Bab 1

213 34 14
                                    

Teriknya matahari tak membuat semangat Renata pudar. Dia mengelilingi kota Jakarta dengan amplop coklat yang masih setia berada di tangannya. Sejenak untuk istirahat, Ren memutuskan untuk duduk di sisi jalan yang terdapat warung kecil disana.

Rasa lelahnya sama sekali tak membuat dia gentar dalam mencari pekerjaan. Sebenarnya, ada beberapa perusahaan besar yang di rekomendasikan untuknya. Namun Ren tetap memilih untuk menjadi seorang patissier, meskipun gadis itu belum memiliki pengalaman cukup untuk menjadi seorang pembuat kue.

"Bang, teh botolnya satu ya.." ucapnya pada abang warung yang sedang duduk disana.

Nggak sampai semenit, minuman pesenan Ren udah ada di hadapannya. "Nih neng..."

"Eh. Iya makasih bang!"

"Cari kerjaan sekarang susah ya neng?" Cetus si abang itu tanpa ijin.

"Hehehe.. lumayan bang.."

"Emang mau ngelamar dimana neng?"

"Beberapa toko kue gitu sih bang. Sama beberapa restoran eropa yang ada di sekitar sini.."

"Oh.. kalo gitu semangat ya neng. Semoga cepet dapet kerjaannya!"

"Amin.. makasih bang"

Sebenernya nggak sulit buat Ren mencari pekerjaan kantoran, lantaran Ren juga lulusan sarjana manajemen dan sahabatnya memiliki jabatan disalah satu perusahaan ternama di Jakarta. Tapi ren menolak dan tetap ingin mewujudkan mimpinya, membuka toko kue dan menjadi pattisier terkenal.

Setelah tiga puluh menit dia beristirahat, Ren kembali melanjutkan langkahnya. Kali ini dia memilih untuk kembali ke rumah, karena sudah mau sore juga dan Ren merasa sudah sangat lelah.

Berhubung Ren termasuk sebagian orang yang menggunakan transportasi umum, dia sekarang lagi berjalan menuju stasiun, baru juga akan menyebrangi jalan menuju pintu masuk stasiun, tau-tau dari arah sisi sebelah kanannya ada motor kencang dan berhasil mengenai tubuh Ren meskipun si pengendara motor tersebut sempat banting stir sehingga Ren hanya terserempet saja, namun membuat tubuh Ren terjatuh dengan dramatis.

Seisi jalan sontak menatap ke arah Ren dan si pengendara motor. Lalu berbondong-bondong membantu mereka berdua. Ren sadar dan bisa merasakan kakinya yang terasa nyeri, lalu nggak lama cairan merah segar itu keluar dari sudut siku tangannya.

Ren sudah menduga sih kalau lukanya cukup parah.

🍄

"Ren, lo gak apa-apa?" Tiba-tiba sosok perempuan cantik berambut panjang tiba bersama dengan laki-laki jangkung berkulit putih.

Mereka adalah sahabat Ren, namanya Rosa dan Jeevan. Dari wajah mereka, terlihat sekali kalau keduanya khawatir.

"Gue gak apa-apa kok!" Seru Ren mencoba tenang meskipun rasa nyeri itu cukup mengganggunya.

"Kaki lo baik-baik aja kan?" Kini jeevan menginterupsi.

"Yes.. gue gak apa-apa kok. Cuma agak terkilir dikit"

"Syukurlah lega gue!! Makanya, lain kali tuh kalau jalan hati-hati!!" Seru Rosa setengah mengomel.

"Lagian lo tuh gengsi banget sih buat terima bantuan kita.." Jeevan ikut mengomel.

"Kenapa?" Rosa nampak bingung.

"Jee.."

"Ada yang gue gak tau?" Rosa mulai curiga. Dia menatap Renata dan Jeevan bergantian.

You Are My HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang