Pertandingan sudah usai namun kenikmatan fasilitas mewah ini masih bisa mereka nikmati. Setidaknya untuk satu minggu ini.
"Ah, nikmatnya hidup" teriak Devan yang sedang berbaring di atas pelampung besar kolam itu.
Walaupun umurnya sudah lumayan tua, ia masih tampak seperti bocah. Berbeda sekali dengan Vasco dan Halim yang duduk dipinggir kolam itu sambil menikmati jus mangga favorit mereka.
"Halim, Vasco kalian tidak ikutan?" teriak Devan.
"Nope! Aku malas basah" jawab Vasco.
"Kalau malas basah kenapa kau malah ke kolam renang? Mending tidur dikamar" ujar Devan ketus. Tampaknya ia mengambek karena tak ada yang mau masuk ke kolam renang bersama dengannya.
"Hai, boleh gabung?" pria bertubuh besar itu tampaknya juga datang ke kolam renang itu bersama dua rekan kelompoknya yang lain.
"Tentu" jawab Devan yang tampak senang karena ada yang bergabung dengan aktivitasnya itu.
"Godi" ujarnya sesaat sebelum memasuki kolam. Ia mengulurkan tangannya hendak menyalami Vasco.
"Vasco, dan ini Halim" ujar Vasco sambil mengenalkan temannya itu.
"Ah dan dua orang ini adalah Beru dan Sobri. Yang berkacamata itu Beru dan yang jidatnya lebar ini adalah Sobri"
"Hei, lebar apanya" protes orang yang disebut Bernama Sobri itu.
"Devan, aku Devan" teriak Devan dari tengah kolam besar itu.
Akhirnya keenam orang ini bisa bersosialisasi dengan normal. Semenjak awal mereka sudah dipisah dan hampir tidak ada interaksi satu sama lain. Bahkan sesama anggota kelompok saja hampir tak ada interaksi juga.
"Oh ya, Vasco. Analisismu benar-benar keren" ujarnya.
Apa yang disampaikan Godi ini bukan candaan, dia memang merasa kagum dengan analisis kelompok Vasco sebelumnya.
"Ah, itu bukan analisisku kak Godi. Tapi orang yang di sana" ujar Vasco sambil menunjuk Devan yang tengah melihat langit dibalik kacamata hitamnya itu.
Devan tampak mengenakan kemeja aloha dengan motif ramai dan warna yang mentereng itu. Dia tampaknya sengaja membuka kancingnya menampakkan otot perut yang terbentuk dengan sangat baik.
"Terlepas dari itu, presentasimu juga sangat memukau" ujar Godi lagi.
Dia tampaknya memang orang yang baik, tipe om-om yang akan dikejar ponakannya setiap musim liburan tiba. Tipe seseorang yang bisa dekat dengan siapa saja.
"Haha, terima kasih kak Godi" ujar Vasco lagi.
Godi dan kedua temannya tampak langsung nyebur ke kolam itu membuat air sedikit mengombak dan menjatuhkan Devan dari pelampung tidurnya itu.
"Aah, kampret" makinya.
Kacamata hitamnya lepas dan mengambang di air sementara tubuhnya sudah basah semua. Kandas sudah harapannya untuk menikmati hari mengapung di atas kolam ditemani minuman-minuman mahal itu.
"Ah, maff" ujar Godi yang sadar kalau lompatannya malah menjadi musibah bagi Devan.
"Tak masalah, tak masalah" ujar Devan sambil bergegas ke tepi kolam renang.
Tampak jelas di wajah Godi dan kedua temannya kalau mereka merasa tak enakan terhadap Devan yang terpaksa mengakhiri kesenangannya itu.
"Tuk"
"Tak usah dipikirkan" ujar Devan sambil menyengir.
Dia melemparkan bajunya yang sudah basah itu ke pinggir kolam lalu mengambil beberapa botol minuman keras mahal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detektif Kode #1: Kriptografer Kematian
Mistério / SuspenseVasco sangat menyukai kriptografi, pertemuannya dengan Halim dimulai dengan misteri pesan rahasia dari perang dunia itu. Mereka berdua akhirnya terseret pada misteri kode-kode masa lampau dengan teknik penyandian khusus. Hal ini membawa mereka pada...