Ronald melangkah gontai meninggalkan depan ruang dokter Ferdy. Sekalipun tak terlintas dalam otaknya bahwa apa yang digosipkan Melly benar adanya. Rencananya yang akan memanggil Yudhis atas permintaan Bella, diurungkannya. Dia kembali ke ruang rawat Bella.
Tapi hanya sampai di depan ruang rawat inapnya, karena pikiran Ronald berkecamuk hebat. Dihempaskannyatubuhnya ke kursi tunggu yang tersedia di depan kamar. Hening, meski pikirannya ramai dengan bermacam tanya.
Memorinya mendadak menyeruak hebat, memaksanya untuk ingat bagaimana gadis itu mampu mengacau hatinya.
* Ronald PoV *
Ya, Tuhan ...
Otakku mendadak tak mampu bekerja dengan wajar hanya karena satu informasi yang nyaris membekukan saraf otakku. Oke, siapapun tau betapa encer otakku apalagi untuk mencerna mata kuliah tersulit sekalipun. Tapi informasi tentang kehamilan Bella ini seperti godam yang menghantam otakku dan seketika membuat batok kepalaku hancur berkeping.
Masih sangat jelas terekam dalam ingatanku, ketika itu, saat aku terpaksa memasuki wilayah area SMU tempat gadis ini sekolah. Karena itu artinya tempat Eva, sepupu jahilku itu sekolah. Menunggu di kantin sekolah yang kebetulan tempatnya malah berada di depan sekolah, meski agak ke samping. Hari itu aku janji akan mengantarnya ke toko buku.
Setelah beberapa jenak menunggu Eva di kantin, tapi gadis itu tak juga muncul, padahal nyaris semua siswa SMU ini sudah hampir habis, kuputuskan untuk beranjak hendak mencarinya ke halaman dalam.
Tapi begitu aku keluar dari kantin, tanpa sengaja aku bertubrukan dengan salah satu siswa yang ... Ya, Tuhan ... sesempurna inikah perempuan ini Kau ciptakan ? Matanya yang bulat dengan binarnya yang cemerlang, kulitnya yang bening dan kupastikan akan sangat halus jika terpegang, rambutnya yang lurus dan legam, bahkan bibirnya yang merah dan sangat proporsional dengan raut wajahnya.
Belum lagi sebentuk dagu runcing yang sangat sensual, mengundangku untuk mengikhlaskan diri menggigitnya, juga hidungnya yang meski nggak mancung tapi sungguh, sangat pas dan tidak berlebihan.
"Maaf ...", dan demi Tuhan, bahkan baru sekali ini aku gugup berhadapan dengan perempuan.
Gadis ini hanya tersenyum.
Dan senyumnya saja sudah mampu membuat nafasku nyaris terhenti di tenggorokan. Tuhan, tolong jangan biarkan aku mati sebelum memiliki gadis ini, aku memohon dalam hati.
Oke, aku memang konyol saat tiba-tiba sangat ingin memilikinya, padahal baru sekali ini bertemu dengannya.
"Tak apa-apa, saya juga salah ... tadi nggak lihat jalan"
Lihatlah, suaranya pun merdu selayaknya suara biduan era jaman jadul. Aku tersenyum menanggapi suaranya yang jujur saja membuat telingaku mendadak budek dan ingin mendengarnya lagi dan lagi.
Aku salah tingkah hanya dengan melihat senyumnya.
"Maaf, permisi ... saya mau lewat"
Lihatlah, aku bahkan dengan konyolnya hanya berdiri menghalangi jalannya.
Spontan aku menyingkir dengan senyum terkonyol yang pernah kusunggingkan. Lantas dia berlalu melewatiku dengan aroma wanginya yang bahkan sangat memabukkanku.
Gila !!!
Semahal apa parfumnya sehingga wanginya seharum ini ?
Dia berlalu, tapi ada yang tertinggal di benakku. BELLA A. SALEEM. Name tag nya terpatri dalam ingatanku, sampai kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AT MILLION SIGHT
RomanceYudhistira Saleem Aku menyukainya, bahkan terpesona padanya jauh sebelum aku mengenal kata cinta. Wajahnya yang gembil, celotehnya yang lucu, rambutnya yang tebal lurus, bahkan binarnya yang secerah matahari, membuatku memaksa Bunda untuk mengambil...