9

3 4 0
                                    

"Hm sorry, ada Anata ga?"

"Hah Anata siapa, disini gaada namanya anata"

"Gyuri Anata"

"Oh Yuri, bentar gue panggilin lagi main kartu anaknya dibelakang"

"YURIII ADA YANG NYARIIN" Suara Kaya menggema didalam kelas disore itu.

"Hah siapa yang nyariin lo? tumben"

"Aku juga gatau"

"Siapa kay yang nyari aku?" Aku menatap kaya yang sedang membereskan bukunya dimeja.

"Heh yur giliran lo cepet"

"Eh iya sabar"

"Itu cowok yang baru pindah"

"Siapa?" Zea juga ikutan kepo, tetapi tidak menatap kaya, kami sibuk menyusun taktik agar menang.

"Siapa ya? Razka gasi namanya lupa juga gue, cowok yang banyak yang naksir ituloh"

"HAH RAZKA?!!! ASTAGA MATI AKU" langsung saja aku berdiri, menjatuhkan kartu dan menatap arloji dipergelangan tanganku. 15.55 itu artinya dia sudah menungguku hampir setengah jam.

"Guys aku balik duluan ya! Sorry banget, byee!" Langsung saja aku bergegas keluar kelas.

"HEH YURII KATANYA BARENG?!!! LO MAU KEMANA WOI?!!" Zea berteriak memanggilku, tadi kamu memang berjanji akan pulang bareng setelah main kartu.

Aku melihat Razka duduk dikursi depan kelasku bermain handphone, astaga kenapa aku bisa lupa ada janji sama dia? ini semua gara-gara Nada yang memaksaku bermain kartu sampai lupa waktu.

"Azka maaf banget yaa, aku lupa banget, maaf"

"Eh udah selesai? gapapa kok" Ucapnya seraya berdiri dari duduknya.

"Kok ga nyamperin dari tadi sih? malah nunggu aku"

"Yaa----"

"Ayo sambil jalan aja ngomongnya nanti keburu sore" Ucapku sedikit takut juga tokonya tutup.

"Gue gaenak aja ganggu lo main, seru banget lagi kayaknya" Menggaruk tengkuknya yang sudah dipastikan tidak gatal sama sekali.

"Astaga, lain kali langsung aja, aku itu orangnya pelupa"

"Okedeh"

"Ini tokonya belum tutupkan ya?"

"Belum deh kayaknya"

"Duh maaf banget Azka"

"Iya santai aja Anata"

"Motor kamu dimana?" Tanyaku setiba kami diparkiran.

"Dibelakang, lo tunggu disini aja"

"Oke"

Kurang lebih 2 menit Razka datang dengan motor hitamnya dan juga jaket kulit bewarna serupa.

"Nih" Razka menyodorkan helm bewarna lilac kearah ku.

"Ini helm siapa?"

"Punya gue"

"Hah serius? kok warna cewe banget?"

"Ayo naik" dia mengalihkan pandangan, seperti menolak untuk membahas tentang helm ini lebih jauh. Mungkin ini helm ibunya atau adiknya, kenapa juga aku harus kepo? Pasti Razka berpikir aku cewek yang cerewet.

"Iya"

"Motor kamu tinggi banget" Aku berusaha naik  ke motornya yang tinggi tapi tidak bisa juga, jujur agak malu.

"Pegangan pake bahu gue"

"Oh oke maaf" Aku memegang bahunya yang tegap dan akhirnya bisa setelah mengeluarkan sedikit tenaga dalam, sedikit.

FavoritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang