"Kamu dokter cerdas, berprestasi, tapi kelakuanmu tak mencerminkan intelektualitasmu. Aku bersyukur, tak jadi menikahimu." Kalimat tajam dan dingin terlontar dari mulut Kay.
Shayna tergemap. Jantungnya terasa beku hingga nyaris kehilangan denyut kehidupan. Wajah gadis itu pucat pasi saat mendengar kalimat Kay selanjutnya.
"Setahun yang lalu, Sherina dan Gio membeberkan kelakuanmu. Awalnya aku tak percaya. Aku ingin konfirmasi langsung, tapi kata Sherin, kamu pasti tak mau mengaku. Gio bersedia membantu mengawasi kegiatanmu dan melaporkannya padaku. Darinya aku tau, kamu ke mana saja dan jalan sama siapa." Mata Kay memerah. Terluka.
"Gio sepupumu sendiri, tak mungkin bohong. Dia kasian padaku. Kamu juga sulit dihubungi, selalu sibuk menangani pasien. Aku pun terdesak pekerjaan, menangani proyek baru, untuk penyediaan kosmetik MUA sekaligus video iklan. Sherina sebagai bintangnya. Saat aku down, dia yang selalu di sisiku. Menyemangatiku."
"Itu tidak benar ...."
"Itu kenyataannya."
"Kamu selalu bilang, sangat mencintaiku."
"Tidak lagi."
Jleb. Dua kata itu menjelma bagai sebatang pisau yang menancap ke jantung Shayna. Namun, ia masih gigih bagai pahlawan yang berjuang bangkit meski ditikam berkali-kali, tak rela dibunuh begitu saja.
"Jika aku dapat membuktikan kenyataannya, apakah Mas mau kembali padaku?"
"Tidak, Shan. Udah terlambat."
"Ke-kenapa, Mas?" Shayna bertanya seperti orang bodoh. Bibirnya gemetar dan memutih.
Kay mengembuskan napas dengan kasar. "Kebenaran itu udah nggak penting lagi. Mengerti? Aku harus bertanggung jawab pada Sherina!"
"Seandainya--"
"Berhentilah, Shan!" desis Kay, jengkel. "Beruntung orang tuaku tak mengetahui kelakuanmu. Tapi kamu menyembunyikan kenyataan yang lebih buruk. Sesuatu yang nggak pernah kamu ceritain ke aku. Ibumu yang menceritakannya ke ibuku, sebelum aku menjalin hubungan dengan Sherina."
"A-apa itu?"
"Kamu tak bernasab! Orang tuaku pantang memiliki menantu yang tak jelas nasabnya. Keturunan dari anak hasil z*n* kabarnya bakal susah diatur, berpotensi idiot, dan ada kemungkinan mewarisi bakat z*n*. Itu terbukti padamu, kan?" Kay menyesap kopi pesanannya, usai mengucapkan akhir kalimat yang kejam.
Jiwa Shayna seketika terbunuh di tempat. Sherina menyusupkan muka ke dada suaminya, menutupi seringai kemenangan di wajahnya yang cantik.
***
Jam dinding besar di dekat meja kasir kafe menunjukkan pukul 22.30 WIB. Kafe mulai sepi. Hanya tersisa sekitar dua atau tiga pengunjung.
Sepasang suami istri lansia, sebentar-sebentar menengok ke arah seorang gadis yang duduk sendirian di pojok kafe yang berseberangan dengan meja mereka.
Gadis itu telungkup di meja. Bahunya bergerak sesekali. Bergetar mengikuti isak tangis samar. Kehadiran gadis yang menangis di ruangan yang tenang dan lengang, terlihat cukup mencolok.
Pasangan lansia tersebut menunjukkan ekspresi iba. Alangkah kasihannya gadis itu. Entah apa yang menimpanya. Sejak mereka datang satu jam yang lalu, gadis itu sudah ada di situ dan tak berhenti menangis. Mereka sengaja datang agak malam, demi mendapatkan suasana lebih tenang sambil bernostalgia mengenang masa muda yang manis.
Tiba-tiba, si istri meletakkan gelas kopinya sambil meringis. Nenek itu memegangi dada kiri dan mengaduh.
Suami si nenek terkejut dan berseru panik. "Kenapa, Mah? Dadanya nyeri lagi? Bukannya udah operasi dan dibilang dokter udah sembuh?"
![](https://img.wattpad.com/cover/329748858-288-k708047.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN PERNIKAHAN SEMUSIM
RomantikDISELINGKUHI TUNANGAN, DILAMAR DOKTER KONGLOMERAT Tak cukup derita Shayna gara-gara diselingkuhi tunangan, Shayna juga difitnah dan diusir dari rumah. Takdir mempertemukannya dengan Erwin yang didesak nenek kakeknya untuk menikah. Dengan mahar 1 mi...