Ruqyah

19 4 0
                                    

Nabastala perlahan berubah warna. Faza dan Rika mengajak Nindi pulang dengan menaiki taksi online.

Sesampainya di kos, mereka merebahkan tubuh Nindi yang masih lemas.

"Kamu makan dulu, ya. Semoga aja nanti bisa membaik," ucap Faza.

Nindi mengiyakan.

Malamnya, mereka tidur lebih cepat usai menyelesaikan tugas PPT yang sempat tertunda.

Sekitar jam sebelas malam, Rika merasakan tubuhnya panas dan ia terus menggeliat di kasurnya.

"Rika, bisa diem ngga sih? Kasihan Nindi ni," ucap Faza dengan suara parau.

Rika tidak merespon apapun. Pada akhirnya ia kembali tenang seperti semula.

Tak berselang lama, Rika merasakan sesak yang luar biasa. Suaranya tercekat di tenggorokan dan badannya terasa begitu berat.

Rika berusaha berteriak sekuat tenaga, tapi tidak berhasil.

"A-a-a-a."

Ia membuka matanya perlahan dan tampak ada rambut yang menutupi wajahnya, tapi itu bukanlah rambut miliknya.

Sosok putih terlihat tidur melayang di atas Rika. Rambutnya yang panjang menutupi wajah gadis itu. Ia kembali memejamkan matanya sambil mengucap doa dalam hati.

Sosok itu membalikkan tubuhnya seolah sadar bahwa Rika telah melihatnya.

Ia menatap Rika sambil menyeringai dan menampakkan wajahnya yang hancur. Darah berbau anyir menetes tepat ke mulut Rika yang mendadak terbuka. Matanya membelalak kaget, ia sama sekali tidak bisa mengendalikan tubuhnya.

"Aaaa!" teriak Rika. Ia bangun seolah baru saja tersentak dari mimpi buruk.

"Rika! Kenapa kamu?!" ucap Faza panik.

Rika hanya menggeleng dengan napas yang tersengal-sengal.

"Berdoa dulu, Rik," ucap Nindi yang masih setengah sadar.

Rika hanya diam sembari mengatur napasnya. Ia lalu menarik selimutnya dan terus berdoa sampai ia kembali terlelap.

***

Bel masuk telah berbunyi. Nindi, Faza, dan Rika beranjak dari kantin lalu masuk ke dalam kelas.

"Eh, tahu ngga sih. Rumornya kelas kita itu ada penunggunya tahu," ucap Rika seolah lupa akan kejadian semalam.

"Iya tahu. Masa ni, ya. Katanya di jaman waktu sekolah ini belum lama berdiri ada yang meninggal di sini. Ngga ada yang tahu juga penyebabnya apa. Yang jelas, pas kelas dibuka pagi-pagi, di dalem kelas ditemukan mayat seorang siswi. Ih, serem banget ngga tu," ucap Faza.

"Astaghfirullah. Udahlah, ngga usah dipikirin. Jin, setan, dan makhluk halus lain itu emang ada. Cuma mereka itu beda alam. Kita jangan takut sama makhluk begituan. Kita kan manusia, punya akal, ciptaan Allah yang paling sempurna. Kita punya raga, sedangkan mereka, kan, engga. Iya, 'kan?" ucap Nindi.

"Iya juga sih... Nin," ucap Faza.

Langkah kaki terdengar mendekat ke kelas mereka, dan sudah dapat dipastikan bahwa Bu Prita telah datang.

"Eh, Bu bahasa Indonesia tu," ucap Nindi.

Mereka kembali ke posisi masing-masing.

Bu Prita minta pengumpulan tugas PPT kemarin, lalu memberikan kertas ulangan.

"Aduh, ulangan dadakan! Mana aku belum belajar, gimana dong?" bisik Rika.

"Mengarang bebas aja udah," bisik Nindi.

ANINDIA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang