10. Sorry, Leone.

948 62 2
                                    

__

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__

LEONE SIDE

Aku sedang sibuk memilih baju di kamarku. Jam sudah menunjukkan pukul 17:13 dan aku sedang berusaha merias diriku agar terlihat cantik dan menawan untuk bertemu Aurora. Berbagai pakaian tersebar di tempat tidurku, dan Scylla, sepupuku yang selalu setia menemani, duduk di sofa sambil menonton proses pemilihan baju ini.

"Ga takut ngerusak persahabatan?" tanya Scylla, matanya mengikuti setiap gerak-gerik ku dengan penasaran.

Aku menatapnya dan mengangkat bahu tanda tidak tahu
 "Aku tahu aku sudah terpengaruh cinta, dan aku gak bisa menahan perasaan ini lebih lama lagi." Ucap ku sambil memilih milih pakaian ku.

Scylla menyeringai. "Keknya lu bener-bener kena pengaruh dari Abra, ya? Sialan banget deh." Dia tertawa kecil, tampaknya dia tidak terlalu terkejut dengan situasi ini.

"Aku juga ga bisa nahan perasaan aku terhadap Aurora. Udah dari SMP. Takutnya kalau tidak diperjuangkan, nanti dia diambil orang lain." Kataku dengan penuh semangat. Scylla hanya menggelengkan kepala, seolah tidak ingin aku merasakan sakit hati.

"Tapi lu tahu kan, cewek kutub utara itu susah banget diluluhin. Ingat si anaknya Pak Angkasa? Ditolak mentah-mentah pas SD, mana di tolak di lapangan sekolah." Scylla mengingatkan. Dia tampaknya sangat khawatir aku akan mengalami sakit hati yang mendalam.

"Itu masih SD. Lagian, Aurora belum mengerti tentang cinta pada saat itu. Sekarang dia sudah SMA. Aku mau bilang bahwa aku sudah jatuh cinta sama dia sejak SMP." Jawabku sambil mengakhiri proses merias diriku dan meminta pendapat Scylla tentang outfit-ku.

AURORA SIDE

Aurora melangkah keluar dari gedung sekolah, merasakan angin sore yang menyegarkan setelah seharian yang panjang. Dia menggandeng tangan Kalista dengan erat, merasa nyaman dengan kehadiran ketua OSIS itu. Kalista tidak menunjukkan tanda-tanda ingin melepaskan tangan Aurora.

Sesampainya di parkiran, Aurora memasang helmnya dan menatap Kalista. Ia menaiki motornya, membantu Kalista untuk naik dengan hati-hati. Kalista, yang hanya memakai rok selutut, berpegangan pada tangan Aurora untuk naik dengan stabil.

Setelah Kalista naik dan memeluk pinggang Aurora, Aurora merasakan kehangatan dari sentuhan tersebut.

"Kamu sudah siap untuk menjelajahi semesta ini?" tanya Aurora dengan senyuman di balik helmnya. Kalista mengangguk dan sedikit tertawa karena perkataan tersebut seperti anak kecil, dan Aurora menyalakan mesin motor.

Mereka berdua melaju menyusuri jalanan, tawa dan nyanyian mereka menjadi satu-satunya suara di sepanjang perjalanan. Semua orang yang melihat mereka pasti berpikir mereka adalah pasangan yang serasi.

"Kamu menyukainya?" Tanya Aurora sambil terus berkendara. Ia sesekali menoleh untuk melihat Kalista yang masih nyaman memeluknya.

"Aku sangat menyukainya. Tapi aku ingin kamu menambah kecepatannya." Jawab Kalista dengan semangat. Aurora tersenyum di balik helmnya.

"Berpeganganlah. Kita akan menambah kecepatan pesawat angkasa kita." Kalista tersenyum mendengar ajakan itu, dan memegang pinggang Aurora dengan erat.

TEMBOK DI ANTARA KITA(FUTA)[OnGoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang