidup kembali untuk kedua kalinya?" monolog Yeosang.

Ada tiga kamar di lantai atas rumahnya dan Yeosang sudah memeriksa setiap sudut, tapi tidak ada apapun benda yang tergeletak di lantai. Padahal Yeosang mendengar jelas asalnya dari lantai atas.

"Di mana mereka.." Yeosang baru menyadari sesuatu, ia tidak melihat para kaki tangannya.

Yeosang berdecak kesal. "Ah lupakan! Di mana Hongjoong?! Dan sebenarnya dia punya berapa nyawa?"

Yeosang kembali ke lantai bawah dan mencari keberadaan Hongjoong dengan perasaan yang marah. Ia juga sudah memeriksa setiap pintu rumah yang menuju keluar tapi semua masih terkunci dan Yeosang juga mencabut kuncinya.

Termasuk jendela. Tidak ada yang bisa keluar dari rumahnya—sekali mereka masuk, mereka akan tetap terperangkap selamanya.

"Bawah tanah."

Yeosang beralih ke bawah tanah yang gelap dan berdebu. Bau anyir darah dan bangkai cukup menyengat di hidung, tapi Yeosang tidak peduli—ia malah suka dengan bau itu.

Yeosang menekan saklar lampu. Tidak ada apapun di sana terkecuali bangkai hewan dan tulang belulang manusia yang Yeosang simpan.

"Yeosang.."

Suara itu berbisik tepat di telinga Yeosang—begitu lirih. Yeosang menoleh dan ia tidak melihat siapapun.

"Siapa kau?!" seru Yeosang.

"Yeosang.."

Suara itu kembali terdengar, tapi kali ini bisikan itu seperti memutar di kepala Yeosang. Dan Yeosang memutarkan tubuhnya, netranya terus menatap waspada.

highway to hellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang