[Ariski :: Can't Go Back]

245 27 0
                                    

Song: Departures Anata ni Okuru Ai no Uta by EGOIST
......................................................
~mou anata kara aisareru koto mo [Sekarang kamu tak mencintaiku lagi]
Hitsuyou to sareru koto mo nai [kamu pun tak menyayangiku lagi]
Soshite watashi wa koushite hitori bocchi de [sekarang aku sendirian]
Ano toki anata wa nante itta no [apa yang kamu katakan ketika kita berpisah ?]~

Air mata ku sudah tak sanggup lagi menggambarkan betapa hancurnya hatiku, Aku kehilangan-Nya... sesak di dada ku seperti belum mau beranjak pergi, aku ingin menangis... aku ingin berteriak soal rasa sakit ini.

Aku masih ingat bagaimana tangan mu yang besar dan hangat itu menggengam tangan ku, menjaga ku, memberikan kenyamanan tiap kali kamu menyentuh ku. Bagaimana kita melawatkan malam-malam panjang dengan obrolan soal keseharian kita, aku tahu semua itu adalah hal-hal biasa bagi orang lain, tapi itu menjadi kenangan berharga bagiku.

"Padahal kamu bilang tidak akan meninggalkanku, padahal kamu bilang akan membawa ku kemana pun, kita berjanji tidak akan mengakhiri semua ini seperti ini."

"Kenapa semua ini terjadi ?"

Aku hanya menghancurkan diriku tiap kali memikirkan perpisahan ini, memikirkan bagaimana semua nya bermula. Aku selalu melakukan kesalahan yang sama berulang kali, berulang kali aku menyakitimu tanpa ku sadari.

Aku ingin kamu kembali kesini, aku hanya ingin melihat mu datang dengan permintaan maaf dan kembali menciumku serta mengucapkan kata-kata yang membuatku kembali yakin kamu tidak akan meninggalkan ku.

Pertengkaran demi pertengkaran selalu kita akhiri dengan kata 'Lupakan.'-- Kata-kata yang semakin membuatku tak tahu harus berbuat apa. Permintaan maaf dariku pun terasa menusuk mu.

"Zilo... kenapa ?" Tanya ku.

Zilo, satu nama yang membuat seluruh dunia ku berpusat padanya. Dunia yang penuh warna telah ditunjukkannya; tidak cukup hanya dengan kata suka untuknya, tidak cukup hanya dengan sebuah kasih sayang untuk menggambarkan seluruh perasaan yang ku miliki untuknya dan keberadaannya adalah hal mutlak dalam hidupku.

Masih ku ingat saat-saat terakhir kita sebelum semua ini berakhir seperti ini.

***

Seperti biasa kita berdua memilih untuk duduk bersama dengan tanganmu yang meremas pelan jemariku, wajah mu terlihat tegang seperti ingin menyampaikan sesuatu hal yang penting namun aku memilih membiarkanmu menyiapkan diri untuk mengatakan kata-kata yang sepertinya mengganjal di lidah mu.

"Mai... aku mau bilang sesuatu," ucap Zilo pelan, "lebih baik kita berhenti saja."

"Apa maksud kamu?" Tanyaku dengan suara meninggi.

"Aku... tidak lama lagi akan mati."

Apa yang terjadi? kenapa dia berkata soal kematian ?

"Apa yang kamu katakan ?"

"Kata dokter umurku tidak akan lama lagi...."

"Aku hanya tidak ingin menjadi beban untuk mu, aku tidak ingin kamu menderita."

Sesak...

Tiap kata yang keluar dari mulut Zilo membuat dada ku sesak, kenapa ?

Aku mendekat dan memeluk Zilo erat-erat, aku tidak mau kehilangan dia, aku tidak bisa kehilangan dia, aku menyayanginya, aku benar-benar mencintainya. Aku menangis begitu keras, Zilo hanya memeluk ku sambil menenggelamkan wajah nya di bahuku, kenapa Tuhan menakdirkan kami seperti ini ?

"Zil, dengerin aku... apapun yang terjadi, aku gak akan ninggalin kamu... apapun keadaannya, apapun rintangan yang bakalan... jangan pernah minta ke aku buat ninggalin kamu, aku gak sanggup." Ucapku sambil terisak.

"Nggak akan, aku gak akan pernah minta hal seperti itu."

Semenjak saat itu, aku selalu menemaninya kemanapun, setiap tes kesehatan yang dilakukannya, aku selalu berada disampingnya, aku tidak bisa melakukan lebih dari ini. Setiap senyum Zilo yang mencoba menahan sakit tidak dapat membuatku tenang bahkan dalam mimpi sekalipun.

Segala upaya sudah dilakukan, tapi... waktu nya tetap datang bahkan terlalu cepat.

"Mai !" panggil Zillo bersemangat.

"Ya ?"

"Aku mau nunjukkin kamu sesuatu. "

Aku dibawa Zilo menuju ke alaman belakang rumah nya, sebuah petak taman kecil berisikan bunga petunia berbagai warna.

"Aku tanam mereka 3 hari ini, kamu suka ?" Tanya Zilo.

"Ya." Jawabku pendek, tidak air mata ku ingin jatuh lagi.

Aku langsung memeluk Zilo, aku tidak ingin menangis, aku tidak ingin Zilo menyerah seperti ini. Zilo menjauhkan ku darinya sebelum akhirnya mencium bibirku pelan, sebelum akhirnya melepaskan tautan bibir kami dan tersenyum.

"Aku bahagia banget sekarang." Ucap Zilo tepat ditelinga ku.

'Tuhan, tolong jangan bawa dia pergi... akan kulakukan apa saja untuk menyelamatkannya, kebahagiaan ini... begitu menyesakkan.'

"Mai... aku gak mau mati."

"Kamu akan baik-baik aja, kamu bakalan sehat lagi, kita bakalan lanjutin semua impian kita sama-sama."

'Seandainya waktu bisa berhenti disini.'

"Kita bakalan selalu bersama...."

***

Tapi, Tuhan tidak mendengarkan Do'a ku.

Hari itu akhirnya waktu untuknya berakhir, waktu untuk kami berakhir.

~Hanasanaide gyutto [Jangan pergi, pegang tanganku erat-erat]
anata ga suki [Aku mencintaimu]
Mou ichido date warattekurenai no [Bisakah kamu tersenyum untukku sekali lagi ?]
Anata no nukumori ga kiechau mae ni [Sebelum kehangatanmu mulai lenyap.]
Dakishimete [Peluklah aku erat-erat.]

--
END

SongFict: Pilu Senada LaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang