__
AURORA POV
Saat ini, aku sedang duduk di lapangan bersama Dylvin setelah sesi bermain basket. Hari ini, udara di Kota Alampurnama terasa sangat panas.
Untunglah kami sudah selesai bermain sebelum matahari yang awalnya tampak cerah berubah menjadi terik dan menyengat.
Dylvin, yang duduk di sampingku, mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan untuk mengusir rasa panas.
"Aku sudah lama tidak berolahraga." Katanya dengan napas tersengal, memandang ke arahku yang sedang meneguk minuman dingin.
Aku menoleh ke arahnya.
"Michaelle mana?" Tanyaku setelah menaruh botol minuman di meja. Dylvin melihat ke arah lorong, seolah mencari keberadaan Michaelle."Kayaknya dia lagi nggak enak badan." Jawab Dylvin sambil mengipasi wajahnya.
"Tadi dia bilang mau ke toilet karena sakit perut." Tambahnya.Aku mengangguk, memahami situasinya. Kami kemudian kembali ke kelas bersama-sama. Sepanjang perjalanan, Dylvin mendapat banyak sapaan dari teman-teman di lorong. Banyak dari mereka memanggilnya dengan sebutan "junior tampan dan keren" namun sayangnya sikapnya yang kadang tidak bisa dibilang keren membuatku merasa agak kesal.
Setibanya di kelas, aku langsung duduk di meja dan menaruh wajahku di meja dengan tangan sebagai bantal.
"Gila, rasanya seperti neraka bocor." Keluh Dylvin, duduk dengan kelelahan di kursinya. Aku bisa merasakan betapa panasnya hari ini, dan memang kata-katanya terasa sangat akurat.
Aku mengangkat wajahku dan menatap Dylvin dengan tatapan dingin.
"Tobat makanya, jadi neraka-nya nggak bocor." Kataku dengan nada bercanda, meskipun mataku menunjukkan keseriusan.Di saat yang sama, Michaelle yang baru saja datang terlihat kurang bersemangat. Tidak seperti biasanya, ia tampak lesu dan tidak energik. Dylvin dan aku saling menatap, merasa bingung dengan sikap Michaelle yang tiba-tiba berubah.
"Kenapa?" Dylvin bertanya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Namun, aku hanya membaringkan kepalaku di meja lagi dan menjadikannya sebagai bantal.
"Maklum cewek datbul." Balasku sambil melanjutkan posisi istirahatku. Dylvin mengangguk seolah memahami situasi.
Sepulang Sekolah
Saat bel pulang sekolah berbunyi, suasana di ruang teater agak sepi. Salah satu anak teater sudah pergi, dan kini hanya tersisa aku dan Aneska di ruangan tersebut. Aneska tampak ragu, mengamati punggungku saat aku sibuk memasukkan buku-buku ke dalam tas.
"Aur, kalau misalnya kamu temenan sama orang yang homo atau lesbian, reaksi kamu bakal gimana?" Tanya Aneska dengan nada hati-hati. Aku membalikkan badan dan menatapnya dengan penuh perhatian.
"That's not a big deal." Jawabku dengan nada dingin. Aku menyilangkan tangan dan bersender di meja.
"Love is love, there is nothing wrong about it." Ucapku dengan serius. Apa yang salah dengan seseorang yang menyukai sesama jenis? Itu bukan masalah yang besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMBOK DI ANTARA KITA(FUTA)[OnGoing]
Novela Juvenil-BIJAKLAH DALAM MEMBACA- Cerita ini bukan pure gxg tapi cerita ini mengandung unsur futanari yang cukup jelas. Cerita ini juga menggunakan bahasa yang non baku dan memiliki beberapa kata yang cukup vulgar dan kasar. Cerita ini benar benar murni dari...