30 'ALVKIY'

54 29 140
                                    

'Aku hampa tanpamu'

_Alvaro Zidan Sanjaya

°

°

°

°

°

Bandara, sekarang terdapat mereka yang sedang berada di bandara mengantarkan dua orang perempuan itu, tanpa sepengetahuan Varo serta Maora.

"Dada Mama, hati-hati," ucap Radit sambil melambaikan tangan sang anak.

"Hati-hati kalian," ucap Arzan mengikuti.

"Zan kok gue kepikiran ya," ucap Radit tiba-tiba.

"Gak usah dipikirin pasti mereka bisa, berfikir positif aja, yaudah yuk Mia, kita pulang, let's go!" Ucap Arzan yang sangat bersemangat demi bayi kecil itu tak menangis melihat sang mama.

"Go uncle!" Jawab Radit mewakili putrinya.

Mata yang menajam di balik kacamata hitam, senyum yang misterius di balik masker, orang itu berada di balik tembok, sedari tadi ia yang memperhatikan serta mengikuti mereka. " Mereka sudah menuju Paris."

Orang itu langsung pergi setelah memberikan kabar, entah apa yang akan ia lakukan dengan kabar itu.

*****

Langkah kaki terdengar di ruangan yang hampa, beberapa orang di sana berdiri dengan tegap bak pengawal kerajaan.

Merah serta hitam, itulah warna kesukaan Maora, wanita paruh baya itu sedang bermain-main dengan pisau kesayangannya yang membuat siapapun melihatnya bergidik ngeri.

"Jadi mereka sudah berangkat?" Tanya Maora sambil memutar-mutar kan pisau itu.

"Iya nyonya."

"Bagus, lihat apa yang akan saya lakukan kepadanya," senyum aneh itu lagi dan lagi terlihat, Maora dengan santainya menuncapkan pisau itu pada meja kayu yang berada di sana.

Setelahnya, ia pergi dari ruangan tegang itu, beberapa bodyguard di sana merasa lega tak ada rasa hawatir dengan nyawa mereka, yang sewaktu-waktu akan melayang.

Maora berjalan memasuki ruangan gelap dan tidak ada seorangpun yang memasukinya selain dia. Jari-jari lentiknya membuka knop pintu, ia melangkah sedikit langsung menghidupkan lampu untuk menerangi ruangan itu.

Satu hal yang membuat Maora lemah, yaitu ruangan ini yang terdapat banyak sekali kenangan dirinya serta ayah kesayangannya, yang meninggal karena penyakit jantung yang dideritanya.

"Ayah..." ucapnya lirih.

"Sedikit lagi aku akan selesai dengan balas dendam ini," hanya air mata yang menemaninya saat ini, ia mengelus bingkai foto itu yang terdapat foto lelaki paruh baya sedang memeluk seorang anak kecil yaitu Maora.

"Nyawa harus di bayar dengan nyawa," ucapnya dengan kata-kata di tekan.

Ia menaruh bingkai itu, tak berhenti sampai di sana jemari jemari cantiknya mulai memegang benda yang mengeluarkan melodi indah, piano alat serta hobi Maora sebelum beralih menyukai pisau cantik tajam dan berbahaya.

"Maora yang dulu sangat menyukaimu, setiap saat ia akan menyentuhmu dan memainkan melodi yang sangat indah didengar," ucapnya sambil memegang dan mengenang masa lalu.

Miss u {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang