8: Baby Miracle

1K 16 1
                                    

"Aku tak menyangka juga kau bakal hamil, Mirna." Kata Dokter Miko, meski dalam hati pria itu justru berbunga-bunga. Inilah impiannya, memiliki anak dari wanita yang jadi cinta sejatinya.

Sementara Mirna, malah menangis. Dia merasa bodoh dan diperalat Dokter Miko. Wanita berpendidikan seperti dirinya, karena depresi pengen cepat punya anak, malah dimanfaatkan Dokter Miko dengan kejam.

"Kenapa dokter tega lakukan ini? Saya sudah baca dan tanya banyak orang. Tak ada cara mendapatkan sel telur subur dari hubungan seksual!" Jerit Mirna, yang tak sanggup lagi menahan marah.

Dokter Miko mengunci ruangan periksa pasien itu, dia khawatir kondisi psikologis Mirna dapat membongkar aib kasus mereka.

"Apa yang ingin kau ributkan, Mirna? Sejak awal kau yang meminta kehadiran anak yang bagaimanapun caranya. Kau minta kita merahasiakan segalanya. Lalu, mengapa sekarang kau menangis? Jika kau ingin menuntut tanggung jawabku, silahkan. Ayo, kita menikah!"

"Tidaaak!!!"

Mirna melempar berkas di meja kerja Dokter Miko, nafasnya tersengal-sengal, matanya memerah. "Jangan lagi berurusan denganku! Jangan pernah!!!"

Mirna sudah memutuskan sikap, dia akan menjauh sejauhnya dari Dokter Miko. Dia telah menelepon Dona, agar menuruti kemauannya. "Mama jangan melahirkan di Jakarta. Di Bogor saja. Semua biaya aku urus, Ma. Mama akan ditemani orang suruhanku. Dia yang akan atur semuanya, termasuk memenuhi kebutuhan Mama."

"Tapi, Mirna...." suara Dona tercekat, karena dia tak sanggup bersuara. Khawatir, jika Mirna marah dan kecewa.

Mirna dengan lesu kembali ke rumah mertuanya, bersiap menghadapi beragam hal mengerikan sekalipun. Tetapi, apa yang ditemuinya?

Di bawah tangga, Nody berdiri dengan seikat besar mawar merah. Suaminya itu langsung memeluk dan menciumnya dengan mesra. "Terima kasih sudah mengandung anakku, sayang..."

Anakmu?!

Mirna menelan ludah, tubuhnya merinding. Terkenang bagaimana Dokter Miko begitu ganas menggaulinya dengan alasan "berburu sel telur segar", sesuatu yang tak masuk akal tetapi dengan bodohnya dulu malah dia percayai.

"Surprais!!" Rini sang mami mertua, dan papi mertua tiba-tiba melepaskan balon-balon ke udara, lalu muncul begitu banyak sanak saudara dari keluarga suaminya. Mereka bertepuk tangan, bersorak riang dan mengucapkan selamat padanya karena telah mengandung anak Nody.

Mirna berusaha tersenyum, meski terasa janggal.

****

Miracle, adalah Miracle. Seharusnya dia menjadi keajaiban yang sesungguhnya. Benih dari Mirna dan Nody, yang ditanamkan dalam rahim Dona. Dilahirkan Dona sang nenek, tetapi bakal dibesarkan oleh Daddy Nody dan Mami Mirna, orangtuanya.

Tetapi faktanya, justru berbeda. Miracle kini dipastikan akan tetap dalam pelukan Dona, karena tiba-tiba Mirna juga hamil tanpa melalui proses bayi tabung. Meski anak yang dia kandung, justru anak Dokter Miko Joseph. Tak ada upaya untuk menukar bayi, tak sempat pula!

Sebab bayi yang dikandung Mirna, lahir lebih dulu secara prematur, tujuh bulan! Bayi itu, laki-laki. Lalu bayi dalam rahim Dona lahir dua bulan kemudian, dan anak itu perempuan.

"Ya, perempuan Nyonya, dan Bu Dona telah memberi nama adik Nyonya, Miracle..." lapor Esma, orang suruhan Mirna untuk menjaga Dona. Esma hanya tahu, jika bayi yang dikandung Dona adalah adiknya. Bukan anak dari benihnya dan Nody.

"Tolong jaga mama saya, Esma. Juga eh... adik saya. Saya transfer uang lagi ya. Nanti sampaikan salam saya pada Mama saya, jika beliau sudah bangun. Saya baru besok akan ke sana..."

"Baik, Nyonya."

Mirna mematikan ponselnya, lalu berjalan meninggalkan taman dan memasuki kamar besarnya, di mana terbaring tidur Noldy dan seorang bayi lelaki mungil, Jonathan.

"Dokter akan memeriksanya sore nanti," kata Rini, yang tiba-tiba berdiri di samping Mirna. "Mami lega berat badannya terus bertambah. Ah, andai kau bisa lebih menjaga kandunganmu dulu. Mungkin, Nathan akan lahir baru bulan ini..."

Selalu disalahkan!

Mirna hanya bisa menghela nafas, tak sanggup berdebat. Mana mertuanya paham jika dia stres dan tertekan selama kehamilan? Tak ada wanita yang akan merasa baik-baik saja, jika dia hamil anak yang bukan dari benih suaminya!

Masih untung Nathan selamat meski prematur. Sebab banyak kelahiran prematur yang membuat kondisi bayi begitu lemah hingga susah hidup lebih lama. Beruntung keluarga suaminya kaya, sehingga Nathan bisa mendapatkan perawatan istimewa sebagai bayi prematur.

Mirna, mencintai bayi itu. Meski dia risau, jika kelak Noldy dan keluarganya tahu, kalau Nathan tidak berasal dari darah keturunannya. Soal Nathan, hanya dirinya dan Dokter Miko yang menyimpan rahasia. Dona saja tidak tahu.

"Mama tidak tahu jika kau juga mengikuti proses bayi tabung ini. Ya, Mama tak mengerti mengapa kau tetap butuh rahim Mama jika rahimmu saja ternyata subur?" Kata Dona, usai tahu Mirna juga hamil.

"Ah, Mama tidak tahu kondisi rahimku yang lemah. Mana kutahu bakal subur juga? Lalu kenapa Mama ngomong begini, Mama tidak ikhlas ya?" Gerutu Mirna, kesal sekali.

Dona terdengar menghela nafas di seberang telpon sana,"Bukan itu maksud Mama, Mirna. Mama senang bisa melahirkan anakmu ini nanti. Cuma yang Mama khawatirkan adalah masa depannya. Jika kamu bisa melahirkan sendiri kelak, lalu nasib anakmu ini nanti bagaimana? Bisa kelak kau jelaskan pada suamimu dan keluarganya?"

Tak bisa! Tak bakal bisa!

Apalagi kini Nathan disambut bak pangeran kecil impian keluarga. Dia begitu diistimewakan. Semua mencintainya. Mereka mengira, Nathan adalah darah daging mereka.

"Mami," Mirna menoleh pada Rini. "Saya besok akan menengok Mama di Bogor. Katanya, Mama sakit."

Rini yang sibuk memandangi Nathan yang masih terlelap hanya mengangguk, dia tak peduli dengan ucapan menantunya. Nathan telah menjadi dunianya.

Mirna di antar sopirnya ke Bogor, mereka tiba di Rumah Sakit Anak Ibu di Sentul saat siang. Esma menyambut Mirna, dan membawanya ke ruangan VIP di mana Dona terbaring dan di sebelahnya ada tempat tidur bayi yang berisi bayi gemuk lucu berpipi kemerahan.

"Itu Miracle," kata Dona."Maaf Mama beri nama itu."

Mirna berusaha menahan air matanya. Alangkah cantik anaknya dan Noldy yang dilahirnya mamanya. Miracle, betul-betul perpaduan kecantikan dirinya dan ketampanan Noldy. Beda seperti Nathan yang tampak tidak mirip sedikitpun dengan Noldy. Justru, wajah Dokter Miko tampak menempel di wajah Nathan, membuat Mirna terus penuh kegelisahan.

Perlahan, Mirna menggendong bayi Miracle, dia juga mencium kedua pipi dengan lembut. Merasakan debar sensasi luar biasa, antara ibu dan anak. Lalu dia minta Esma meninggalkan dirinya bersama Miracle dan Dona. Kemudian, dia kembali meletakkan Miracle ke tempat tidur bayinya, sebelum menatap Dona yang masih terbaring.

"Mama, saya tak bisa membawa Miracle. Apa yang direncanakan, ternyata di luar skenario. Noldy tidak tahu tentang Miracle, dia hanya tahu Nathan..."

Dona lama terdiam, mencoba memahami kondisi sulit anaknya meski berat. "Kamu jangan pikirkan Miracle, dia jadi tanggung jawab Mama. Jalani saja kehidupanmu dengan Nody dan Nathan. Mama cuma ingin kau bahagia, Mirna..."

Mirna tak menjawab, dia hanya menangis terisak.

(Bersambung)

Ibuku Hamil AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang