11: Bams Bertemu Dona

153 3 0
                                    

Bagaimana bisa mudah melupakan masa lalu, terhadap wanita pertama yang dia pernah gunakan tubuhnya untuk memuaskan diri?

Bams menatap Dona, lalu memandangi bayi mungil dalam pelukan wanita itu. Jenifer sahabatnya sudah menghubunginya dengan sangat tergesa beberapa waktu lalu.

"Jika kau tak bisa ikut bertanggung jawab atas kesulitannya di masa lalu, bisa kau menukarnya di masa sekarang?"

Lalu Bams menerima Dona, dan Miracle hari itu,  untuk bercakap-cakap.

"Aku, ehm..." Bams mengangkat bahunya,"Aku hanya ingin bertanya tentang 'anak itu'. Apa dia punya kehidupan yang sangat baik di Indonesia?"

Dona menghela nafas. Merasa lega karena ditolong, dan cukup senang akhirnya ketika Bams menanyakan Mirna, meski anak itu jelas bukan hasil tetesan spermanya. Melainkan anak Juna. Namun Bams adalah cowok yang dulu paling sering menggenjot tubuhnya. Dona sempat meminta tolong padanya dulu, tentang kehamilannya, namun Bams hanya memberinya uang untuk menggugurkan.cvc

"Dia punya kehidupan yang sangat baik. Menikah dengan pria dari keluarga berada," sahut Dona akhirnya.

"Lalu bayi kecil itu?"

"Ini anakku juga. Aku dulu menyesal tak sempat mengurus anak sendiri. Konyolnya setelah tua aku ingin anak dari bank sperma."

"Oke, biasa hal itu di Amerika. Tetapi mengapa kau lakukan itu di kondisi budaya Indonesia yang berbeda?"

"Sebab itu aku memutuskan untuk pindah ke Amerika."

Bams kembali mengangkat bahu, dia merasa pernyataan itu agak masuk akal.

"Aku bisa menghubungi Juna, dia pasti akan membantumu..."

Dona menelan ludahnya. Tubuhnya bergetar mengenang nama itu.

Mana bisa Dona lupa dengan Juna. Cowok pertama dalam hidupnya, yang telah menikmati keperawanannya, sebelum dia menjadi piala bergilir cowok-cowok lain.

Seakan baru kemarin dia merasakan perih di vaginanya, karena terjangan buas kelamin cowok bajingan itu. Ya, Juna memang tampan, tapi dia liar. Banyak cewek yang ditidurinya secara sukarela, termasuk dirinya yang berkhayal dapat menaklukan sang buaya.

Baru sehari dekat, Juna sudah buas menggerayangi organ intimnya di atas motor cowok itu yang sengaja dibawa masuk ke dalam area rerumputan.

"Ah, masih mengkal!" Juna tampak kesal memandangi payudara Dona yang belum kembung besar. Lalu tangan cowok itu makin kasar meremas daging kembar itu dengan brutal, meski Dona meringis kesakitan. "Diamlah, aku akan membuatnya besar!" Bentak Juna, sambil menjilati leher Dona.

Dona terkesiap, saat Juna berpindah meraba celana dalamnya. Dia berusaha menolak, namun mulutnya sudah dilumat Juna dengan penuh gairah. Dona hanya bisa memejamkan mata, mencoba menikmati jemari cowok itu yang liar menari membelai  vaginanya.

"Buka celanamu," bujuk Juna, suaranya mirip perintah.

"Ta-tapi Jun..."

"Mau jadi cewek gue nggak?"

"Ma-mau..."

"Udah, nurut! Atau gue tinggalin di sini, biar lu diperkosa para preman di sini?"

"Jangaaan..."

Tak ada pilihan, Dona pasrah. Dia membuka celananya, lalu Juna mendorong tubuhnya hingga terkapar di rerumputan.

Itulah yang terjadi, selama berbulan-bulan. Tiap pulang sekolah, mereka mencari lahan kosong untuk bercinta. Kadang di rumahnya Juna yang mewah dan sepi. Tetapi cowok itu sedikit aneh, dia justru senang berhubungan seks di tempat-tempat tak biasa, seperti wc umum, tempat sampah, atau di dalam garasi mobilnya.

Bukan itu saja, Juna juga mulai mengajaknya bercinta beramai-ramai dengan teman-temannya.

"Nggak mau!" Donna memekik takut, dia menutup payudaranya yang telah semakin besar dan montok akibat remasan rutin tangan nakal Juna.

"Nurut nggak?!" Juna melotot, dan langsung menarik celana dalam Donna hingga robek. Donna memekik, namun disambut tawa menggelegar dari banyak orang.

Hari itu, di rumah Juna ada sebelas temannya sedang berkumpul minum anggur dan nonton film porno. Lalu Juna punya ide untuk menjebak Donna agar datang, untuk ditelanjangi beramai-ramai.

Suara tawa iblis menggema di kamar Juna yang luas itu. Menertawakan Donna yang sibuk menutupi tubuh bugilnya. Namun Juna makin terangsang untung menyetubuhi Donna di atas sofa yang sudah penuh sampah tisu dari kawan-kawannya yang sibuk coli sambil nonton film porno.

"Hajar, Jun! Jangan kasih ampun!" Teriak Bams, sembari membuka baju seragam dan celananya.

Bams mendapat antrean kedua, setelah Juna puas bercinta tiga ronde dengan Donna. Gadis itu sempat menjerit-jerit saat Bams ikut menidurinya, namun akhirnya pasrah karena cowok-cowok lain mulai datang untuk membekap mulut dan menjamah tubuhnya.

Dua belas orang remaja tanggung, menggumuli tubuh Donna bergantian. Tidak hanya hari itu, namun hari-hari berikutnya, Juna jadi ketagihan untuk terus melakukan adegan mesum itu secara beramai-ramai. Dia tak mempedulikan tangisan dan mental Donna saat itu, apalagi lama-lama Donna tampak mulai terbiasa dan berusaha untuk menikmati, meski hatinya sedih.

"Senang kan jadi pacar gue? Kau bisa merasakan kelamin banyak cowok lain tanpa aku cemburui," bisik Juna, sembari melebarkan paha Donna, saat mereka kembali bercinta di rerumputan kebun kosong.

Donna yang memohon agar sesekali mereka bercinta hanya berdua. Juna setuju, tetapi ternyata hanya di bibir. Saat dia sudah selesai, cowok itu malah tiba-tiba pergi dengan alasan ingin kencing. Tetapi saat Juna menghilang, mendadak sekelompok remaja kampung yang bau alkohol, kumal dan bengal, berlarian ganas menyerbu tubuh Donna yang masih setengah telanjang.

Juna memang kembali, tetapi hanya duduk di atas motornya sambil merokok. Merasa puas menikmati tontonan liar, saat Donna terpaksa harus melayani nafsu brutal belasan anak-anak kampung yang hobi mabuk miras. Jeritan dan tangisan Dona dinikmati Juna seperti psikopat yang berhati binatang. Setelah dia bosan dengan tontonan tersebut, dia pergi begitu saja, meninggalkan Donna.

Itu cara Juna untuk tidak bertanggung  jawab. Sebab Donna mengaku hamil dua bulan, dan meminta agar Juna tidak lagi melakukan pesta seks dengan teman-temannya. Juna tertegun. Dia tak mau bertanggung jawab, dan juga tak ingin kawan-kawannya terlibat. Dia tak peduli juga dengan nasib Donna, karena telah memiliki pacar baru yang lebih cantik dan bervagina masih sempit.

Donna teringat, bagaimana sakit hatinya dia melihat Juna menggandeng gadis baru. Air matanya membanjir. Dia khawatir dengan kandungannya, karena bidan menyebutkan dia masih dibawah umur dan belum menikah. Sekolahnya juga jadi tak karuan. Donna bingung, berusaha mencari-cari pria yang mungkin dianggapnya bisa dapat dijebaknya untuk bertanggung jawab.

Tetapi mana ada pria yang mau mencintai tulus seorang wanita yang menyodorkan tubuhnya dengan sukarela? Sebajingan apa pun pria itu, dia hanya akan menikahi wanita mahal: wanita baik yang mampu menjaga kehormatannya.

Akhirnya, Donna hanya jadi piala bergilir. Jatuh ke pelukan dari satu pria ke pria lainnya. Sampai perutnya kian besar, dan terpaksa dia harus menjual diri demi membiayai proses persalinan anaknya. Di pinggir jalan, Donna terpaksa menjajakan diri. Lalu terpaksa melahirkan di bidan, dan kemudian membuang anaknya ke panti asuhan.

Sebenarnya, Donna benci sekali dengan Juna. Tetapi dia tak punya pilihan. Bams sudah memberikan jalan. Juna jadi satu-satunya penolong saat ini. Lagi pula, konon pria itu sudah menyesali perbuatannya dan tahu jika janin yang dikandung Donna dulu adalah anaknya. Bams telah lama bertemu kembali dengannya, mencoba berdamai, dan mulai menjadi sahabatnya. Menurut Bams, Juna juga ingin menebus kesalahan masa lalu setelah tua dan merasa hidupnya tak bahagia. Keduanya mendadak percaya tentang karma, dan berharap bisa dimaafkan oleh para betina korban mereka. Terutama, Donna.

"Apa kamu keberatan untuk dibantu Juna?" Bams menatap Donna, namun wanita itu menggeleng lesu.

(Bersambung)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ibuku Hamil AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang