Sembilan : PETIR TANPA SUARA

7.8K 520 31
                                    

Ups !!!

Mohon tidak muak, karena saia kembali muncul. Jangan lupa vote dan komentarnya ya, Reader .... Happy reading ....






Ben PoV

Pagiku hari ini, sebenarnya tak begitu cerah. Tentu saja karena beberapa hal yang tak pernah kubayangkan. Tapi aku tetap saja datang ke kantor DENSI Auto Mall, karena promo pagi ini akan kembali meluncurkan mobil type terbaru.

Sesaat setelah aku duduk di kursi yang selama beberapa tahun ini menjadi temanku menghadapi segala macam urusan bisnis , tiba-tiba saja pintu ruanganku di ketuk dari luar.

Beberapa saat kemudian, wajah Vivian, sekretarisku muncul.

"Ada apa, Vivian ?"

"Maaf, Pak ... hari ini teken kontrak pembangunan SMU. Jadwal dengan pihak bersangkutan, jam 10 siang ini, Pak"

Aku mengangguk.

"Di mana, Vivian ?"

"Maaf, Pak. Penandatanganan akan dilakukan di kantor kita", jawab Vivian sopan.

Aku mengangguk.

"Baiklah, kamu bisa kembali ke tempatmu"

"Baik, Pak"

Sekeluarnya Vivian dari ruanganku, ada yang membuncah di hatiku. Aku tersenyum penuh kemenangan. Ini kemenangan pertamaku dari Saleem Group. Tak sia-sia aku menggelontorkan dana untuk sabotase proyek ini. Hingga job yang semula akan dihandle Saleem Group, kini ada dalam genggamanku.

Aku harus merayakan ini.

Drrrttt....ddrrrttt....

Handphone ku bergetar, dan suara judes Melly terdengar ketika aku menjawab panggilan itu.

"Apa maksud Kakak semalam ? Aku malu sama Sinta tau ?", sial, suaranya yang cempreng memenuhi gendang telingaku.

"Apa maksudmu ?"

"Kakak bikin Sinta kesal semalam"

Sial, apa maksudnya ini ?

"Katakan dengan jelas, Melly ! Kakak ada kerjaan", sungguh, aku tak suka berbelit-belit dengan ucapannya.

"Kenapa Kakak saat main sama Sinta nyebut-nyebut nama cewek sialan itu ?"

"Apa maksudmu, Melly ... ??!!", sungguh aku geram.

"Kakak semalam bercinta dengan Sinta, bukan dengan Bella sialan itu. Tapi Kakak selalu menyebut namanya !"

"Tunggu ... siapa yang bilang ?", aku bertanya tak percaya dengan tuduhan Melly kali ini.

"Memangnya dari siapa Melly tahu kalau nggak dari Sinta. Tuh, dia yang ngomong ! Malu tahu ? Kakak jatuh cinta sama perempuan tengil sok alim itu ?"

"Jangan ngomong sembarangan !"

"Bagaimana Melly nggak menyimpulkan seperti itu ? Sementara apa yang Kakak lakukan jelas menunjukkan ke arah itu ? Pokoknya Melly nggak mau tahu, Kakak nggak boleh jatuh cinta sama perempuan tengil sok alim itu !"

Tut...tut...tut...

Sambungan ditutup sepihak oleh adikku yang judes itu. Menutup handphone, aku termenung. Oke, semalam karena Melly menyodorkan Sinta ke kamarku, aku tentu tak akan melewatkan hidangan segar yang tersaji untukku kali ini. Oke, mungkin tak terlalu segar, karena dia tak lagi ....perawan.

Aku tersenyum.

Tentu saja, mana ada perawan yang menyodorkan diri untuk ditiduri oleh laki-laki yang bahkan jauh lebih tua dan dewasa usianya ? Kecuali dia perempuan nggak bener. Dan Sinta masuk kategori nggak bener ini.

Masih sangat kuingat malam itu ...

* * *

Untuk yang suka dan pengen baca versi lengkapnya, sila berkunjung ke DREAME yaaa...

Terima kasih ...


LOVE AT MILLION SIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang