Dia Siapa?

13 4 0
                                    

"Terus ini tangan siapa?" ucap Nindi.

Dengan perasaan was-was, Faza menyalakan senter di ponselnya.

Flash!

"Loh, ngga ada siapa siapa," ucap Faza.

Nindi menengok kakinya yang dingin sedari tadi.

"Kok aneh sih?" ucap Nindi.

Lampu tiba-tiba menyala dan memperlihatkan sosok putih di belakang pintu. Mereka terpaku tanpa bisa mengatakan apapun. Lampu kembali mati dan hidup berturut-turut. Di kedipan ketiga, sosok itu menghilang entah kemana.

Nindi dan Faza saling pandang lalu pergi ke kamar nomor 20. Mereka langsung masuk tanpa mengetuk pintu.

"Kalian kenapa?" tanya Farida.

"Mbak, tadi ada hantu di kamar!" ucap Nindi.

"Hah? Hantu? Sejak kapan di sini ada hantu? Kalian halu kali," ucap Farida.

"Eh, betulan, Mbak. Tadi jelas ada putih putih di belakang pintu. Orang kita berdua liat kok," ucap Faza.

"Ish, aku udah bertahun-tahun di sini juga ngga ada apa-apaan tu. Kalian kecapekan kali," ucap Farida.

"Mbak, kita malam ini tidur di sini, ya. Ngga berani balik ke kamar soalnya," ucap Nindi.

"Ya udah deh. Kebetulan masih ada satu kasur lagi tu," ucap Farida.

"Makasih, ya, Mbak," ujar Nindi.

***

Azan Subuh berkumandang. Seperti biasa, alarm tubuh Nindi mengajaknya untuk sembahyang. Ia membangunkan Faza untuk menemaninya salat, tapi Faza enggan beranjak dari kasurnya.

Dengan jantung yang masih bergetar hebat, Nindi memberanikan diri untuk keluar kamar dan berwudhu. Suara keran air terdengar begitu nyaring karena heningnya subuh.

Ia memberanikan diri masuk ke kamar dan mempercepat pergerakannya.

"Assalamu'alaikum warahmatullah. Assalamu'alaikum warahmatullah," ucap Nindi.

"Alhamdulillah yaa Allah ngga ada apa-apa," batin Nindi.

Matahari semakin tinggi, mereka berdua berangkat sekolah sambil terus melihat ke arah jam tangan masing-masing.

"Kita telat ngga, ya?"

"Berdoa aja semoga engga, Nin."

"Aamiin."

Mereka akhirnya sampai di kelas. Terlihat bangku Rika yang kosong seperti tak bertuan.

"Aduh, mana adegan kesurupannya pas banget di sini lagi."

"Udah lah, Za. Jangan diinget-inget mulu. Kita harusnya doain Rika biar dia bisa sembuh."

"Iya, Nin."

Ting ting ting!

Suara notifikasi berbunyi serentak dari ponsel para murid.

"Eh, lihat, Nin!"

Nindi membuka ponselnya lalu membaca pesan singkat di layar yang menyala.

"Anak-anak, sekarang Rika masuk rumah... sakit?!"

"Katanya dia dari semalem pingsan ngga bangun-bangun, Nin. Sumpah gue khawatir banget!" ucap Faza.

Nindi terdiam tanpa bisa berkata apapun. Mengingat semalam keadaan Rika begitu parah.

"Aku ke toilet sebentar," ucap Nindi lalu meninggalkan kelas.

Kevin yang khawatir dengan Nindi mengikutinya dari belakang.

ANINDIA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang