Besok paginya, Gema dan Ian kembali membuka toko bersama. Pagi sekali Gema datang untuk membantu. Di seberang jalan ada Eric yang memperhatikan temannya itu.
"Tsundere banget tu bocah. Kalo di tongkrongan bilang ngga suka giliran begini malah buka toko berdua. Tolol"
"Kenapa lo ngga nyari temen?"
"Ga dulu, selagi gua bisa sendiri, kenapa harus nyari temen"
"Ya kan biar ngga capek"
"Gua biasanya di bantuin Dion sih"
"Tiap minggu?"
"Ngga juga, kalo dia free aja"
"Oalah"
Makanya si Eric sering ngelirik kesini. Dia ngincer temennya si bocah bunga ternyata.
Dion ini memiliki postur tubuh paling mungil di antara Rendi, Aksa, dan Ian. Dia juga sangat imut, bahkan kalo di bandingkan dengan Ian, ia lebih sub.
Seperti biasa banyak cewe cewe bahkan om om datang untuk membeli bunga sekaligus melihat Ian. Bahkan bunga yang ia stok sudah habis.
"Mereka sering kesini ya?" Tanya Gema.
"Iya, kebanyakan emang cewe cewe" Gema menatap wajah Ian. Baru saja siang ia sudah menutup tokonya.
Aksa mengetuk pintu dari luar.
"Udah tutup aja lo"
"Iya, barangnya udah abis"
"Laris ya, mana pesenan gua?"
"Bunga mawar nih cantik kan gua yang ngerangkai"
"Iya iya, berapa?"
"Lo kasih ke anak kecil disana aja"
"Yoi"
Gema menatap Ian. Ia tersenyum tanpa sadar. Ternyata orang di depannya ini cantik dari segala arah.
"Nah sekarang, lo rangkai bunga buat mama lo"
"Gua ngga bisa, lo aja"
"Ayo gua ajarin, biar buketnya berkesan" Gema mengangguk, ia memotong beberapa daun, dan kelopak bunga yang dia rasa tidak perlu.
Dengan di bantu Ian, buket bunga krisan miliknya sendiri menjadi sangat cantik. Ia tersenyum manis melihat karyanya.
"Lo mau ikut ngga yan?"
"Hari ini mama ulang tahun, gua mau ngenalin lo sama mama"
"Oh boleh?"
"Boleh banget" Ucap Gema. Ian mencium kedua keteknya.
"Mandi dulu lah kita bau ni"
Gema mengangguk dan ikut ke apart Ian. Mereka beristirahat sejenak, dan makan siang. Setelahnya mereka berdua membersihkan diri. Ian merapikan rambutnya, ia memakai celana jeans hitam, dengan kemeja maroon, sangat cocok untuknya. Bahkan kakinya terlihat lebih jenjang. Gema menatapnya tersenyum.
"Ganteng ngga gua?"
"Cantik" Ian mengerucutkan bibirnya. Ia tidak suka dibilang cantik.
"Udah udah ayo"
Ian dan Gema berangkat. Mereka menaiki mobil Gema. Sore itu Gema dan Ian sampai di rumah sakit. Ian sedikit dejavu.
Ini tempat kemarin lusa kan. Tempatnya tante krisan kan. Ngapain dia bawa gua ke rumah sakit. Katanya mau dikenalin sama mamanya. Tau gitu gua tadi bawa parfum biar ngga bau rumah sakit pas sampe rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My lover florist
Genç Kurgu"Who's you?" "I'm yours" "Really?" "kiss me on the cheek" Cup "Good boy". Buat kalian yang suka cerita ringan bisa baca ini :) Berisi adegan tidak baik, jangan di contoh di baca aja.