0.0

3.5K 131 1
                                    

"Atas nama Ardanta?" Tanya seorang florist dengan celemek apron berwarna abu abu muda.

"iya" dijawab oleh orang yang ditanya.

"Bisa tanda tangan disini" Sambil menjulurkan papan penerima beserta pulpen. Laki laki itu menggores lembaran itu dengan cepat. Gema lalu menbayar buket tersebut lewat alat scan.

"Silahkan buket mawar merahnya. Semoga anda mendapat kebahagiaan" Senyum manis dari sang florist membuat Gema yang tak lain Ardanta itu memandangnya tanpa sadar. Dia meraih bunga tersebut dan pamit.

"Dia selalu beli bunga disini tiap minggu, apa gua jadiin pelanggan aja ya, lain kali gua kasih diskon deh" Ia kembali membereskan beberapa bunga.

Ian Jalendra seorang siswa SMA yang membuka toko bunga miliknya sendiri. "Smile florist" Ia mengisi weekend dengan menjual bunga. Sifatnya yang kalem sangat cocok untuk bekerja di toko bunga. Dia sangat suka bau bau bunga yang menyeruak di dalam ruangan.

Walau buka setiap weekend, stok bunganya pasti habis. Banyak para wanita yang datang hanya untuk melihat wajahnya. Mereka bergantian selang seling membeli bunga sambil melihat Ian merangkainya.

"Terima kasih cantik. Sampai jumpa lagi" Ucapnya sambil melambai pada wanita terakhir yang berada disana. Dia cukup lelah hari ini. Dia meregangkan badannya. Dan menutup toko bunga.

Kruyukk

Sepertinya dia melupakan jam makan siang. Alhasil magh nya kambuh. Dia segera mengambil sirup anti magh di laci dan meminumnya. Kemudian dia melipat apron nya dan pergi keluar untuk mencari makan.

Sampailah ia di restauran nasi padang. Ia membeli satu bungkus untuk di bawa pulang.

Ian tinggal di sebuah apartemen. Kalau di bilang anak orang kaya, dia kaya. Sengaja tinggal berpisah karena jarak dari apartemen ke sekolah cukup dekat. Dia tinggal sendiri dan menikmati hari harinya dengan damai.

Ia memakannya dengan lahap. Sambil meminun segelas teh hangat.

Drrttt drrttt

Ia mengambil ponselnya dengan tangan kiri. Ternyata telepon dari ibunya.

"Hawoo ma?" sambil mengunyah makanan di mulutnya.

"Lagi makan ya?"

"Iya ma, ada apa?" Jawabnya.

"Kapan pulang hmm?"

"Hehe sorry ma aku baru aja tutup toko terus makan, mungkin sabtu minggu depan"

"Beneran ya, papamu udah kangen banget sama kamu"

"Jangan bilang gitu lah malu ma" Suara remang remang dari telepon.

"Kamu denger kan papamu kangen cepet pulang!"

"Iya mama sabtu minggu depan ya"

"Iya sayang jaga kesehatan, kalau ada apa apa langsung kabarin mama"

"Siap mama"

Ia mematikan telepon dan melanjutkan makan malam. Ia suka hidupnya yang sekarang, cukup sederhana dan menenangkan.

Ia membereskan meja makan dan mencuci tangan. Kemudian pergi kekamar mandi untuk membersihkan badan dan ganti baju.

Badannya terasa lelah. Pukul 20.00 dia sudah tertidur pulas di kasurnya. Besok ia harus bangun pagi ke sekolah.

Sementara  di tempat lain Gema sedang bersiap untuk memberi bunga itu kepada ibunya. Setiap minggu memang ia datang ke rumah sakit untuk menjenguk mamanya yang terbaring koma sejak setahun terakhir ini.

"Mom this is for you" Dia mengganti bunga kering di vas dengan bunganya yang baru. Kemudian, duduk di samping kasur dengan menggenggam erat tangan mamanya.

"Mom, cepet bangun. Gema sendiri mommy" Tanpa sadar air matanya membasahi tangan ibunya.

Ayah Gema tak tega, dia tidak jadi masuk.

"Ayo pulang" Ucapnya pada asistennya.

"Baik Pak"

Gema menghapus air matanya, dan beranjak dari sana. Ia tidak tahan melihat ibunya.

Ardanta Gema Rahardian biasa di panggil Gema. Seorang siswa SMA sekaligus ketua geng Blue rude. Anak seorang CEO perusahaan besar milik keluarga Rahardian. Dia tumbuh dengan didikan keras ayahnya.

"Woi bro" Seru salah satu anak di tongkrongan. Panggil saja Ardan.

"Tumben baru dateng lo cok?" Saut Dika.

Gema mengangguk dan mengeluarkan rokok malboro miliknya. Ia menyalakan satu batang dan menhisapnya sambil merebahkan badannya di punggung sofa.

"Lo lagi ada masalah ya" Tanya Alex.

"Biasa" Jawabnya singkat. Mereka bercengkrama sambil bermain biliard.

Jam menunjukkan pukul 01.30 dini hari. Mereka masing masing berpamitan pulang.

"Kalo lo ada masalah sebisa mungkin ngga usah di pendem sendiri. Cerita aja" Eric menepuk pundak Gema. Dia membalas dengan senyum.

"Ati ati lo"

Gema menaiki mobilnya. Dia bergegas pulang, walau sebenarnya dia malas untuk ketempat itu. Ingin rasanya dia menemani ibunya .




Baru pulang ia disambut oleh ayahnya yang menunggu di ruang tamu. Gema berjalan melewati ayahnya begitu saja.

"Gema" Dia memberhentikan langkah kakinya. Dan menoleh ke arah lelaki kekar dengan baju tidurnya.

"Papa sayang kamu, selamat tidur"

"Mee too" Jawabnya lirih. Ia langsung berlari ke kamarnya. Ayahnya mengehela nafas dan kembali pada dunianya.

Gema merebahkan tubuhnya. Ia menatap kosong pada langit kamarnya. Perlahan matanya tertutup dan lelap dalam tidurnya.

~•~
Happy reading ygy

Vote juga😣😣

My lover florist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang