Meeting; OO1

1K 210 26
                                    

“Wanderer, kembali ke Santuary of Surasthana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanderer, kembali ke Santuary of Surasthana.”

Dikala perjalanannya menuju daerah Ashavan Realm, Lesser Lord Kusanali mengirim pesan lewat telepatinya. The Wanderer segera berbalik arah menuju kota Sumeru.

Belakangan ini terjadi badai di wilayah Sumeru. Apa Irminsul kembali layu atau sekedar fenomena cuaca biasa? Wanderer tidak bisa menebaknya dengan benar.

Seekor burung gagak terbang melintasi langit, Wanderer memperhatikannya hingga ia menangkap markas Eremite yang kini dihuni dengan Treasure Hoarder. Semenjak kejadian penyelamatan Lesser Lord Kusanali, para Eremite tidak lagi membuat kerusuhan. Tidak heran markas mereka justru di ambil alih.

Tidak perlu waktu lama untuk mereka sadar dengan kedatangan Wanderer. Treasure Hoarder berbadan besar menghampirinya sembari membawa palu. “Hoi bocah, disini bukan tempat bermain. Pergi dari wilayah kami.”

Netra kecumbungnya terus memperhatikan markas lama Eremite. Mencari, menghitung, dan memikirkan strategi penyerangan yang cepat agar ia bisa lanjut menuju Santuary. “Kau tuli ya?! Bocah—”

Tangannya bergerak cepat mencekik Treasure Hoarder tersebut lalu mengangkatnya. “Berani sekali makhluk rendahan sepertimu mengusir ku,” lalu dilepas cekikannya hingga lawannya bertekuk lutut. “Sujud dihadapan ku makhluk lemah.”

Sebelum lawannya menyerang, Wanderer menendang wajahnya hingga tidak sadarkan diri. Para Treasure Hoarder keluar dari markas mereka menyerbunya. Wanderer sudah memastikannya, jika satu anggota mereka diserang maka anggota lain akan turun tangan.

Pertama Wanderer menghabisi yang membawa panah. Sangat mudah, karena dengan Anemo ia bisa melayang di udara sembari menyerang mereka. Lalu yang terakhir ia memadatkan atmosfer disekitarnya menjadi ruang hampa yang langsung menghisap musuh dan menghabisi mereka.

Oyy! Wanderer! Bukankah Nahida sudah memintamu untuk segera pulang?!” tanpa di duga, Pengembara dan Paimon datang menyusulnya. “Kita harus cepat! Keadaannya menjadi darurat!”

“Darurat?”

Pengembara mengangguk cepat lalu menarik tangannya. “Nanti saja penjelasannya, kita harus segera ke Santuary.”

Tanpa buang waktu lagi, ketiganya dengan cepat kembali ke kota Sumeru dan langsung menemui Lesser Lord Kusanali di Santuary of Surasthana. Biasanya dewa kebijaksanaan itu terlihat berada di bagian tengah Santuary, tapi kali ini tidak ada dan pengembara membawanya ke sebuah ruangan.

Pintu terbuka, terlihat Lesser Lord Kusanali sedang duduk di atas ranjang dengan tangannya yang menyentuh kening seorang gadis. “Waktu yang tersisa tidak banyak, Wanderer harus menemukan dan membawanya kembali dengan cepat.”

“Jika dia terlalu lama di alam bawah sadar aku tidak yakin [Name] akan selamat. Jiwanya perlahan mulai melemah lalu menghilang, ia sudah melewati batasnya.”

Padahal itu adalah penjelasan yang penting tapi Wanderer membeku melihat sosok yang terbaring lemah di atas ranjang. Perawakannya masih sama, telinga rubah yang sewarna dengan surainya itu masih sama, tidak ada rona merah yang biasa menghias pipi dan hidungnya.

Wanderer, sekarang bukan waktunya meratapi [Name]. Kau harus masuk ke alam bawah sadarnya dan mencari [Name], jangan menyentuh apapun karena itu akan membawa mu ke ingatan lain. Pastinya ada jejak yang di tinggalkan olehnya selama berada diluar ruang waktu.”

“Baiklah, lakukan sekarang.”

Lesser Lord Kusanali menarik tangan Wanderer agar menggenggam tangan [Name]. Tidak butuh waktu lama baginya untuk memasuki alam bawah sadar.

“Jjang! Dango!” [Name] dengan bahagianya menunjukan manisa berbentuk bulat dengan tiga warna itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jjang! Dango!” [Name] dengan bahagianya menunjukan manisa berbentuk bulat dengan tiga warna itu. “Fufufu, isiannya adalah ketan hitam favorit ku~”

“Hhe??? Bukankah Hanami Dango tidak ada isinya?”

Sore itu [Name] dan ketiga anak kecil yang tinggal di desa sedang belajar membuat Dango. Memang Dango pada umumnya tidak diberi isian, [Name] hanya suka mencampurkan makanan menjadi makanan baru.

[Name]-neesan, sekarang ayo buat Mitarashi Dango!” sahut gadis kecil dengan jepitan putih di rambutnya.

Sudah beberapa minggu semenjak Kunikuzushi tinggal bersamanya. Sedikit sulit beradaptasi dengan dia, tapi [Name] bisa melakukannya dengan baik. Hal bagusnya, Kunikuzushi mau bekerja dengan warga desa, seperti memancing atau mengurus kebun.

“Ah! Kunii~ kemari sini!” yang di panggil menghela nafasnya dengan malas namun tetap menghampirinya. “Mau coba Dango?”

“Yang normal, aku tidak ingin makan makanan hasil modifikasi mu Kitsune.”

“Jahat sekali,” walaupun begitu [Name] tetap memberi Dango hasil modifikasinya.

Satu bola Dango bewarna merah muda berhasil di telan. “Eerrgghh, terlalu manis dan lengket. Tapi isiannya cukup enak.”

“Benarkah? Padahal itu hasil modifikasi loh”

“HAH?!”

“Dango yang asli kan tidak berisi ketan.”

“KITSUNE SIAL— ERGGHH, KITSUNE BODOH!”

“WAHAHAHAHAHAHAHAHA!”

Ak maw apdet lagi abis isya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ak maw apdet lagi abis isya

Siapin tisu

𖤃𝐇𝐎𝐑𝐍𝐀𖤛𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐍𝐃𝐄𝐑𝐄𝐑ᬉᩧ࣭࣭ᰰ•̩̩͙ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang