4

4 5 5
                                    


"Dia Razka Fahreza Langitara"

Karena tidak ada lagi kegiatan yang diwajibkan, sebagian anak mulai pulang, karena diperbolehkan juga,tandanya gerbang dibuka selebar-lebarnya dan satpam juga tidak mencegah bagi yang pulang. Begitu juga denganku, sekarang Gyuri sedang berusaha mengeluarkan motordari parkiran, aku menyesal memarkirkan motorku di parkiran dalam karna disini selalu ramai dan motor tidak diletakkan beraturan ada yang meletakan ditengah-tengan membuat aku sulit mengeluarkan motorku, mau minta tolong Zea dia juga masih dikelas nungguin citra pulang, kasihan juga kalo harus kesini untuk menolongku.

"Ini kenapa si motornya ditaro di sini bikin kesel aja" Ujarku sambil menendang bannya, inilah kelemahan ku selalu kesulitan mengeluarkan motor, biasanya aku akan minta tolong Zea, atau menunggu sampai parkiran sedikit sepi, tapi sepertinya kalau menunggu mungkin sekitar 4 jam an lagi.

Akhirnya aku memilih bersandar disalah satu motor sejenak untuk menyusun strategi agar motorku bisa keluar.

"Sorry, bisa minggir gak? Gue mau ngambil motor gue"

Aku menoleh ke belakang, dan langsung berhadapan dengan tubuh tinggi seseorang lelaki, tubuhku bahkan hanya sebatas dadanya padahal tinggiku 160 lebih tinggi 10 cm dari Zea. Aku sedikit mendongak untuk menatap wajahnya, sejenak aku tertegun, tampan, hanya itu kata yang mendefinisikannya, rambut yang sedikit acak-acakan, hidung mancung, alis tebal, dan bibirnya yang pink alami, dan jangan lupakan matanya yang coklat terang itu, aku tenggelam dalam tatapannya.

"Hei" Ucapnya sambil melambai didepan wajahku.

"Eh maaf, kenapa?" Tanyaku seperti orang linglung.

"Itu lo bisa minggir dari motor gue ga? gue mau pulang soalnya" jawabnya sambil menunjuk motor yang aku sandari, ternyata ini motornya, seperti di film saja motor tinggi dengan warna full black.

"Oh gitu silahkan"

"Lo ngapain pake helm gitu? Mau pulang juga?" Tanyanya sambil melirik helm di kepala Gyuri.

"Iya, tapi aku gabisa ngeluarin motor"

"Mau gue bantu?" Tanyanya.

"Boleh, itu motor aku tolong ya" Seketika Gyuri tersenyum lebar sambil menunjuk motornya yang tepat berada dua motor didepan motornya.

Dia langsung saja mengeluarkannya dengan mudah dengan tangannya yang kekar itu, tidak seperti Gyuri yang hanya mendorong lalu mundurkan lagi motor yang menghalangi itu. Ternyata harus dikeluarkan satu-satu ya pikirnya mengamati dia.

"Udah" Katanya setelah berhasil mengeluarkan motor Gyuri dan juga motornya.

"Terima kasih banyak" ujar Gyuri.

"Sama-sama, lo kelas 11 juga?" Tanyanya sambil melirik bintang didada Gyuri.

"Iya, hm kamu anak baru pindahan itu ya? Soalnya aku rasa belum pernah liat kamu" Gyuri bertanya sedikit ragu.

"Iya, Kenalin gue Razka, Razka Fahreza Langitara" Ujarnya sambil mengulurkan tangannya ke arah Gyuri.

Gyuri sedikit menimang mau di balas atau tidak, karna sebelumnya diab belum pernah berjabatan tangan dengan lelaki.

"Aku Gyuri Anata, Salam kenal" Akhirnya di balas juga uluran tangannya. Seketika tangan Gyuri langsung terasa hangat dan juga jantungnya  entah kenapa malah berdebar ketika Gyuri menatap matanya.

Hening.

Sedikit lama kami berjabat entah karena Gyuri yang enggan melepaskan,atau dia yang segan jika melepaskan ketika Gyuri kembali hanyut dalam tatapannya.

"Eh, maaf" Gyuru setelah sadar telah lama memegang tangannya. Malu.

"Lo emang gini ya kalo ngomong?" Tanyanya.

"Hah, gimana?"

"Aku kamu"

"Oh iya, udah terbiasa soalnya, maaf kalau kamu ga nyaman" Gyuri sedikit overthinking, takut dia menggangap Gyuri cewek sok imut, caper atau apalah.

"Ga, gue jarang aja nemu di zaman sekarang"

Drrt.

"Sorry" Ucapnya, lalu mengangkat panggilan tersebut.

"Walaikumsalam ma, iya ini mau otw"

"Hm iya maa ini reza berangkat" Dia menjawab dengan suara lemah dan juga lembut seorang lelaki, seperti ketika ayah bicara dengan Gyuri maupun bunda, tapi kali ini lebih merdu dari suara ayah. Ayah maafkan anakmu ini ayah.

"Iya, assalamualaikum ma" Ucapnya mengakhiri panggilan tersebut. " Hm gue duluan ya, salam kenal" Ucapnya menatap Gyuri sambil tersenyum sampai matanya menyipit,lalu menaiki motornya dan memasang helmnya lalu pergi.

Tit

Dia mengklason Gyuri yang di balas dengan anggukan. Gyuri menatap dia sampai menghilang dari pandanganku lalu tersadar kalau dia  buru-buru pulang karna sakit perut mau BAB.

"Heh belum balik juga?" Zea menepuk bahu Gyuri dari belakang. Membuat Gyuri yang hendak menjalankan motornya terhenti.

"Belum ini mau"

"Ngapain aja dari tadi katanya kebelet"

"Kamu kan tau aku gabisa ngeluarin motor" Zea tertawa mendengarnya.

"Trus siapa yang bantuin tadi?"

"Ada orang"

"Siapa cowok cewek?"

"Cowok"

"Widih sapa tuch?"

"Kepo banget"

"Wajib!"

"Dah lah bye Ze!" Gyuri meninggalkan Zea yang mengacungkan jari tengah kearahnya.

Zea orangnya memang kepo, kepo kuadrat malah, selalu mau tau urusan orang, padahal Gyuri sendiri tidak kepo tentang hidupnya.





Hi!
Terima kasih sudah membaca sejauh ini!🥺💐

FavoritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang