ʬʬ 7)

599 52 0
                                    

Suara desiran angin melewati indra pendengaran kedua anak adam ini. Rasanya bagaikan tak ada makhluk hidup yang bersinggah di ruang tamu berukuran lumayan besar nan megah.

"Ehm" Junkyu berdehem memecahkan isarat kecanggungan mereka berdua.

"hm— ehm. Eh, lo"

Yang merasa terpanggil itupun menoleh. Ia mengadahkan kepalanya, melihat dengan jelas wajah Junkyu yang realistisnya sedang memajang wajah kesal.

"Dalem?"

"Kenapa kesini? Urusan penting apa gimana?" Tanya nya sambil memainkan jari.

Si empu hanya tersenyum kecil. Ia melepaskan gendongan tasnya. Lalu membuka resleting itu dan mengeluarkan sebatang pensil. Kemudian disodorkan kepemilik pensil tersebut.

"Mau kembaliin pensil lo. Tadi gua kejar di tempat parkiran ga kekejar. Jadi nyusul ke rumah aja" Ujarnya.

Junkyu yang mendengar itu hanya melongo ga percaya.

"K-k-kenapa ngga besok aja lo kembaliin? Gua juga gabakal pindah planet besok, lagian gua masih nyimpan banyak pensil"

Pria berahang tegas ini terkekeh pelan.

"Selagi masih bisa dikejar hari ini, kenapa harus besok?"

‘Deg—!’

"Apsi ni bocah?" -batin Junkyu

"Eumm, makasih" Junkyu mengambil pensilnya dan kembali menatap kebawah.

Beneran ini Junkyu malas banget ngelayanin tamu disaat waktu mager-mageran tiba.

FYI, siang adalah waktu mager-mageran nya seorang Kim Junkyu.

"Ini, cemilannya dimakan" Tawar Junkyu sembari mendekatkan piringnya ke arah Haruto.

Pemuda berdarah Jepang ini hanya mengangguk. Ia menutup kembali tas sekolahnya dan berdiri.

Junkyu pun otomatis ikut berdiri.

"Mau balik? Ga dimakan dulu?"

Haruto menggeleng.

"Itu cemilan mu sehabis dari lomba kan? Habisin aja. Yang manis emang datang setelah yang pahit. Gua duluan. Nitip salam buat Bunda lo"

Setelah mengucapkan hal itu, Haruto melangkah pergi ke arah pintu utama. Dan jelas, batang hidung nya menghilang ketika pintu tertutup.

Junkyu melongo untuk kedua kalinya. Ada juga tamu modelan kayak Haruto.

◗◗◗

Jam sudah menunjukkan pukul 22.45. Punggungnya masih nyaman bersandar di kursi belajar. Kedua netra mata itu menatap luar jendela, pemandangan langit malam yang terbentang begitu luas dengan paduan warna biru tua di hiasi sebintik-bintik sinar menyala.

Nafas nya pun berhembus pelan. Pensil yang sedari tadi ia pegang itu pun di hempaskan. Melihat tumpukan tugas membuatnya pusing.

‘Tok—Tok—Tok—!’

"Haruto? Mama boleh masuk?"

Tubuhnya terbangun dan melangkah ke arah pintu, membukakan pintu sedikit. Ia melihat sang mama membawa nampan berisi sepiring sandwich juga segelas susu. Haruto mengernyit heran, tumben sekali mamanya.

"Kenapa?" Tanyanya dengan nada bariton yang khas.

Mamanya tersenyum sambil menyodorkan nampan itu.

Ade Kyu [HARUKYU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang