Tengah malam itu, Shayna berada di gerbong kereta api kelas ekonomi yang bergerak cepat di lintasan rel dari Surabaya menuju Jakarta.
Ia baru saja menyelesaikan internship di rumah sakit pusat ibukota provinsi.
Shayna tiba jam sembilan pagi di depan pagar halaman rumah orang tuanya, di kawasan Raden Saleh, Cikini.
Alangkah herannya Shayna, menyaksikan beberapa mobil berderet di pinggir jalan. Rata-rata mobil bermerk terkenal. Dari sela pagar besi, gadis berusia dua puluh lima tahun itu melihat pula sebagian mobil terparkir di halaman rumahnya yang cukup luas.
Hatinya bertanya-tanya, apakah papa mamanya sengaja mengundang rombongan untuk menyambut dirinya? Mana mungkin. Shayna menertawakan harapannya yang konyol. Sedari kecil, Shayna tahu diri. Sebagai anak haram hasil selingkuhan papanya, ia cukup beruntung bisa diterima tinggal bersama keluarga istri sang ayah. Bahkan disekolahkan sampai lulus jadi dokter.
Begitu tiba di ambang pintu, tampak banyak tamu duduk lesehan menghadapi meja berlapis taplak berenda. Tak biasanya rumahnya seramai ini. Didatangi banyak tamu. Setahu Shayna, terakhir papa mamanya mengadakan acara, adalah selamatan menyambut Sherina yang lulus audisi sebagai foto model fashion dan reality show acara entertainment populer di sebuah stasiun televisi swasta nasional.
Rumah itu pun dihiasi dekorasi indah berupa janur kuning dan rangkaian bunga. Dekorasinya serupa orang yang mengadakan acara akad nikah sederhana, sebelum resepsi yang lebih meriah.
Shayna seketika jadi sorotan. Ia menjadi canggung, lalu mundur dan memilih jalan berjalan memutar, melewati pintu belakang. Tak hendak lewat depan, karena sungkan berjumpa orang-orang.
Saat gadis bermata coklat itu masuk lewat pintu belakang, ia langsung berhadapan dengan dapur yang juga telah dipenuhi beberapa kerabatnya.
Mereka tersentak dan menatap Shayna dengan tatapan aneh. Shayna hendak ke kamarnya, tapi dicegat Rosa, ibu tirinya.
"Shany, istirahat di kamar Mama aja, ya," kata Rosa, kaku. Seperti sedang menahan ketidaknyamanan.
"Memangnya kenapa kalo di kamar Shany, Ma?"
"Kamarmu dipinjam untuk kamar pengantin kakakmu."
"Kamar pengantin?" Shayna terbelalak. Senang. "Kak Sherin menikah? Oh, alhamdulillah, senangnya. Dengan siapa?"
Rosa saling pandang dengan kerabat lainnya. Lalu, ditepuknya bahu Shayna.
"Sudahlah. Nanti kamu juga bakal tau sendiri."
Memendam rasa penasaran, Shayna memasuki kamar ibunya. Dibersihkannya tubuh di kamar mandi pribadi milik ibunya.
Setelah fresh dan berganti pakaian yang lebih pantas, berupa kerudung dan gamis warna krem pastel, ia bergabung dengan para kerabat di luar.
Para kerabat terlihat sungkan. Sebagian menatapnya iba. Shayna merasa aneh dan tak mengerti. Ia berdiri, lantas menuju kamar pengantin untuk menjenguk calon mempelai wanita.
Ia ingin memberi selamat kepada Sherina, sang kakak, sekaligus mengungkapkan surprise. Sebab, setahun tak berjumpa karena ia tugas di Surabaya, tahu-tahu sang kakak menikah lebih dulu darinya. Padahal, setahu Shayna, kakaknya enggan menikah dan selalu berganti-ganti pacar.
"Halo, Kak, selamat, ya." Shayna tersenyum riang. Walau Sherina senantiasa bersikap dingin padanya, Shayna selalu berusaha mendekati dan mengakrabi kakak tirinya itu lebih dulu. Ia ikut senang melihat kakaknya bahagia.
Sherina malah terkejut dan berurai air mata saat dipeluk Shayna.
"Kamu datang hari ini?"
"Lho, aku kan udah ngasi kabar lewat Papa, kalo aku pulang hari ini? Ih, curang, nikah kok dadakan, nggak ngasih kabar." Shayna setengah merajuk.
"Maafkan aku, Dek."
"Iyaa nggak apa-apa, kok. Mungkin kalian terlalu sibuk sampe lupa ngasi kabar. Atau emang sengaja mau bikin kejutan biar aku dan Mas Kay cepet nikah." Shayna tertawa renyah, menyembunyikan rasa pahit di dada. Aku memang tak dianggap ada di rumah ini. Tak layak dapat kabar penting dari keluarga sendiri. Keluarga sendiri? Hah, mungkin hanya diriku yang menganggap mereka keluarga.
"Minta maaf untuk ...." Sherina setengah terisak.
Tiba-tiba terdengar melalui mikrofon, suara seseorang yang sangat familiar di telinga Shayna. Suara yang menemaninya sejak SMA, berbagi susah senang bersama.
Dia, lelaki yang telah mengikat janji dengannya untuk merenda pernikahan dua bulan yang akan datang.
Akan tetapi laki-laki itu, Kayan Adhyaksa, suaranya pagi itu, terdengar bulat menjawab ijab yang dibacakan penghulu, dengan kabul akad nikah yang lantang. Nama wanita yang disebutkan bukanlah nama Shayna, melainkan nama kakak tirinya. Sherina Anjani.
Shayna seketika membeku. Apakah ia salah dengar? Tak percaya, ia menyerbu keluar.
Ternyata, pendengarannya tidak salah. Penglihatannya pun tak berubah meski mata dikucek berulang kali. Sosok tampan memakai jas hitam dan berkopiah itu betul-betul tunangannya. Serasa langit ambruk menimpanya. Shayna berjalan dengan tatapan kosong tak menjejak bumi lagi.
"Mas Kay, itu ... itu kamu?"
Kayan tampak tersentak. Matanya merah. "Shay?"
"Kamu, kamu nikahin kakakku?" Di depan semua orang, Shayna berkata dengan tatapan tak percaya. "Kenapa?" desisnya, sakit.
***evaliana;***
Bersambung
Cerita ini tamat di KBM app
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN PERNIKAHAN SEMUSIM
Storie d'amoreDISELINGKUHI TUNANGAN, DILAMAR DOKTER KONGLOMERAT Tak cukup derita Shayna gara-gara diselingkuhi tunangan, Shayna juga difitnah dan diusir dari rumah. Takdir mempertemukannya dengan Erwin yang didesak nenek kakeknya untuk menikah. Dengan mahar 1 mi...