7. Arthur E.G, the revenge

29 8 2
                                    

End Flashback.

Kini jarum jam menunjukkan pukul 02.00 siang, akhirnya cerita lama sudah selesai. Kini terlihat sepasang sahabat lama sedang berbincang, Erious hampir ketiduran. Ia mudah mengantuk saat mendengar cerita, terlebih ruangan Wiletten cukup dingin. Ya seperti Nathan, ruangannya sangat dingin. Ia bahkan tidak pernah sedingin ini, berbeda dengan ruangan sahabat nya itu, Sean. Memang segar dan dingin tapi ada alat penghangat ruangan.

"Sudahlah Willeten..... tidak apa-apa, itu bukan salahmu sendiri. Jangan menangis lagi, kau sudah dewasa bukan?" Ujar Erious menaruh kembali cangkir kopi miliknya, hampir 3 jam lebih dia mendengar cerita Wiletten.

"Daripada kau terus bersedih, mau datang kerumahku? aku free...." Tawar Erious

"Boleh saja? Aku juga ingin tahu bagaimana kabar anak-anak mu itu" senang Wiletten, kini ia kembali bersemangat.

Mereka berdua pergi, Erious sudah menyuruh anak-anak pulang terlebih dahulu. Sesampainya di sana, wiletten sedikit bingung. ada yang beda, tapi ia tak pedulikan. Kini mereka sudah sampai didalam rumah Erious, benar. Megah sekali dan tersusun rapi, ada penjaga dan maid. Mereka disambut dan pergi ke lantai 3 menggunakan lift, Erious terkadang malas naik tangga. Tanggal nya spiral jadi bikin pusing, salahkan Arthur yang minta.  Mereka duduk diruang tengah, sambil menonton berita.

"Sepi sekali... sesekali ketempatku juga, Eros" ujar Wiletten, ia tinggal sendirian. Rumahnya juga tidak terlalu besar, lagipula tak ada orang.

"uh how huh? I don't like your place" sahutnya yang agak ragu.

"Because it's small and not big, right?" Jawab wiletten, ia tertawa. Eros segera minta maaf, dirinya tidak bermaksud.

"It's fine! Tidak apa-apa, aku tahu. Aku hanya seorang doktor, tidak seperti dirimu. Seorang pembisnis"

"Y-ya....."

"DADDDD I AM HOMES~~~" Teriak salah satu anaknya, ia sudah tahu siapa itu.

"DAD!!!!!"

"DON'T SHOUT!"

"HAHAHA"

"Mereka sudah pulang" jawab Wiletten

"Hello son" sambut Eros

"Uh? Hello aunt!" Sahut ke empat anak itu, Alex dan adik-adiknya.

"Halo!!! Sudah lama tidak bertemu"

"Ada apa lagi ini...."

"Alex nakal! Masa Nina di katain" kesal Austin, walau sudahh besar ia tetap tidak suka Nina-Nya di ganggu.

"Just kidding hey!" Ujar Alex, ia takut soalnya ada Aunt nya

"Astaga"

"Hash.... Justin Caius, kalian pergi saja dulu. Ayah akan urus saudara kalian ini"

"Syap!" Sahut keduanya.

"Btw dad, nanti kita mau ke sekolah lagi. Ada event"

"Benarkah? sepertinya aya—" belum selesai, Wiletten mengajak dirinya ikut.

"Ayo...... Kau free right?"

"Baiklah..."

Austin senang, Alex teringat sesuatu.

"Eh Thur mana ya??"

"Di sekolah kan, katanya ada urusan"

"Jam berapa memangnya?"

"Jam 3 sore"

"Yasudah kalian siap-siap dan istirahat sejenak"

Ayah dan Aunt mereka pergi, entah kemana. Alex melihat tas aunt nya tertinggal, ia iseng.

Everything That Is Liar [disconnected]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang