"Siapapun yang berani mengusik kedamaianku harus binasa."
-Clarina Ovelia***
Adzan subuh berkumandang. Nindi kembali terbangun dengan raut wajah cemas lalu membangunkan Rika.
"Rika, bangun, yuk! Temenin dong," ucap Nindi.
"Lima menit lagi," ucap Rika.
"Aduh, cepetan bangun ngga? Nanti abis sholat kamu kalo mau tidur lagi ya gapapa," ucap Nindi.
"Iya, iya," ucap Rika lalu bangkit dari tidurnya. Nindi menarik Rika yang masih mengumpulkan nyawa.
"Tunggu bentar, aku duluan," ucap Nindi.
"Heeh," ucap Rika yang masih setengah sadar.
Beberapa menit kemudian, Nindi keluar dan melihat Rika yang tertidur di atas pot bunga.
"Rika! Ayo kamu masuk kamar mandi. Cuci muka dulu sana," ucap Nindi.
Rika mengangguk dengan mata tertutup lalu masuk ke kamar mandi seperti zombie.
Setelah pintu tertutup, terdengar suara aliran air di sekitar Nindi. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru, tapi tak ada satupun saluran air di sana.
"Masa suaranya dari dalam tanah? Tapi suara air di dalam tanah ngga begitu. Ini kan suara air yang ngalir di selokan pas hujan," ucap Nindi.
Suara cipratan air terdengar begitu jelas di telinganya. Nindi mengucap istighfar kemudian mengambil wudhu sembari menunggu Rika.
"Asyhadu allaa ilaha illallahu wahdahu laa syariikalah..." ucap Nindi melafalkan doa sesudah wudhu.
"Nindi!" teriak Rika.
"Astaghfirullah, ngagetin aja sih! Kenapa?" ucap Nindi.
Rika buru-buru mengambil wudhu lalu menarik Nindi ke kamar.
"Salat dulu aja. Cepet!" ucap Rika.
Nindi mengiyakan lalu mereka salat berjamaah.
"Assalamu'alaikum warahmatullah. Assalamu'alaikum warahmatullah," ucap Nindi disusul Rika.
"Anin. Ta-tadi kamu denger sesuatu ngga?"
"Eh, sesuatu?"
Pikiran Nindi langsung tertuju pada aliran air yang sempat ia dengar.
"Emang kamu denger apa?" tanya Nindi.
"Tadi ada yang nyanyi, tapi ngga terlalu jelas saking lirihnya. Tapi aku tahu kalo dia tu lagi nyanyi, Nin. Suaranya kaya sedih gitu. Terus pas aku ngebatin, eh suaranya ilang," ucap Rika.
Nindi membelalakkan matanya.
"Kamu denger ngga?" tanya Rika.
"Kamu salah denger kali. Itu mungkin suara penghuni kos yang lain," ucap Nindi.
Rika menghela napas dan berusaha berpikir positif.
Mereka mengaji sebentar sambil menunggu matahari terbit.
***
Tiga sekawan baru saja menginjakkan kakinya di kelas dan menempati bangku masing-masing.
"Eh, kita ganti baju olahraga, yuk! Ke ruang ganti yang di lantai dua," ucap Faza.
"Ayo!" ucap Nindi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDIA [SELESAI]
HorrorSelamat membaca. Ini proses revisi, semoga kalian suka🌷 Story by : Lailla Dhina Cover by : Canva Seorang gadis bernama Anindia Lantari dipertemukan dengan sosok pangeran pujaannya yang bernama Kevin Yogaswara di SMA Bumi Pertiwi. Ia juga bertemu d...