[retnogaluh :: Pemeran Utama]

199 22 0
                                    

Song: Pemeran Utama by Raisa
..................................................................
Prinsip. Satu kata di hidupku yang ternyata bisa menghancurkan keadaan. Aku punya sebuah prinsip di hidupku yang terus ku pegang hingga aku kehilangan apa yang seharusnya ku jaga.

Aku kembali memandangi es krim yang ada di hadapanku kali ini. Es krim greentea dengan taburan biscuit favorit ku, yang selalu menemaniku setiap aku datang kesini karena merindukannya. Merindukan dia yang dulu selalu aku hiraukan, tapi sekarang? Aku sudah pantas dijuluki sebagai pengemis.

Aku masih ingat betul bagaimana cara dia memperlakukanku sebagai wanita yang dicintai, bukan hanya sekedar senior di kampusnya.

Di sudut ruangan ini, di meja itu, tempat biasa kami bercanda melepas kepenatan masing-masing. Di meja itu, tempat dimana dia selalu menenangkanku untuk sekedar mengatakan kalau aku perempuan yang hebat, aku perempuan yang kuat, aku selalu bisa mengahadapi masalahku sendiri. Itu katanya. Tapi pada kenyataannya?

Aku masih terlalu kerdil untuk menghadapi masalahku sendiri.

***

Ya... aku mengerti betapa sulit untuk kembali
Dan... mempercayai penipu ini sekali lagi

Di sana, di sudut ruangan itu, di meja itu saat ini. Dia sedang tertawa dengan lepasnya bersama seseorang yang tidak kukenal sedikitpun. Seseorang yang lebih sempurna disbanding aku. Disana, di meja itu, dia memesan es krim yang sama denganku, es krim greentea dengan toping biskuit cokelat sama persis seperti yang aku pesan sekarang.

Pemeran utama hati.
Pemicu detak jantung ini.
Baru kini kusadari setelah berlayar pergi
Itu... kamu.

Tidak seperti dulu, wajah itu yang selalu menemaniku disaat aku selalu membutuhkan teman. Dia, teman sekaligus orang yang mencintaiku walaupun aku memiliki prinsip yang tidak bisa dimengerti olehnya. Tapi itu dulu, sekarang hanya menyisakan sedih dan penyesalan menjadi satu.

***

"Azalia, lo itu cewek paling hebat yang udah gue kenal dari awal gue ospek, lo hebat di segala hal, tapi kenapa baru kaya gini aja otak sama perasaan lo gak bisa sinkron?" katanya, membuat egoku sedikit tersentil. Dia sangat pandai membuatku merasa di atas langit, lalu menjatuhkanku dalam sekejap hanya dari ucapannya.

Aku meliriknya sekilas, "lo gak akan pernah paham gimana perasaan gue selalu dipandang sebagai orang ketiga di hubungan orang lain."

"emang iya, 'kan? Lo bilang sendiri kalo itu pilihan lo."

Aku terdiam, tidak menanggapi ucapannya.

"Lo sendiri yang bilang ke gue kalo lo gak bisa berkomitmen, akhirnya lo terjebak di satu cowok dan itu pacar orang."

"Apa salah gue sayang sama pacar orang? Apa salah gue sayangnya sama dia?"

Dia menghela napas kasar, "salah besar!"

Akupun membuang muka, tidak ingin membalas tatapannya yang tajam itu, "kalo lo disini cuma buat ngomelin gue, lo silahkan pulang, tinggalin gue sendiri disini. Gak guna punya temen junior kayak lo!"

"Oke gue pergi... Satu-satunya orang yang prinsipnya gak pernah bisa gue pahamin itu cuma satu, yaitu lo!" ujarnya, menunjuk kearah dahiku, seolah dia mengatakan, 'harusnya pake otak lo!', kemudian dia pergi meninggalkanku sendirian sesuai permintaanku.

Aku menatap kepergiannya dari balik jendela transparan ini, dia membuang muka, menutup helmnya dan melaju dengan cepat meninggalkan café ini.

Ponselku berdering, sebuah nama yang kutunggu sejak tadi akhirnya muncul, Irsanda Manuel. Senyum tipis hadir di bibirku, langsung saja aku menggeser gambar telpon berwarna hijau.

SongFict: Pilu Senada LaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang