bab 12

158 30 23
                                    

"hai Kaluna... Apa kabar?" Sapa Ren saat mereka sudah tak memiliki jarak.

Kaluna dan Skala sempat terkejut, apalagi Ren datang bersama Anggita yang sejak tadi menatap Kaluna sinis.

"Hai Ren.. a-aku baik.." jawab Kaluna gugup.

Skala yang merasa situasinya sedang bahaya, buru-buru mengalihkan perhatian Anggita yang tengah menatap Kaluna tajam.

"Ma, kok mama keluar kamar sih?" Ucap Skala mencoba untuk mengalihkan pandangan Anggita.

"Mama bosen dikamar. Kamu ngapain disini? Katanya lagi meeting?"

Mata Skala sempat melihat Ren sejenak sebelum dia kembali menjawab pertanyaan Anggita. "Hmm.. ma, kita kembali ke kamar aja yuk... Kayaknya udah mau hujan juga!" Ren mencoba mengalihkan perhatian Anggita. Sebelum Ren benar-benar pergi dari sana, Ren menyempatkan untuk menyapa Kaluna kembali. "Luna, aku duluan ya..."

Kaluna hanya tersenyum seraya mengangguk. Kaluna bahkan tak sempat menyapa Anggita saking gugupnya. Dia tahu kalau Anggita pasti tidak suka dengannya setelah dia meninggalkan Skala dulu. Kaluna sadar itu, makanya Luna hanya bisa menunduk saat Anggita terus menatapnya.

Sesampainya di kamar, Ren segera membantu ibu mertuanya itu naik ke atas ranjangnya sebelum akhirnya Skala masuk dan hendak membantu Anggita. Tapi tangannya di tepis begitu saja bikin Ren shock seketika.

Padahal niat Ren menegur Luna hanya untuk membuat Anggita berpikir bahwa kehadiran Luna sama sekali tak membuat hubungannya dengan Skala berantakan, Ren hanya ingin Anggita tahu bahwa Ren sudah mengenal Luna. Tapi ternyata Ren justru membuat hubungan ibu dan anak itu jadi dingin kayak gini.

"Gak usah sentuh mama..."

"Ma..."

Ren cuma melirik Skala dan Anggita secara bergantian. Dia jadi bingung harus ngapain.

Akhirnya setelah membantu Anggita untuk tiduran di ranjangnya, Ren buru-buru mengambil tasnya yang berada di nakas.

"Ma, aku ke kafetaria dulu sebentar ya. Ada yang mau aku beli.." ucap Ren yang sengaja meninggalkan Skala dan ibunya berdua saja di kamar. Setelah Anggita mengangguk, Ren pun buru-buru keluar.

"Kamu ngapain sih masih ketemu sama cewek itu?" Seru Anggita setelah melihat Ren menutup pintu kamar dan tak terlihat lagi.

"Aku gak sengaja ketemu di koridor aja kok ma, lagian Luna tuh disini karena ada urusan.. bukan karena aku atau apapun yang berkaitan sama aku!"

"Alah.. palingan itu alasan dia aja supaya bisa ketemu kamu.. dari cara dia melihat kamu aja, mama udah tau!!"

"Ma.. gak gitu, Luna sedang ada masalah dan aku sebagai orang yang kenal dia cuma mau kasih semangat aja!!"

"Semangat kata kamu? Kala, kamu sadar gak kalau kamu itu sudah menikah dan gak seharusnya kamu masih berhubungan dengan mantan pacar kamu itu.. apapun alasannya, semua alasan kamu itu gak bener!!"

"Iya ma, Kala tau! Tapi Kala cuma...."

"Kamu masih membela dia? Kamu masih suka sama dia?"

Skala tak menjawab, dia hanya diam seraya menunduk.

"Jawab mama Kala!!!"

"Kala hanya kasihan sama Luna ma. Masalah yang sekarang sedang dia hadapi sama seperti yang saat ini Kala hadapi. Kala ngerti bagaimana perasaannya melihat seseorang yang sangat dia sayangi sedang berjuang melawan sakitnya. Bedanya, Kala punya papa, mba El, mas Dimas, bahkan punya Renata. Tapi Luna sendirian menghadapi masalah ini.. mama kan yang ngajarin Kala buat jadi seseorang yang bisa berempati terhadap siapapun! Ya inilah yang sekarang sedang Kala rasakan ma...." Seru Skala dengan nada suaranya yang cukup lembut hingga tak membuat Anggita bertambah kesal.

You Are My HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang