Chapter 1

2K 90 2
                                    

Ian sudah rapi dengan baju putih abu abu . Tidak lupa topi dan tas yang ia letakkan di meja makan. Ia mengambil sepotong roti dan mengolesi selai coklat. Tidak lupa susu putih untuk menambah tenaga di pagi senin ini.

Ia segera turun ke basement dan mengambil motor vesmet warna putih miliknya. Ia memakai helm dan berangkat menuju sekolah. Seperti biasa ia sangat ceria dan menikmati perjalanan. Butuh waktu sekitar 25 menit untuk sampai.

Dia segera ke parkiran dan melihat temannya berada disana.

"Woi Ian, gua kira lo telat anjing" Sapa Aksa dari atas motornya.

"Yakali men"

"Gua abis jadian sama cewe"

"Buaya lo, yang kemarin lo kemanain" Sambil membuka helm.

"Biasa lah putus"

"Ck biasaan lo" Ucap Ian.

"Gua mau beliin dia bunga minggu ini, lo rangkai buat gua ya. Yang cantik"

"Emang lo abis nembak siapa sih"

"Si Laura"

"Oh cewe kaca mataan itu?"

"Ho oh, buatin ya" sambil merangkul pundak Ian. Ian mengangguk dan berjalan bersama ke kelas. Disana sudah ada Rendi dan Dion yang sedang berbincang.

"Pagi pagi gosip lo berdua"

"Iya nih gosipin orang samping lo"

"Iri lo berdua"

"Emang bocah anjing, masa temen temennya dibiarin ngejomblo"

"Bodoamat penting ngga jones"

"Emmm liat aja deh bentar lagi juga putus" Ucap Ian dengan senyum. Aksa langsung memukul kepala temannya ini.

"Aduh sakit bego" Rintih Ian yang tak di hiraukan oleh Aksa.

"Bener yan kaya ngga tau si Aksa aja" Dion dan Rendi tertawa.

Brakk

Dia orang yang sering beli bunga di toko gua kan?

Seseorang menendang pintu dari luar dan langsung duduk, meletakkan tasnya diatas meja dan tidur. Ian menoleh kearah samping dan semua orang di kelas seperti tidak kaget dengan sikapnya. Tak berselang lama temannya datang dan duduk di sampingnya untuk tidur. Mereka adalah Gema dan Eric, duo kulkas yang bahkan hanya menatapnya saja sudah membuat tubuh merinding.

Rendi dan Aksa pamit untuk kembali ke kelas. Mereka satu kelas, di dikelas 12 IPA. Sedangkan Dion dan Ian di kelas IPS.
Bel berbunyi, namun tak seorang pun berani membangunkan keduanya. Kecuali Ian.

"Kita ke kelas dulu ya bro"

"Yoi" Jawab Dion spontan.

Ian beranjak dari tempat duduknya dan menhampiri meja Gema. Ia mengguncang pelan bahu besar Gema dan Eric.

"Gema, Eric ada guru bangun" Ucapnya. Gema menatapnya tajam. Ian tak sekalipun takut padanya. Eric menahan Gema dan memberi isyarat agar Ian kembali ke tempat duduknya.

"Lo ngga takut?" Tanya Bita yang duduk di sampingnya.

"Ngga ngapain takut" Jawab Ian santai. Ia menatap kedepan memperhatikan guru yang sedang sibuk menjelaskan. Di sampingnya ada Gema yang menatap tajam kearahanya. Bita memperhatikan itu dan berbisik pada Ian.

"Lo ati ati dia merhatiin lo"

"Iya Bita" Jawabnya lembut.

Ian berbeda dengan teman teman sekelasnya. Dia tidak merasa takut sekalipun banyak gosip beredar bahwa Gema ini menakutkan.  Gema dikenal sebagai orang yang pemarah dan jarang bicara. Namun, Ian sudah lebih dulu melihat sosok lain Gema yang membeli bunga padanya setiap minggu.

My lover florist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang