Bab 11

142 35 25
                                    

Setelah kejadian semalam, Ren beneran yang mengurung diri di kamar enggan keluar. Bahkan untuk sarapan dan makan siang saja, dia lakukan di dalam kamarnya. Meskipun cuma dengan makan pop mie, Ren kelihatan santai sambil menikmati serial drama korea yang dia tonton dari layar laptopnya.

Sesekali dia tertawa saat menonton drama tersebut, seakan gadis itu lupa soal apa yang membuatnya jadi kesal sama Skala.

Sementara Skala jadi bingung sendiri menghadapi Ren yang kelihatannya masih marah. Skala tahu kalau Ren bukan mempermasalahkan Skala yang jalan sama Luna, tapi lebih ke cara Skala yang harus berbohong sama Ren dan membuat Ren seperti istri yang menyedihkan di mata orang-orang terdekatnya, apalagi waktu Skala jalan kemarin bersama Luna, mereka sempat dilihat Ceryl yang merupakan kakak dari Skala.

Tapi berbeda dengan apa yang Ren rasakan, mungkin Skala hanya berpikir seperti itu, tapi tidak dengan Ren. Perasaannya sama seperti yang kemarin dia ceritakan pada Rosa, sahabatnya. Dia bingung mengartikan perasaannya sendiri dan menghadapi pernikahannya ini. Kadang Ren merasa pernikahannya nyata tapi di sisi lain dia juga harus sadar kalau semua ini palsu yang nantinya berakhir setelah Anggita bisa lebih baik kondisinya.

Ren nggak mau terluka, jadi sebelum dia merasa jauh mengartikan sikap Skala ke Ren, lebih baik Ren membatasi apa yang nggak seharusnya, seperti mengurangi waktu mereka ketemu dirumah.

Makanya Ren lebih memilih untuk mengurung dirinya di kamar.

Berhubung Ren hari ini nggak menyiapkan apa-apa untuk makan siang mereka, Skala akhirnya memesan via ojek online.

Sambil sesekali melihat pintu kamar Ren yang tertutup rapat, Skala ragu buat ngajak Ren makan bersama. Sejujurnya Skala lagi khawatir sama gadis itu, secara kan ya sejak pagi tadi Skala belum lihat Ren keluar kamar. Dia jadi penasaran, apa Ren udah makan atau belum?

Akhirnya, setelah Skala merasa dia harus bertanggung jawab atas Ren selama gadis itu berstatus istrinya, Skala pun berjalan menuju depan kamar Ren.

Mengetuknya pelan lalu disusul suaranya yang lembut memanggil Ren.

"Renata...." Ucapnya lembut.

Masih hening, Ren sama sekali nggak menjawab panggilan Skala.

"Renata.. bisa keluar sebentar?" Ucapnya lagi.

Dengan langkahnya yang males-malesan, Ren pun beranjak dari ranjangnya dan membukakan pintu kamar lebih dulu.

Ren hanya menampakan kepalanya saja, melihat rambut Ren yang acak-acakan bikin Skala yakin kalau Ren seharian ini hanya mengurung dirinya di dalam kamar.

"Kenapa?" Katanya jutek.

"Kamu udah makan? Kebetulan saya beli makanan banyak. Kita makan bareng yuk!"

"Gue udah kenyang!" Ren hendak menutup pintunya kembali namun ditahan Skala.

"Kamu mau sampai kapan marah sama saya? Oke.. saya minta maaf soal saya bohong sama kamu.. tapi saya ngerasa perginya saya sama Luna bukan masalah yang penting yang harus saya ceritakan sama kamu!!"

Ren terkekeh. "gue gak bilang lo harus menceritakan semuanya sama gue!! Oke.. emang gue gak ada hak atas hidup lo di luar sana.. mau lo pergi sama siapa, main sama siapa, ketemuan sama berapa banyak cewek diluar sana... it's all your business!!! Gue cuma ngerasa tolol waktu mba El telepon gue dan nanyain lo.. dengan santainya gue bilang lo lagi ada di rumah sakit sementara lo lagi asik bareng Luna. Sempet mikir gak ? Gimana kalo seandainya bukan mba El yang ketemu sama lo dan Luna, melainkan nyokap gue?! Lo tau apa yang bakal dilakuin nyokap gue?? Mama bakal nyalahin gue atas semua yang lo lakuin karena menurutnya, gue gak sepadan sama selingkuhan lo!! Terus gimana nasib mimpi gue yang lagi gue susun sekarang?? Lo yakin setelah mama tau dia bakal ngijinin gue buat terus menjalankan apa yang udah gue impikan?? Jawabannya gak mas!! Sampai sini lo paham kenapa gue marah sama lo?!!!!!"

You Are My HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang