─ 01 ʿ

439 84 7
                                    

Untuk waktu yang lama tak ada yang mengeluarkan suara. Mereka tenggelam dalam imajinasinya masing-masing, terutama Yunho yang sedari tadi melamun.

"Apa kalian melihat Mingi?" tanya Seonghwa memecahkan keheningan.

Yang lain hanya menggelengkan kepala, tanda tidak mengetahui keberadaan pemuda yang bernama Mingi itu.

"Aku heran, satu hari sebelum mayat Jongho ditemukan, Mingi sudah hilang entah kemana. Anak itu bahkan tidak bilang pergi kemana, kalian tahu sendiri kan tadi siang Mingi tak hadir di pemakaman Jongho," kata Wooyoung beberapa saat kemudian,

"biasanya dia selalu bilang akan pergi kemana." Lanjutnya.

"Apakah dia yang membunuh Jongho?" sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Yunho.

"Aku tau pikiranmu kalut dan perasaanmu marah, tapi jangan sembarangan menuduh. Bisa saja Mingi pulang ke kampung halamannya tapi dia lupa bilang. Lagi pula kematian Jongho ada di tangan polisi." Kata San sambil mengelus pundak kanan Yunho, berusaha menenangkan pemuda itu.

"Tenanglah Yunho, ada kami di sini dan Jongho sudah tenang di atas sana." Kata Wooyoung.

"Tidak ada kata tenang untuk orang yang mati dibunuh." Celetuk Yeosang, "jangan membayangkan hal yang merusak akal sehatmu, Yunho." Katanya, lalu ia keluar dari ruangan itu dengan langkah kaki yang tegas.

"Ingin melihat kamar Mingi? Siapa tau selama ini dia ada di dalam kamarnya dengan kondisi badan yang telah kaku dan dingin. Wah akan sangat mengejutkan jika memang seperti itu!" Kata Hongjoong dengan nada yang mengejek.

Usai berkata seperti itu, Hongjoong menerima tatapan tajam dari teman-temannya.

"Bisa-bisanya kau berkata kejam seperti itu.." Ucap Seonghwa dan Hongjoong hanya mengedikkan kedua bahunya.





-





Mereka hanya sekumpulan siswa yang tinggal di asrama. Cukup sederhana untuk akrab, hanya berkenalan satu sama lain dan terbentuklah sebuah kelompok. Sudah satu tahun mereka bersama.

Hongjoong memimpin di depan, mereka berjalan menuju kamar Mingi yang terletak di ujung lorong dengan penerangan yang minim. Hanya kamar Mingi yang jauh dari kamar mereka.

Pintu kamar Mingi tertutup rapat, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam sana. Hongjoong mencoba memutar kenopnya dan memaksa membuka, tapi pintu tersebut dikunci.

"Dobrak saja pintunya, setelah kupikir-pikir perkataan Hongjoong ada benarnya." Kata Wooyoung dengan serius, sedetik kemudian belakang kepalanya dipukul pelan oleh San.

"Lalu kamu yang akan membayar ganti ruginya, begitu kan?" tanya San dan Wooyoung hanya tersenyum sampai menampilkan deretan giginya.

tok tok tok

Seonghwa mengetuknya kali ini, tapi tidak mendapatkan jawaban.

tok tok tok

Dan untuk kedua kalinya mereka tak mendapat jawaban juga.

"Sepertinya benar, Mingi pulang ke rumah, Ini libur semester, seharusnya kita juga pulang ke rumah masing-masing. Sebagian kamar sudah kosong karena mereka pulang ke rumah." Ucap Seonghwa.

Mereka berlalu dari depan kamar Mingi, pertanyaan yang sama muncul dalam benak mereka. "Benarkah Mingi pulang ke rumah?"

Hongjoong berjalan di belakang mereka, menyusuri lorong tersebut perlahan-lahan. Seseorang menarik lengan kirinya dengan kasar, untung saja Hongjoong tidak terjatuh. Hongjoong menatap seseorang di depannya dengan tajam, alisnya menukik tanda tidak senang.

"Kau tau sesuatu kan? Tapi kau berusaha menyembunyikannya agar yang lain tidak tau. Benar begitu, Hongjoong?" seseorang itu bertanya.

Hongjoong yang semula tak senang seketika tersenyum, membuat raut wajah seramah mungkin, tapi lawan bicaranya tau jika itu adalah wajah palsu.

"Wow, tebakan yang hampir benar! Hanya salah menebak sedikit," jawabnya, "memangnya kenapa?" kini Hongjoong yang bertanya.

"Ucapkan selamat tinggal pada mereka, karena dia akan membunuhmu malam ini." Jawabnya.

"Oh, berita yang bagus!" seru Hongjoong sambil tertawa.

"Dia tidak akan semudah itu untuk membunuhku. Sampaikanlah salam padanya, jika dialah yang akan mati terlebih dahulu. Pembunuh kanibal sepertinya tidak akan menang melawanku, dan terkadang sangat penting bagi kaki tangannya untuk tidak ikut campur, sama sepertimu." Hongjoong menepuk-nepuk pundak orang itu.

Orang yang ada di depannya menatap Hongjoong tidak suka.

"Itu terlalu berlebihan Hongjoong, sulit bagi seseorang yang memiliki otak minim sepertimu mengucapkan kata yang tidak senonoh. Apakah itu lelucon sebelum kau mati?" tanyanya.

Hongjoong menghembuskan nafasnya kasar, "sudahlah, kau tidak akan mengerti. Kalau begitu sampai jumpa, mari kita lihat siapa yang akan mati pertama."

Lalu Hongjoong pergi meninggalkan orang itu sendirian dalam kegelapan yang menyelimuti dirinya.

"Kau tampaknya tau banyak mengenai hal itu, Hongjoong." Gumamnya sambil menatap punggung Hongjoong yang perlahan menghilang.


:

- zxooxz -

highway to hellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang