Pagi itu angin bertiup lumayan kencang. Hujan mulai turun membasahi jalanan yang dipijak oleh gadis remaja yang bernama Anindia Lantari. Hijabnya melambai dengan sedikit bekas hujan di atasnya.
"Aku telat ngga, ya? Aduh, udah mau hujan badai ini. Aku takut," ucap Nindi.
Nindi membayangkan adegan ikonik yang biasa terjadi di film-film, dimana ia akan dipayungi oleh seorang pangeran. Maklum saja, ia belum pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya.
"Tapi kayanya ngga mungkin deh, ya," ucapnya ketika memasuki pelataran sekolah.
Si gadis mengikuti barisan murid yang menuju lapangan upacara. Di sana ia bertemu dengan teman-teman sepermainannya dulu.
Mereka diarahkan untuk berkeliling sekolah dan menuju ke kelas masing-masing.
Salah satu kakak pembimbing membuka kelas lalu mempersilakan murid baru memperkenalkan diri.
Nindi memperhatikan nama dan wajah tiap orang, sampai ia terpaku pada seseorang. Ia berdiri dengan postur tegap sambil menyebutkan namanya.
"Perkenalkan saya Kevin Yogaswara, dari SMP Bumi Pertiwi," ucap Kevin.
Entah mengapa Nindi tak bisa mengalihkan pandangannya sama sekali, ia juga merasakan ada hawa aneh yang menyelimuti Kevin.
"Nindi," ucap Faza yang menggoncang tubuhnya.
Nindi tersadar lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Sepanjang ospek, pandangan Nindi tidak teralihkan dari sosok Kevin yang menurutnya begitu keren.
"Seandainya aku bisa kenalan sama dia. Hah, kapan, ya?" gumam Nindi.
Ketika sedang asyik melamun, sebuah batu menyandung kaki pendeknya dan membuatnya hampir terjatuh. Untunglah sepasang tangan yang kokoh menyambut tubuhnya.
"Kamu ngga papa?"
"Suara ini?"
Nindi menengadahkan kepalanya lalu terdiam selama beberapa saat. Kevin membantunya berdiri sambil terus menunggu jawaban gadis itu. Wajah Nindi mulai memerah, ia mengucapkan terima kasih lalu pergi begitu saja.
***
Singkat cerita, ospek telah berakhir. Nindi khawatir kalau ia tidak bisa bertemu dengan Kevin lagi. Ia terus berpikir sampai akhirnya pembagian kelas dimulai.
Ia mendapat kelas di X IPS 3, tempat yang menurut rumornya memiliki hawa aneh sehingga setiap angkatan yang berada di kelas itu sering mengalami gangguan.
Nindi terkejut ketika pundaknya ditepuk seseorang, setelah ditengok ternyata itu Faza dan Rika.
"Hai, Anin! Kita sekelas loh!" ucap Rika.
"Wah, senengnya!" ucap Nindi tak kalah semangat.
"Eh, sini bentar deh," ucap Faza.
"Kenapa?" tanya Rika.
"Kalian ngerasa ada hawa aneh ngga sih?" ucap Faza.
Rika menggeleng sementara Nindi hanya terdiam.
"Apaan sih? Ngga ada apa-apaan juga. Udah itu sugestimu aja. Pasti kamu udah denger rumor itu deh. Kata aku mah ngga mungkin. Tapi pasti di setiap tempat ada penunggunya sih," ucap Nindi.
"Jangan nakut-nakutin apa," ucap Faza.
Rika hanya menggeleng dan memilih bangkunya.
Nindi kembali terpaku ketika disapa oleh seseorang yang ia pikirkan semalaman.
Badan yang tegap dengan kulit sawo matang membuat Nindi makin tak bisa berpaling menatapnya.
"Anin! Itu dari tadi ditanyain," ucap Faza menyenggol lengan Nindi.
"Eh, i-iya," ucap Nindi.
"Kamu Anindia yang kemarin sekelas sama aku, 'kan?" ucap Kevin.
Nindi mengangguk. Kevin melemparkan senyum manisnya lalu melintas begitu saja.
"Anin Anin. Perasaan dari dulu selera lo ngga ada yang putih. Cari yang rada putih kek," ucap Faza.
"Engga ah, manisan juga sawo mateng. Hitam manis gitu, aku suka," ucap Nindi.
"Serah lu dah," ucap Faza.
Setelah semua penghuni kelas lengkap, seorang guru datang dan kelas pun dimulai.
***
"Kamu mau roti ngga?" tanya Kevin.
"Engga, makasih. Aku ngga suka roti," ucap Nindi.
"Oke," ucap Kevin.
Ia memulai percakapan ringan dan mereka mulai akrab satu sama lain.
"Hobi kamu apa, Nin?" tanya Kevin.
"Aku? Aku suka nyanyi, nulis, cerita, ya gitu deh pokoknya. Kalo kamu apa?" tanya Nindi.
"Kalo aku ngga nentu sih. Sesuai mood aja. Tapi kamu tahu ngga apa yang paling ku suka?" ucap Kevin.
"Apa tu emangnya?" ucap Nindi.
"Aku suka-"
"Permisi. Tolong jangan kecentilan, ya, Mbak. Ini cowok gue!" ucap Clarin.
"Clarin?" ucap Kevin.
Nindi bingung harus berkata apa, ia memilih untuk pergi dari hadapan mereka.
"Lo apa-apaan sih? Kita ini ngga ada hubungan apa-apa," ucap Kevin.
"Tapi aku suka sama kamu, Vin. Aku cinta!" ucap Clarin.
"Cinta? Emang kamu tahu cinta itu apa?" tanya Kevin.
Clarin menggeleng dan Kevin berlalu begitu saja.
"Kamu kenapa, Rin?" tanya Eva, sahabat hantunya.
"Kamu bukannya udah tahu?" ucap Clarin lalu pergi ke toilet.
Eva melayang mengikuti Clarin pergi.
"Kamu bukannya tahu ilmu perdukunan, ya?" ucap Eva yang muncul tiba-tiba di kaca.
Clarin terdiam sejenak lalu pergi meninggalkan Eva.
Sementara itu, Nindi menjadi murung setelah kejadian barusan.
"Lo kenapa, Nin?" tanya Faza.
"Ngga papa. Aku lagi pengen sendiri," ucap Nindi.
Kevin menghampiri Nindi dan menjelaskan apa yang sebetulnya terjadi.
"Jadi intinya, aku sama Clarin ngga ada hubungan apa-apa," ungkap Kevin.
Nindi hanya mengangguk dan kembali berlalu. Hantu Eva yang melihat Nindi berjalan sendirian mulai mengikutinya. Ia meniupkan sesuatu di tengkuk gadis itu lalu melayang pergi entah kemana.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDIA [SELESAI]
HorrorSelamat membaca. Ini proses revisi, semoga kalian suka🌷 Story by : Lailla Dhina Cover by : Canva Seorang gadis bernama Anindia Lantari dipertemukan dengan sosok pangeran pujaannya yang bernama Kevin Yogaswara di SMA Bumi Pertiwi. Ia juga bertemu d...