Bab 9

141 28 32
                                    

Sampai detik ini, Skala masih tidak mengerti alasan ibu mertuanya yang melarang Ren untuk mewujudkan mimpinya. Padahal, membuka usaha bukan pekerjaan yang buruk. Keinginan Ren untuk membuka usaha dan menjadi pastry chef juga bukan pekerjaan yang memalukan. Bahkan diluar sana banyak pastry chef terkenal yang menjadi sukses hingga mendapatkan bayaran tinggi.

Mengingat bagaimana Ren merasa sedih semalam, akhirnya Skala memutuskan untuk menemui Berliana pagi ini. Semua itu dia lakukan tanpa sepengetahuan Ren.

Berliana yang datang dari dapur sambil membawa secangkir teh langsung menghampiri menantunya itu dan meletakan minumannya di depan Skala.

"Kok sendirian, Ka? Renata gak ikut?"

"Renata lagi ada janji ketemuan sama pemilik toko untuk usaha Ren nanti, ma.."

Wajah Berliana berubah seketika. "Duh anak itu, susah banget dibilangin.."

"Maaf, ma. Kalau kedatangan Kala kesini nantinya bikin mama tambah kesel.."

Berliana nampak bingung, tapi sebagian hatinya yakin kalau Skala datang menemuinya ada hubungannya dengan kejadian semalam.

"Soal Renata yang berkeinginan untuk buka toko kue dan jadi pastry chef.. menurut saya, semua ide Renata itu bukan hal yang buruk apa lagi negatif...aku juga gak ngerti kenapa mama sangat menentang keinginan Ren padahal Ren sangat menyukainya..."

"Karena semua itu cuma buang-buang waktu, Kala...." Berliana membuang nafasnya kasar. "Kamu lihat kan waktu di acara pernikahan kalian? Semua sepupu-sepupu Ren bisa sukses, ada yang pramugari, wanita karir, bahkan ada yang jadi model.. Ren tuh punya potensi jadi wanita karir, Ka. Dulu sebelum dia resign di perusahaan ternama, dalam waktu dua tahun Ren sudah direkomendasikan untuk naik jabatan, tapi bodohnya anak itu, Ren justru memilih resign dari pada naik jabatan... Kamu ngerti kan gimana keselnya mama waktu itu??!!" Cerita Berliana.

"Iya ma, Kala ngerti. Tapi ma, dunia Renata bukan tempat dimana mama inginkan. Kala juga ngerti apa yang Renata mau...dan buat Kala, apa yang Renata inginkan itu yang paling penting..."

"Jadi kamu mendukung keinginan Ren?"

"Iya..." Jawab Skala mantap.

"Mama tetap menolak, Kala. Maaf!!"

"Tapi Renata sekarang sudah jadi istri Skala ma. Apa yang akan dikerjakan Ren, sudah menjadi tanggung jawab Skala.. Mulai dari seminggu yang lalu, apapun yang Renata lakukan atas dasar ijin Kala ma, bukan lagi ijin mama.. maaf ma kalau Kala terkesan kasar untuk bicara seperti ini sama mama.. tapi kebahagian Renata sekarang juga adalah salah satu prioritas Skala ma... Jadi Skala mohon, mama bisa ngerti..."

Berliana sebenarnya ingin marah, tapi dia tahu kalau yang diucapkan Skala memang benar. Semenjak anaknya menikah, dia sudah tak memiliki hak penuh atas hidup Ren.

"Skala pamit ya ma, karena hari ini Kala sudah masuk kerja.. sekali lagi Kala minta maaf ya ma kalau Kala udah lancang bicara seperti ini sama mama.. tapi Kala harap, setelah ini mama bisa ngerti... Kala permisi ma...." Akhirnya Skala pun pamit, sementara Berliana masih rada gondok dengan keputusan Skala yang justru mengijinkan Ren untuk memulai usahanya.

Sekarang Berliana sudah tidak tahu harus berbuat apa untuk membuat Ren mengurungkan keinginannya tersebut.

🍄

Baru saja Skala melepaskan jas yang dia kenakan dan berganti jas putih yang seminggu ini menggantung di ruangannya, Jenni sudah membuka pintu ruang kerja Skala lalu masuk sebelum yang punya ruangan mengijinkannya.

Wajahnya berseri-seri dan secangkir kopi yang dibawanya dia letakan di meja kerja sahabatnya itu. Senyumnya juga kelihatan cerah dan Skala sudah bisa menebak, Jenni datang hanya untuk meledeknya. Skala yakin itu.

You Are My HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang