09 'ALVKIY'

76 42 109
                                    

Birunya langit berangsur-angsur menghilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Birunya langit berangsur-angsur menghilang. Jingga warna yang selalu datang untuk di tatap, orang-orang menyebutnya senja.

Senja itu indah, menenangkan dan sedap untuk dipandang. Tetapi senja tidak bertahan lama, dirinya bisa menghilang kapan saja.

"Iya Tan."

Tak!

Tak!

Tak!

"Hai Var!" sapa gadis itu.

Mata Varo sangat enggan untuk meliriknya." Bun, Varo izin main ya."

"Iya hati-hati," sahut Amira.

Amira sebenernya sangat canggung pada gadis itu. Namun bagaimanapun gadis itu tamu di rumahnya, jadi dirinya harus menemani gadis itu.

"Dinda, maaf ya atas sikap Varo tadi," ucap Amira.

"Gapapa Tante, paling Varonya buru-buru," ucap Dinda gadis masalalu Varo.

"Oh iya Tan. Aku bukan pindah rumah doang, tapi aku juga pindah ke sekolah Varo."

*****

"Dit, tadi kayaknya ada yang bilang gak akan ke sini deh, ya?" tanya Arzan.

"Hahah ..."

"Kok lo ke sini Var?" tanya Radit.

"Lagi males di rumah," sahut Varo.

Radit hanya mengangguk-angguk saja.

"ASTAGFIRULLAH!" teriak Arzan.

"Alhamdulillah ..." kompak mereka.

Arzan menatap Radit dan Varo dengan sengit." Kok alhamdulillah sih!"

"Yakan jarang-jarang lo mau istighfar," cetus Radit.

Laki-laki yang di tuju itu hanya menatap jengah teman-temannya. Secepat mungkin jari-jari tangannya kembali mengotak-atik ponsel.

"Liat nih," ucap Arzan seraya menyodorkan ponselnya ponsel.

Setelah melihat itu Radit menatap Varo." Jangan-jangan karena ini lo ke sini?"

"Hm."

"Nah kan!"

"Segala pakek pindah depan rumah lo lagi," cetus Arzan.

"Gue tebak itu orang pasti mau deketin lo lagi," sela Radit.

Varo mengangkat satu alisnya.

Miss u {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang