Howl ;OO1

1K 197 22
                                    

Mata yang terpejam itu perlahan terbuka menampilkan obsidan emas terang. Saraf matanya berusaha menyesuaikan dengan cahaya yang memasukinya. Perlahan ia mendapatkan pengelihatannya menjadi jelas dan menatap langit - langit ruangan yang terlihat asing.

[Name] terbangun, entah sudah berapa hari ia lalu yang jelas dirinya hanya merasakan tidur sebentar. Di ruangan itu tidak ada siapapun, hanya ada dirinya, ranjang, sofa besar, meja, dan beberapa rak buku. Ada jendela namun kacanya berwarna hijau, sulit melihat lingkungan luar.

Pada akhirnya ia memutuskan untuk berjalan keluar dari ruangannya. Pertama berdiri, tubuhnya seperti kehilangan tulang, terlalu lemah untuk menahan tubuh sendiri hingga kembali terduduk di atas ranjang. “Ugh, bergeraklah kaki.”

Ia menghentakan kakinya sendiri lalu memaksa untuk berdiri dan berdiam selama beberapa menit. Merasa kakinya sudah bisa menopang berat badan, [Name] segera keluar dari ruangan.

Yang pertama ia lihat ketika berhasil keluar adalah bangunan yang di tempati, semuanya menghadap ke tengah. Disana bukan singasana, hanya kosong, dan semuanya serba hijau.

“Kau sudah bangun?”

WWAAA!!” sesosok anak kecil tiba - tiba saja datang mengejutkannya dari samping. “Y, ya? Kau melihatku sekarang artinya iya, aku sudah bangun,” [Name] masih shock dengan kehadirannya.

“Apa yang kau rasakan? Apa kau merasa sakit?” [Name] menggeleng sebagai jawabannya. “Syukurlah, aku sempat khawatir jiwamu gagal untuk kembali. Kau tidak sadarkan diri selama 4hari.”

HHE?! 4 HARI?! Y, YAE MIKO PASTI—”

“Tidak perlu khawatir, Pengembara sudah mengirimnya surat jika kau pergi ke Sumeru dengannya,” Pantas saja semuanya serba hijau. “Ada yang harus kita bicarakan [Name]. Pertama, kau tidak seharusnya melewati batas ruang waktu. Meninggalkan jiwamu lalu berpergian melintasi ruang waktu bisa membuat jiwamu perlahan terkikis.”

“Aku tau itu.”

“Lalu, kenapa kau tetap melakukannya? Mencari ingatanmu? Bagaimana jika ingatan itu memang tidak pernah ada namun kau hanya membuatnya seolah ada.”

“Tidak mungkin. . . Ada sesuatu yang tidak bisa dihapus begitu saja. Kau tau, ini seperti membuang sesuatu ke tempat sampah namun sampah itu tidak bisa di urai, maka dia akan tetap ada. Ruang waktu, mereka tidak akan bisa dihapus, eksitensi yang sudah di catat oleh ruang waktu akan tetap ada. Jikapun ada yang dapat menghapus eksitensi sesuatu mungkin itu hanya berlaku di tempat dimana alat itu berada, tempat lain akan tetap mengingatnya.”

“Jadi itu alasan lain mengapa Pengembara tetap mengingat Wanderer. Terimakasih atas penjelasannya, itu sangat berarti bagiku.”

[Name] menggaruk pipinya canggung. “Boleh jelaskan apa yang terjadi denganku?”

“Tentu. 4 hari yang lalu Pengembara datang membawa mu dari Inazuma, ia meminta bantuanku untuk menarikmu kembali. Sayangnya saat itu jika aku masuk ke alam bawah sadarmu maka tidak ada yang menjaga bentuk jiwamu. Jadi aku meminta Wanderer yang menarikmu kembali.”

Kejadian yang ia lihat ketika berada di alam bawah sadar, [Name] masih mengingatnya dengan jelas. Wajah dan nama yang ia rindukan selama ini. “Wanderer, sekarang sebutannya menjadi Wanderer ya?”

Anak kecil itu membulatkan matanya terkejut. “Kau benar - benar berhasil mengingatnya? Semuanya?”

Ia hanya menunduk dengan wajah datar. “Sumeru, dan sosok anak kecil yang tau banyak hal. Kau Lesser Lord Kusanali jika aku tidak salah,” yang disebut hanya mengangguk. “Anda tau banyak tentang ku, tidak heran si. Sebagai penjaga Irminsul sangat mudah tentunya mencari informasi tentang makhluk hidup.”

𖤃𝐇𝐎𝐑𝐍𝐀𖤛𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐍𝐃𝐄𝐑𝐄𝐑ᬉᩧ࣭࣭ᰰ•̩̩͙ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang