"Loh ngapain gua kesini" Sambil menanting satu kresek makanan dan obat penenang. Gema sekarang berada di depan gedung apartemen Ian. Mungkin karena lama menunggu pesan ia geram dan akhirnya datang.
"Loh temennya mas Ian ya?" Tanya penjaga lobi.
"Iya, Ian ada kan?"
"Aduh mas, mending lagsung dicek aja, soalnya barusan ada dokter keluar dari apartementnya"
"Makasih mbak"
Gema berlari ke lift dan bergegas ke apartemen Ian. Ia membunyikan bel berkali kali. Sampai akhirnya, Ian keluar dengan membalut dirinya dengan selimut. Sepertinya ia demam.
"Heh bocah bunga, lama amat sih"
"Gua ngga enak badan gem, kalo cuma mau ribut keluar aja "
"Gua diem"
Gema masuk ia merangkul badan Ian dan membawanya ke kamar.
"Lo udah makan?"
"Belum"
"Makan dulu ya? Gua ada bawa ayam mekdi ni"
"Ngga mau, mau bubur"
"Heh babi lo bangsat banget ah" Gema ke dapur dengan terpaksa. Ia membuatkan bubur ayam untuk Ian. Untung saja ada bahan bahan di dapur.
Walau terlihat anak manja, kalau hanya bubur dia bisa membuatnya. Kan bubur sachet.
"Nih duduk dulu makan"
"Suapin" Gema menatap geram, dia bukan orang yang bisa bersikap lembut.
Namun, perlahan sendok itu ia tiup untuk membuat Ian makan dengan nyaman. Ian menghabiskan makanan dan meminta Gema memberinya obat.
Gema beranjak dan mencari kain untuk mengompres kepalanya dengan air hangat.
Ia duduk di tepi kasur, perlahan ia menekan dahi Ian.
"Lo punya trauma ya yan?"
"Ngga ada, cuma kalau gua ngerasa sesuatu ganggu pikiran, gua demam"
Gema menghela nafas, ia menekan kepala Ian.
Kok ni monster dateng kerumah gua. Bela belain jadi baby sister gua, mimpi apa ni bocah
Dalam hatinya ia bergumam. Sambil menatap Gema. Dia senang melihat Gema yang kalem dan menatapnya.
Ni anak kasihan juga ya. Mana imut banget lagi. Pengen gua gigit aja hidungnya.
Gema menjadi gemas sendiri dengan wajah Ian. Perlahan Ian tertidur, karena Gema juga mengantuk ia tidur di samping Ian. Sambil mendekap gulingnya.
Eric galak
[Gua ijin ngga masuk besok]
Papa
[Gema ngga pulang
Dirumah temen][Dirumah Eric?]
[Bukan ini lain]
[Oh paham papa]
Gema meletakkan handphone nya. Ia kembali mendekap Ian. Ian merasakan sentuhan itu, dalam hatinya ia sangat senang.
Gua cuma suka sama lo aja bocah bunga. Ngga ada niatan lain.
Batin Gema.Pagi hari, suara rusuh dari dapur. Ian ingin bangun namun badanya lemas.
"Lo he lo he mau ngapain. Tiduran aja" Ucap Gema sambil membawa spatula dan memakai celemek.

KAMU SEDANG MEMBACA
My lover florist
Teen Fiction"Who's you?" "I'm yours" "Really?" "kiss me on the cheek" Cup "Good boy". Buat kalian yang suka cerita ringan bisa baca ini :) Berisi adegan tidak baik, jangan di contoh di baca aja.