Suasana kos mereka ramai seperti biasanya. Mereka juga sudah mulai terbiasa dengan susunan tata letak kamar yang berantakan ini.
"Oiya, Rik. Besok kita bikin PPT di sekolah, yuk! Buat tugas UAS," ajak Nindi.
"Ayo aja gua mah," jawab Rika.
"Gue keknya mau bikin di kosan aja deh besok," ucap Faza.
"Kenapa emangnya?" tanya Rika.
"Ngga papa sih. Biar lebih tenang aja," jawab Faza.
Nindi dan Rika mengiyakan. Mereka pun tertidur lelap malam itu.
Keesokan harinya, mereka berangkat sekolah seperti biasa. Tak ada yang aneh. Kevin dan Fajar juga makin akrab dengan mereka.
"Eh, gimana soal arwah Eva kemarin?" tanya Kevin.
"Ini masih tersimpan aman di botol," ucap Fajar sambil menunjukkan botol yang terkalung di lehernya.
"Bagus deh. Jangan sampe lepas, ya," ucap Kevin.
"Tenang aja, Bro. Aman," ucap Fajar.
Saat pulang sekolah, Nindi dan Rika pergi ke pujasera dekat sekolah untuk mengerjakan tugas. Sementara Faza pulang duluan menaiki ojek online.
"Kita ke pujasera dulu, ya," ucap Nindi.
"Oke, gue pulang duluan. Dadah!" ucap Faza.
"Dadah!" ucap Nindi dan Rika sambil melambaikan tangan.
Sesampainya di kos, Faza langsung membanting pintu lalu menarik kalung ruby dari lehernya.
"Sialan! Eva udah ditangkep sama Fajar brengsek itu? Sial sial sial. Padahal gue masih mau pake dia buat balasin dendam gue ke Nindi!"
Sebuah film terputar di pikiran Faza. Saat itu, Faza masih kelas dua SMP. Ia pulang membawa raport semesternya dan menunjukkannya pada ibunya.
"Anak bodoh! Masa nilai kamu turun begini?! Mau jadi apa kamu nanti!" ucap ibunya lalu melempar raport itu.
Sang ibu menjambak rambut anaknya yang sudah banjir airmata.
"Kamu itu jangan mau kalah sama temen-temenmu. Liat tu anaknya bu Delima, si Nindi. Dia aja juara kelas terus! Masa kamu mau kalah sih sama dia?" ucap ibunya.
"Ta-tapi, Faza suka silat, Bu. Fa-Faza bisa silat kok, Bu," ucapnya seraya terisak.
"Halah!" ibunya membanting Faza ke lantai.
"Silat silat silat! Silat terus yang ada di pikiran kamu! Sekarang kamu dapet apa dari silat, ha? Bagi Ibu nilai itu segalanya. Udah sekarang kamu ke kamar. Belajar!" ucap sang ibu dengan penekanan di akhir kalimat.
***
"Hah, sial! Ingatan itu lagi. Gua pusing!" ucap Faza sambil mengacak-acak rambutnya.
Gadis itu mengeluarkan kotak koleksinya lalu menata benda-benda klenik itu sedemikian rupa. Ia memegang boneka voodoo yang sudah ditempeli foto Nindi sambil merapalkan mantra-mantra.
Kalung ruby itu ia letakkan di sebelah dupa yang terbakar, sambil terus berharap bahwa ada arwah kuat yang akan mendiami kalung miliknya.
Di tempat lain, Kevin menyusul Nindi dan Rika di pujasera. Ia memesan cappucino di sana.
"Hai, Nin. Boleh ikut duduk?" tanya Kevin.
"Boleh kok. Sini sini," jawab Nindi.
Tiba-tiba, Nindi merasakan gejolak hebat menjalar di tubuhnya. Rasanya seperti tersetrum. Kevin yang menyadari ada yang salah langsung mengalungkan tasbih milih Fajar di leher Nindi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDIA [SELESAI]
HorrorSelamat membaca. Ini proses revisi, semoga kalian suka🌷 Story by : Lailla Dhina Cover by : Canva Seorang gadis bernama Anindia Lantari dipertemukan dengan sosok pangeran pujaannya yang bernama Kevin Yogaswara di SMA Bumi Pertiwi. Ia juga bertemu d...