[JustRed__ :: Miss You]

190 20 0
                                    

Song: Rapuh by Agnezmo
................................................
Dua tahun sudah kumengenalnya. Mengenal sosok yang sangat berarti dalam hidupku, sosok yang dingin, cuek, dan sinis. Namun, entah mengapa rasa ini hadir sejak sebulan kami bertemu. Rasa yang tak akan mampu kulantunkan. Hubungan kami tak lepas dari sekedar "adik dan kakak", aku tak ingin menuntut lebih untuk hubungan ini karena aku sendiri pun tak mampu menyatakan perasaanku pada Alfa Ferdinan.
Kini, jarak telah memisahkanku dengannya. Namun, itu tak menjadi penghalang untuk tidak saling berkomunikasi. Menurut pendapat orang lain, Alfa masuk dalam kategori cowok 'tampan' di sekolah, bahkan dialah yang tertampan. Namun terlalu dingin, dan cuek untuk dijadikan pacar. Tapi bagiku tidak, Alfa sama sekali tidak seperti apa yang mereka pikirkan. Mungkin memang dingin dan cuek, namun dibalik itu, Alfa adalah cowok yang sangat ramah, penyayang dan pengertian.

Pagi ini, adalah awal dimulanya pertempuran yang menentukan kenaikan jabatan para murid di sekolah. Bisa nyontek kok, gugamku, lalu meraih ponsel yang baru saja bergetar.

Messange from : Alfa
gk boleh nyontek! Lo harus bangga nilai rendah dari usahamu, dari pada nilai tinggi dari contekanmu!

Oh my God! Kurasa Alfa mengingat kebiasaanku saat ujian. Okelah, karena ini adalah kali pertama aku ujian tidak bersamanya, maka kuputuskan untuk tidak menyontek. Aku bergegas mandi dan berganti pakaian, kupatut diriku pada cermin yang tak terlalu besar namun cukup untuk memperlihatkan bayangan diriku di dalam sana. Seragam putih abu-abu, dasi, ikat pinggang, kaus kaki putih, dan sepatu hitam. Oke! Tak lupa, kukirimkan sebuah pesan singkat pada Alfa.

Messange to : Alfa
nggak kok. Ini udah mau berangkat, lo hati" yah

Satu minggu kemudian
"baiklah, Ibu bagikan hasil ulangan Fisika kalian" ucap Bu Eva sembari membolak-balik kertas ujian. Rasanya jantungku mengamuk, aku takut dan malu jika hasil ujianku mendapan nilai rendah dari teman-temanku. Beberapa detik kemudian, selembar kertas putih hadir di hadapanku. Dengan perasaan dagdigdugduar, balikkan kertas putih itu.

"awalnya, ibu mengira Terre menyontek ke Erika. Tapi ternyata pekerjaan mereka berbeda. Jadi, Terre lah yang memperoleh nilai delapan puluh tiga. Dan dia satu-satunya siswi yang tuntas diangkatan kalian." Ucap Bu Eva, yang mengundang sorak meriah dan tepuk tangan dari teman kelasku. Sungguh sangan sulit ku percaya, ini adalah kali pertama aku memperoleh nilai tinggi dari hasil kerja kerasku. Meski hanya delapan puluh tiga, namun itu sudah mengundang senyuman di wajahku. Akupun segera memberitahu Alfa berita bagus ini.

Messange to : Alfa
Fa,!!! Ujian fisika gue dapet 83 loh!! Ahh aku gak nyontek, seneng deh rasanya!

Satu menit ... dua menit ... tiga menit ... hingga aku sampai di rumah, tak kunjung ada balasan dari Alfa. Mungkin dia sibuk, hanya itu yang ada di fikiranku.

"Ter, packing ya!dua hari lagi kamu balik pindah ke Bandung! Tante udah urus surat pindah kamu hari ini" teriak Tante Ani dari lantai bawah. Yah, aku memang akan kembali kembali ke Bandung. Kota tempat dimana aku dan Alfa bertemu. Dan pertanyaan akan hilangnya kabar Alfa akan terjawab ketika aku sampai di Bandung.
Dua minggu sudah aku berada di Bandung. Namun Alfa tak kunjung memberitahukan keadaan maupun keberadaannya. Kuputuskan untuk mengunjungi rumahnya hari ini, mungkin saja ia sakit atau keabisan pulsa sehingga tak mengabariku. Membutuhkan waktu lima menit untuk sampai ke rumahnya.

"asalamu'alaikum" sahutku saat berada dihadapan pintu rumah Alfa. Tak lama kemudian, pintu tebuka, dan nampaklah wajah Aldo, kakak Alfa.

"wa'alaikum salam, eh Terre. Knapa?" sambutnya ramah. "masuk dulu yuk"

"hehe ..., iya makasih yah" akupun melangkahkan kakiku memasuki rumah Alfa, dan duduk di sofa putih yang terletak di ruang keluarga.

"jadi, ada apa nih? Tumben lo dateng" Tanya Aldo, saat sudah duduk di hadapanku.

"eh ... anu, ini loh, gue mau nanya tentang Alfa, dia ada gak?" tanyaku, kembali. Namun dapat kulihat wajah Aldo menegang seketika saat aku menyebut nama Alfa.

"ooh ... Alfa yah" Aldo terlihat kikuk dan menggaruk kepalanya yang entah galat atau tidak.

"lo knapa?" tanyaku.

"hm ... lo udah berapa lama gak disms sama Alfa?"

"sekitar tiga minggu"

"terakhir kapan?"

"pas mau berangkat ujian"

"tepat!"

"apa?" aku semakin bingung dengan tingkahnya.

"Yakin gak marah ya?"

"iya, iya ... lagian apaan sih"

"jadi gini, waktu itu Alfa pamit berangkat ujian. Setahuku, ujian itu selesai jam 10 pagi, kan" dia berjeda beberapa detik, membuat ku semakin serius mendengarnya "tapi Alfa gak pulang-pulang sampai jam 12 siang. Karena kami tinggal hanya berdua, jelas saja gue khawatir. Kalau dia ada apa-apa kan berabe, mama papa masih di London. dan jam 12 lewat, gue ditelfon dengan orang asing. Dia engabarkan kalau Alfa kecelakaan dan meninggal saat dalam perjalanan ke rumah sakit" meninggal? Seketika tubuhku lemas mendengarnya. Air mataku tak mampu kubendung, dapat kurasakan dengan pasti, ada sesuatu yang mendesak di dadaku, membuatku kesulitan menghirup udara.

"kok, lo gak ngasih tau gue!?" teriakku disela-sela hisak tangis.

"gue gak mau lo nangis"

"dan apa ini!? Lo pikir gue gak nangis!? Lo sekarang lebih nyakitin hati gue, Do!!" emosiku memuncak, sesak di dadaku keluar bersama lengkingan suaraku yang menggema di penjuru rumah ini. "jelasin semuanya ke gue!" teriakku, lagi.

"Alfa ditabrak mobil pas lewatin perempatan, dia terlempar tiga meter dari tempat kejadian, dan ada mobil lain yang juga melaju kencang, melindas kepala Alfa dan kepalanya bocor. Sebenarnya, Alfa masih bisa selamat, namun Kanker sumsum tulang belakang yang dideritanya, membuat Alfa kehabisan darah saat ke rumah sakit. Itu penjelasan dari polisi" dapat kulihat raut wajah pasrah di sana, aku yang mendengarnya pun semakin terhisak. Bagaimana tidak, sejak kedua orang tuaku meninggal dunia akibat kecelakaan yang merenggut nyawa mereka, aku hanya memiliki Alfa Ferdinan. Sedih, aku harus kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupku, satu-satunya harta yang kumiliki. Alfa telah pergi lebih dulu menyusul kedua orang tuaku dengan sebab yang sama. Kecelakaan.

Belum sempat ku membagi kebahagiaanku
Belum sempat ku membuat dia tersenyum.
Haruskah ku kehilangan tuk kesekian kali
Tuhan kumohon jangan lakukan itu
Sebab kusayang dia, sebab kukasihi dia, sebab kutak rela, tak selalu bersama
Kurapuh tanpa dia, sperti kehilangan arah
Jikalau memang harus kualami duka
Kuat kan hati ini, menerimanya
Sebab kusayang dia, sebab ku kasihi dia, sebab kutak rel, tak selalu bersama.
Kurapuh tanpa dia seperti kehilangan arah.
TAMAT

SongFict: Pilu Senada LaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang