ʬʬ 4)

871 77 1
                                    

"Jun, Jun! Depan,,, AAAAKKKHHH!!!! SUH HAECHAN!"

Haechan tertawa terbahak-bahak karena berhasil menakuti Renjun. Ia meletakkan kembali topeng itu pada tempatnya dan menyusul mereka berdua, kembali menjelajahi rumah hantu ini.

"Tjih, gaada yang serem gini" Ucap Haechan bosan. Junkyu menggulir matanya malas. Ia tertekan disini, sedari tadi tudung hoodie nya di tarik terus sama Renjun. Jadi sekarang Junkyu lah yang memimpin jalan.

"Chan, coba lo buka tirai di pojok sana" Suruh Renjun sambil menunjuk objek itu. Haechan menaikkan satu alisnya.

"Jangan takut ya kalau ada nganu-nganu nya" Peringat Haechan dengan terkikik.

"Buruan dah buka!" Kesal Renjun.

Haechan memasang wajah remeh nya. Ia berjalan ke arah tirai itu dan tangan nya sudah siap untuk membuka tirai tersebut.

"1...."

"2......"

"Empp..."

"NGITUNG YANG BENER KEK LO!" tuhkan maung nya keluar lagi.

Haechan masang wajah datar aja.

"EMPAT!!!"

"JANCOK/AAAAAAAAAA/HHAAAAAA"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"JANCOK/AAAAAAAAAA/HHAAAAAA"

Mereka bertiga pun buru-buru menuruni tangga dan kembali ke lantai satu.

Segera mencari ruangan belakang dan kembali di sambut dengan penampakan yang tak jauh lebih menyeramkan.

Junkyu ngelus dada aja, siap-siap keluar nanti jatuh pingsan.

Pintu keluar makin dekat, namun mereka di hadang dengan kunti yang tak lelah mengikuti mereka.

"Astaga SYAITONIRROJIM PEGI!!" Seru Haechan sambil menunjuk-nunjuk setan tersebut.

Mulut si kunti semakin lama semakin panjang.

Junkyu merasa disini ada yang janggal.

"Ini setan beneran ngga sih, Njun?" Tanya Junkyu menoleh ke belakang.

"Hah? Masa? Jangan becanda lo Jun" Sahut Haechan yang mana posisi nya berada di dekat setan tersebut.

"Kebanyakan setan yang kita temui paling cuma wajah datar aja, tapi ini..?" Ucapan Junkyu membuat siapapun merinding.

‘Past—!’

Lampu lorong menuju jalan keluar tiba-tiba mati. Penampakan tadi hilang, dan terdengar suara dari luar.

"Bagi pengunjung yang masih terjebak di dalam harap menunggu pintu otomatis nya terbuka ya, di karenakan terjadi sedikit masalah pada kabel listrik" Kata petugas itu.

"PAK! BISA DENGAR KAMI?" Teriak Haechan dari dalam.

"Iya? Butuh bantuan apa? Ada yang pingsan?" Tanya petugas tadi.

"Ngga ada pak, cuma pemeran setan nya masih disini ngga?"

"Ngga ada de, pemeran udah pada keluar 2 menit sebelum listrik mati karena jadwal sekarang waktu nya pameran"

"Juga waktu para pengawas CCTV melihat kalian mau sampai di pintu keluar, disanalah kami langsung menyuruh para pemeran dari lantai 2 sampai 1 untuk keluar melakukan pameran. Tetapi bagian CCTV melaporkan juga kalau kalian berhenti sejenak di depan pintu keluar sambil ngomong-ngomong" Lanjut si petugas.

"P.. Pak, bukannya masih ada mba rambut panjang sebelum pintu keluar?" Junkyu mulai meremas pundak Renjun saat merasa badannya lemas.

"Ngga ada de, semua pemeran setan sudah keluar tanpa ada sisa"

Bruk

Kaki Junkyu tidak kuat menahan buat berdiri di tengah situasi gini. Matanya terpejam dengan keringat yang mengucur di mana-mana.

Baik, Junkyu pingsan.

"JUN! Njun, kita musti apa? Gotong bareng?" Kata Haechan panik.

Bruk

Kedua, Renjun pingsan.

"OALAH DEMI!! NJUN LO JANGAN PINGSAN!! PAKK!!! ADA YANG PINGSAN!!!"

◗◗◗

Bau aroma minyak kayu putih menusuk indra penciuman Junkyu.

Dirinya berusaha membuka kedua kelopak mata yang berat itu. Junkyu merasa kepala nya di tidurkan di atas.. Paha?

Junkyu membuka matanya secara perlahan, sinar sedikit demi sedikit silau. Sekarang terlihat di atas nya sebuah handphone tanpa casing. Seperti nya orang yang sedang memangku kepala Junkyu sedang bermain game.

Junkyu ingin bangkit, namun kepala nya terasa berat sekali. Ia bergerak ke sana sini untuk menghilangkan sakit kepala tersebut.

"Diem"

Gerakan Junkyu terhenti, ia kembali melihat ke atas. Betapa kaget nya saat mata mereka saling bertemu dan suasana hampir seperti di ruang makan itu lagi. Kalau saja oknum tersebut tidak memutuskan tatapannya maka hal itu terulang lagi.

"Lo tiduran aja, pusing nya hilang baru gua bantu berdiri" Jelas nya.

Junkyu memejamkan mata nya perlahan, menahan malu yang luar biasa. Apa-apaan ini, dia di pangku sama primadona nya sekolah.

Teringat sama primadona, ia langsung teringat teman-teman nya.

"Haechan sama Renjun mana?"

"Mereka di jemput pacar nya masing-masing. Lo jomblo jadi mending gua yang temanin" Junkyu sedikit kesal mendengar jawaban Haruto.

Ya, orang tersebut adalah Haruto.

Junkyu menghela nafas pelan. Kenapa dirinya bisa pingsan karena setan sialan itu?!

"Lo yang teriak keras di rumah hantu tadi?"

"Ngga cuma gua kali yang teriak" protes Haruto.

Junkyu mau tepuk kening aja.

"Soalnya teriakan lo beda dari yang lain. Jadi iconic haha" Ejek Junkyu.

Haruto tetap fokus dengan game yang ia mainkan. Sesekali ia melirik Junkyu sinis dan bermain lagi.

"Mau gua anter pulang?" Tawar Haruto. Junkyu menggeleng.

"Gua naik angkot aja. Soalnya motor bunda gua tinggal di pangkalan dekat lapangan SD bunga melati" Jelas Junkyu.

"Gua antar aja. Pingsan di tengah jalan gaada yang tau ntar" Ucap Haruto.

"Gausah, ntar motor gu—"

"Dari sini ke lapangan tar gua antar, daripada buang-buang duit" Haruto tetap kekeuh, Junkyu bisa apa.

Dan sekarang Junkyu berakhir memegang erat jaket Haruto karena si oknum mengendarai motor nya dengan kecepatan 194 mph.

Saat sesampainya di lapangan tempat parkiran motor Junkyu, segera aja Junkyu turun dan sekarang gaya rambut nya menjadi gaya angin topan.

"Th—thanks.." Haruto mengacungkan jempol. Junkyu akui Haruto cocok kalau ikutan balap motor di Inggris sana.

Saat hidung Junkyu sedang kempas kempis mengambil nafas, dirinya masih mencium bau minyak kayu putih yang menyengat.

"Haru, kok masih ada baunya?" Kata Junkyu sambil mencium daerah sekitar.

Haruto mengangkat satu alis.

"Bau minyak kayu putih?"

"Hum" Jawab Junkyu mengangguk kecil.

"Waktu lo pingsan tadi, gua oles minyak nya di bawah idung lo sama sekitar mulut lo"

"SIALAN!!! SINI LO HARUTO!!"

◗◗◗

Ade Kyu [HARUKYU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang