HORNA special ;OO4

2.3K 161 47
                                    

Warn ⛔️⚠️⛔️ 21+
Harap bijak dalam membaca, pastikan diri kalian agar tidak mudah terpengaruh dengan adegan di chapter ini hingga terbawa ke dunia nyata

What if, The Balladeer really became a God?

Sayup - sayup ia membuka kelopak matanya yang terasa berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sayup - sayup ia membuka kelopak matanya yang terasa berat. Kedua tangan terikat dengan erat oleh tali yang terbuat dari elemen Electro. Ia merasakan sakit pada sekujur tubuhnya hingga sulit untuk bergerak 1inchi sekalipun.

Apa yang terjadi sebelumnya? Ia tidak bisa mengingat jelas kejadian sebelum dirinya berada di ruangan asing dengan robot besar yang memiliki 4 tangan. “Sudah bangun Kitsune manis ku?”

Sontak tubuhnya merasakan sengatan listrik yang membuat ia langsung menoleh menatap wajah robot tersebut yang terbuka, menampakan sosok lelaki bersurai ungu yang pergi meninggalkannya 500 tahun lalu.

“Kuni—” tak sempat menyelesaikan kalimatnya, tangan robot yang besar itu langsung meraih tubuhnya dan di cengkram dengan kuat.

Ia dapat mendengar suara tulang yang mulai retak. “Berani sekali makhluk rendahan sepertimu memanggil ku dengan panggilan menjijikan itu. Ketahui posisimu dihadapan dewa Kitsune sialan,” ia melepas cengkramannya, membuat sosok Kitsune itu langsung terbaring lemas di atas telapak tangan robot. “The Everlasting Lord Of Arcane Wisdom. Shouki No Kami, aku adalah dewa mu sekarang.”

Bayangan dimana Inazuma kala itu di hantam petir berwarna biru dengan tegangan yang berkali - kali lipat mulai memasuki ingatannya. Yae Miko terkena sambaran petir itu karena melindungi dirinya lalu tidak sadarkan diri. Dan ia, tidak bisa menolongnya.

“Aku mencoba berbaik hati denganmu [Name]. Tapi kau dengan beraninya memikirkan sosok lain disaat berhadapan dengan dewa.”

Otaknya tidak bisa bekerja sama dengan kondisi saat ini, pikirannya terus memutar kejadian sebelumnya. Siluet terakhir dimana Yae Miko terbaring lemah dalam dekapannnya dan mengusap penuh kasih sayang pipinya. Sebelum obsidian kecumbung itu tertutup untuk selamanya.

Y, yae—” Shouki No Kami kehilangan kesabarannya, ia kembali mencengkram tubuh mungil [Name] hingga suara tulangnya terdengar lagi. “Kau, kau membunuh Yae.”

Huh? AHAHAHAHAHA! LUCU SEKALI, apa semenjak aku pergi meninggalkanmu, kau dan Yae Miko memulai hubungan baru?” Shouki No Kami mendengus kesal, melihat bagaimana Kitsune di cengkramannya mulai merintikan air mata. “Apa kau marah karena aku membunuhnya?”

Tidak ada jawaban. “Gunakan lisanmu sesuai kegunaannya Kitsune bodoh. Apa kau menangisi sosok yang membiarkanmu di asingkan? Apa kau memilih sosok itu dibandingkan diriku yang menemanimu kala itu?!”

𖤃𝐇𝐎𝐑𝐍𝐀𖤛𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐍𝐃𝐄𝐑𝐄𝐑ᬉᩧ࣭࣭ᰰ•̩̩͙ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang